Senin, 12 Januari 2015

teori belajar humanistik

MODUL BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
“ TEORI BELAJAR HUMANISTIK “

BAB I
PENYAJIAN

1.    Penjelasan Umum
Belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu yang dipelajari. Belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, namun belajar secara resmi dilakukan di sekolah sesuai dengan kurikulum yang ada.
Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat oleh setiap manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.
Teori humanistik menjelaskan bahwa proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia ( proses humanisasi ). Oleh sebab itu, teori belajar humanistik sifatnya lebih menekankan bagaimana memahami persoalan manusia dari berbagai dimensi yang dimiliki, baik dimensi kognitif, afektif dan dimensi psikomotorik.
Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses belajar dalam bentuknya paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada pengertian belajar dalam bentuknya yang paling ideal daripada pemahaman tentang proses belajar sebagaimana apa adanya, seperti yang selama ini dikaji oleh teori-teori belajar lainnya.
Teori humanistik berpendapat bahwa teori belajar apapun, sarana prasarana apapun dapat dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memanusiakan manusia yaitu mencapai kesempurnaan hidup bagi manusia dengan indikasi yaitu kemampuan aktualisasi diri, kualitas pemahaman diri, serta kemampuan merealisasikan diri dalam kehidupan yang nyata.

2.    Tujuan
-       Untuk mengetahui teori belajar humanistik menurut Bloom dan Krathwohl.

BAB II
KEGIATAN BELAJAR


1.    Kegiatan I
Teori belajar humanistik menurut Bloom dan  Krathwohl.

2.    Uraian Umum
Teori yang menjelaskan bagaimana proses terjadinya perubahan tingkah laku ( terjadinya proses belajar ) pada peserta didik disebut teori belajar. Sedangkan teori yang menjelaskan tentang bagaimana dan apa yang seharusnya dilakukan guru agar terjadi proses perubahan tingkah laku disebut teori pembelajaran.
Teori belajar bersifat deskriptif merupakan teori belajar yang menjelaskan apa yang senyatanya terjadi dalam konteks perubahan tingkah laku peserta didik, sedangkan teori pembelajaran bersifat preskriptif merupakan menjelaskan dan bagaimana yang seharusnya yang dilakukan guru agar proses pembelajaran yang di jalankan dapat membuat peserta didik mengalami perubahan tingkah laku.
Oleh karena itu, agar teori preskriptif biasa efektif, maka ia harus didasarkan pada teori deskriptif. Dengan kata lain, agar teori pembelajaran memiliki ketepatan tinggi, maka ia harus didasarkan pada prinsip-prinsip yang ditentukan oleh teori belajar. Kemudian berdasarkan pemahaman tentang teori belajar dan pembelajaran yang efektif itulah perencanaan pembelajaran seharusnya disusun.
Dalam kaitan ini, terdapat sejumlah teori belajar yang berusaha memberikan jawaban berdasarkan kajian yang bersifat empiris. Teori belajar yang menonjol yang menjadi basis perkembangan teori-teori belajar lainnya ada tiga, yaitu salah satunya teori belajar humanistik.
Teori Belajar Humanistik memandang bahwa terjadinya proses belajar tidak hanya karena faktor stimulus dan insight, juga karena adanya proses aktualisasi diri pada individu. Teori humanistik berpendapat bahwa teori belajar apa pun dapat dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memanusiakan manusia, yaitu mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal.
Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Teori humanistik bersifat sangat eklektik. Eklektik, disini bukanlah suatu sistem dengan membiarkan unsur-unsur tersebut dalam keadaan sebagaimana adanya, melainkan tetap memilih hal-hal yang dapat mendukung tercapainya tujuan belajar yaitu memanusiakan manusia. Dalam praktiknya, teori humanistik merekomendasikan dipilihnya metode-metode pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman, menghargai siswa sebagai manusia, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.

