Selasa, 09 Juli 2013

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI TUMBUHAN “ JARINGAN PADA DAUN MONOKOTIL DAN DIKOTIL “

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI TUMBUHAN
“ JARINGAN PADA DAUN MONOKOTIL DAN DIKOTIL “
OLEH
                   RISFI PRATIWI SUTRISNO (F16111004)


PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013
ABSTRAK
Daun merupakan salah satu organ penentu tingkat produksi tanaman, karena peranannya sebagai penyerap dan pengubah energi cahaya pada proses fotosintesis. Terganggunya proses pengangkutan cahaya matahari akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Pada daun terdapat  kloroplas yang berfungsi dalam proses fotosintesis dan terdapat pula jaringan-jaringan penyusunnya yang mendukung dari daun itu sendiri, Jaringan tersebut ialah epidermis yang terdiri dari epidermis adaxial atau epidermis atas dan epidemis abaxial atau epidermis bawah, epidermis berfungsi untuk melindungi jaringan yang berada didalamnya, diantara sel-sel epidermis abaxial terdapat stomata yang berfungsi dalam proses transpirasi. Jaringan mesofil yang berfungsi dalam proses fotosintesis dan terdiri dari jaringan palisade (pada daun dikotil) dan jaringan spongy (pada monokotil dan dikotil), serta jaringan pengangkut yang berfungsi untuk mengangkut air dan mineral serta hasil dari fotosintesis yang terdiri dari xilem dan floem. Adapun tujuan yang dilakukan pada praktikum mengenai jaringan pada daun monokotil dan dikotil yaitu mempelajari sistem dan jenis-jenis jaringan daun monokotil dan dikotil, mempelajari tipe daun monokotil dan dikotil, mempelajari posisi dari berbagai jaringan daun monokotil dan dikotil, serta membandingkan struktur anatomi daun monokotil dan dikotil.
Kata kunci :       Daun dikotil dan monokotil, epidermis, epidermis adaxial, epidermis abaxial, stomata, mesofil, jaringan palisade, jaringan spogy, jaringan pengangkut, xilem, floem.








PENDAHULUAN
Daun merupakan organ yang paling penting bagi tumbuhan, daun dapat melakukan proses fotosintesis, seperti halnya pada batang dan akar, daun juga tersusun atas jaringan-jaringan yang mendukung fungsi dari daun tersebut, selain itu tipe daun tidaklah sama, ada tipe daun monokotil dan ada tipe daun yag dikotil,serta mempunyai struktur yang berbeda pula, seperti pada akar dan batang, pada daun juga memiliki jaringan-jaringan yang menyusunnya yaitu jaringan epidermis yang berfungsi melindungi jaringan yang ada dibagian dalam. Jaringan mesofil yang berfungsi dalam proses fotosintesis serta jaringan pengangkut yang berfungsi mengangkut air dan mineral serta hasil dari fotosintesis keseluruh bagian dari tumbuhan tersebut. pada umumnya daun terdiri atas helai daun dan tangkai daun yang menghubungkan daun ke batang, helaian daun dapat berupa daun tunggal atau daun majemuk.
Agar kita mudah dalam mengenal lebih jauh mengenai daun monokotil dan dikotil, maka tujuan dalam praktikum mengenai jaringan pada daun monokotil dan dikotil yaitu mempelajari sistem dan jenis-jenis jaringan daun monokotil dan dikotil, mempelajari tipe daun monokotil dan dikotil, mempelajari posisi dari berbagai jaringan daun monokotil dan dikotil, serta membandingkan struktur anatomi daun monokotil dan dikotil.
Tanaman berbunga dengan biji tertutup dalam ovarium atau buah kemajuan evolusi terbaru dan terbesar dalam kerajaan tumbuhan. Tanaman ini disebut angiosperma dan telah ada selama sekitar 125 juta tahun. Mereka mendominasi flora tanaman yang lebih tinggi di bumi saat ini. Angiosperma dibagi menjadi dua kelompok, monokotil dan dikotil, berdasarkan struktur tanaman. Monokotil adalah bentuk singkat dari monokotil berarti satu daun biji. Ini adalah referensi ke daun tunggal yang muncul saat monokotil berkecambah. Monokotil adalah lebih kecil dari dua kelompok, memiliki sekitar 60.000 spesies. Ini termasuk rumput, bunga lili, iris, anggrek, palem, aroids, sedges dan banyak gulma kolam. Struktur monokotil memiliki kesamaan termasuk vena paralel, ikatan pembuluh tersebar, tidak adanya kayu pertumbuhan sekunder dan bagian bunga dalam kelipatan tiga. Para dikotil terdiri sekitar 190.000 spesies yang mencakup hampir semua akrab pohon non-konifera dan semak-semak dan hampir semua bumbu tahunan termasuk rumput. Dikotil juga merupakan bentuk singkat berasal dari dicotyledon kata mengacu pada daun dua benih hadir setelah perkecambahan. Vena dikotil biasanya netlike, ada cincin vaskular tunggal terus menerus, woody pertumbuhan sekunder hadir di pohon dan semak-semak dan bagian bunga terjadi dalam kelipatan 4s atau 5s.  ( Perry, 1991 ) .
Di hutan hujan tropis dataran rendah (TLRF) daun monokotil berbeda dari dikotil (eudicots dan magnoliids) dalam dua cara yang mungkin untuk mengurangi kerugian herbivora. Pada umumnya mereka lebih keras, dan mayoritas dari mereka memiliki daun erat dilipat atau digulung sampai tahap akhir pembangunan. Dominy et al. (2008) ditemukan dalam studi daun dewasa tersebar di tiga wilayah hutan hujan yang ketangguhan (baik kekuatan pukulan atau ketangguhan retak) lebih besar pada monokotil. Para penulis yang sama menunjukkan untuk hutan hujan Australia bahwa perbedaan dalam kekuatan pukulan antara monokotil dan dikotil relatif lebih besar untuk daun dewasa (dengan sekitar 30% lahan menghasilkan rata-rata) dibandingkan daun sepenuhnya diperluas dan sepenuhnya tangguh. Studi kritis pada ketangguhan patah daun dikotil telah menunjukkan bahwa determinan utama umumnya tingkat perkembangan serat sekitar ikatan pembuluh (Lucas et al., 1995, 2000), meskipun jaringan lain mungkin penting pada sebagian kecil spesies ( Baca et al., 2000).
Di antara monokotil di TLRF besar ketangguhan adalah karakteristik tidak hanya tanaman berdaun kaku, seperti banyak telapak tangan, tetapi juga monokotil dengan daun yang kaya air yang siap menggulung bawah kondisi pengeringan, seperti banyak jahe. Untuk dikotil di TLRF studi klasik Coley (1983) menemukan bahwa ketangguhan yang lebih besar (kekuatan pukulan) berkorelasi sangat negatif dengan tingkat kehilangan luas daun, dan