Dari sudut pandang teori humanistik, dasar-dasar teori kecerdasan majemuk sangat humanis. Psikologi humanistik menekankan pada personal growth, sesuai dengan arah dari teori kecerdasan majemuk. Jadi, persoalannya adalah bagaimana menciptakan kondisi kelas bagi tumbuh kembangnya kecerdasan majemuk pada diri siswa, mengingat banyak orang mempersepsi bahwa kelas yang baik adalah kelas yang diam, teratur, tertib dan taat pada guru. Kelas yang ramai selalu diterima sebagai kelas yang negatif, tidak teratur, walaupun mungkin ramainya kelas tersebut disebabkan siswa berdiskusi dan bereksplorasi atau kegiatan positif lainnya. jadi, pendidikan dan pembelajaran yang mendasarkan pada kecerdasan majemuk membuka kesempatan pada siswanya untuk kritis. Dimana, kecerdasan majemuk merupakan suatu kemampuan untuk memecahkan masalah dan menciptakan produk yang mempunyai nilai budaya dan keterampilan yang dapat di tumbuh kembangkan.

Teori belajar humanistik menurut Bloom dan Krathwohl, sebagai berikut :
Bloom dan Krathwohl juga termasuk penganut aliran humanis. Mereka lebih menekankan perhatiannya pada apa yang mesti dikuasai oleh individu (sebagai tujuan belajar), setelah melalui peristiwa-peristiwa belajar. Tujuan belajar yang dikemukakannya dirangkum kedalam tiga kawasan yang dikenal dengan sebutan Taksonomi Bloom.
Melalui taksonomi Bloom inilah telah berhasil memberikan inspirasi kepada banyak pakar pendidikan dalam mengembangkan teori-teori maupun praktek pembelajaran. Pada tataran praktis, taksonomi Bloom ini telah membantu para pendidik dan guru untuk merumuskan tujuan-tujuan belajar yang akan dicapai, dengan rumusan yang mudah dipahami. Berpijak pada taksonomi Bloom ini pula para praktisi pendidikan dapat merancang program-program pembelajarannya.
Secara ringkas, ketiga kawasan dalam Taksonomi Bloom tersebut adalah sebagai berikut :
a.    Kognitif, yaitu :
-       Pengetahuan merupakan kemampuan mengetahui atau mngingat istilah, fakta, aturan, urutan, metode, sbb.
-       Pemahaman merupakan kemampuan menterjemahkan, menafsirkan, memperkirakan, memahami isi pokok, mengartikan tabel, sbb.
-       Penerapan merupakan kemampuan memecahkan masalah, membuat bagan, menggunakan konsep, kaidah, prinsip, sbb.
-       Analisis merupakan kemampuan memisahkan, membedakan seperti merinci bagian-bagian hubungan antara.
-       Sintesis merupakan kemampuan menyusun seperti karangan rencana dan program kerja.
-       Evaluasi merupakan kemampuan menilai berdasar norma seperti menilai mutu karangan.
b.    Psikomotor, yaitu :
-       Persepsi merupakan kemampuan memilih, memilah dan kepekaan terhadap hal.
-       Kesiapan merupakan kemampuan bersiap diri secara fisik.
-       Gerakan terbimbing merupakan keterampilan berpegang kepada pola.
-       Gerakan terbiasa merupakan kemampuan meniru contoh.
-       Gerakan kompleks merupakan kemampuan berketerampilan luwes, lancar, gesit, dan lincah.
-       Penyesuaian merupakan kemampuan mengubah dan mengatur kembali.
-       Kreatifitas merupakan kemampuan menciptakan pola baru.
c.    Afektif, yaitu :
-       Penerimaan merupakan kemampuan menjadi peka tentang suatu hal dan menerima apa adanya.
-       Partisipasi merupakan kerelaan memperhatikan dan berpartisipasi dalam suatu  kegiatan.
-       Penilaian dan penentuan sikap merupakan kemampuan memberikan nilai dan menentukan sikap.
-       Organisasi merupakan kemampuan membentuk sistem nilai sebagai pedoman hidup.
-       Pembentukan pola merupakan kemampuan menghayati nilai sehingga menjadi pegangan hidup.

Aplikasi teori belajar humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.  Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.

Aplikasi teori belajar humanistik dalam kegiatan pembelajaran, yaitu :
-       Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran.
-       Menentukan materi pelajaran.
-       Mengidentifikasikan kemampuan awal (entry behavior) siswa.
-       Mengidentifikasikan topik-topik pelajaran yang memungkinkan siswa secara aktif melibatkan diri atau mengalami dalam belajar.
-       Merancang fasilitas belajar seperti lingkungan dan media pembelajaran.
-       Membimbing siswa belajar secara aktif.
-       Membimbing siswa untuk memahami hakikat makna dari pengalaman belajarnya.
-       Membimbing siswa dalam konseptualisasi pengalaman belajarnya.
-       Membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru kesituasi nyata.
-       Mengevaluasi proses dan hasil belajar.

Kelebihan dan kelemahan dari teori belajar humanistik, yaitu :
-       Kelebihan
Teori humanistik merekomendasikan dipilihnya metode-metode pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk berfikir induktif, mementingkan pengalaman, menghargai siswa sebagai manusia,, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, menghargai siswa sebagai manusia dengan memberi kesempatan untuk mengaktualisasikan diri sebagai pribadi yang unik.
-       Kelemahan
Teori humanistik tidak bisa diuji dengan mudah, Banyak konsep dalam psikologi humanistik, seperti misalnya orang yang telah berhasil mengaktualisasikan dirinya, ini masih buram dan subjektif, dan  Psikologi humanistik mengalami pembiasan terhadap nilai individualistis.
3.    Kesimpulan
Menurut teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk “memanusiakan manusia”. Dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori ini cenderung bersifat eklektik, artinya memanfaatkan teknik belajar apapun asal tujuan belajar dapat tercapai. Menurut Bloom dan Krathwohl, ada tiga kawasan tujuan belajar, yaitu Kognitif (pengetahuan), Psikomotorik (gerak) dan Afektif (sikap).

BAB III
LATIHAN


1.    Soal
a.    Apa yang dimaksud dengan teori humanistik bersifat sangat eklektik ?
b.    Mengapa teori belajar humanistik memandang bahwa terjadinya proses belajar tidak hanya karena faktor stimulus dan insight ?
c.    Apa yang dimaksud dengan kecerdasan majemuk ?

2.    Umpan Balik
a.    Eklektik, disini bukanlah suatu sistem dengan membiarkan unsur-unsur tersebut dalam keadaan sebagaimana adanya, melainkan tetap memilih hal-hal yang dapat mendukung tercapainya tujuan belajar yaitu memanusiakan manusia.
b.    karena adanya proses aktualisasi diri pada individu. Teori humanistik berpendapat bahwa teori belajar apa pun dapat dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memanusiakan manusia, yaitu mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal.
c.    kecerdasan majemuk merupakan suatu kemampuan untuk memecahkan masalah dan menciptakan produk yang mempunyai nilai budaya dan keterampilan yang dapat di tumbuh kembangkan.

DAFTAR PUSTAKA


Ahmad, Zainal Arifin. 2012. Perencanaan Pembelajaran Dari Desain Sampai Implementasi. Yogyakarta: Pedagogia.
Anonim 1. 2013. Pandangan Bloom Dan Krathwohl Terhadap Belajar. (online). http://www.scribd.com/doc/46776722/Pandangan-Bloom-Dan-Krathwohl-Terhadap-Belajar. diakses tanggal 27 febuari 2013.
Anonim 2. 2010. Aplikasi Teori Belajar. (online). http://edukasi.kompasiana.com/2010/11/10/aplikasi-teori-pembelajaran-318157.html. diakses tanggal 27 febuari 2013.
M. Saekhan Muchith, M.pd. 2008. Pembelajaran Konstektual. Kudus: Rasail Media Group.
Uno, B Hamzah. 2006. Orientasi baru Dalam Psikologi Perkembangan. Jakarta: : Bumi aksara.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar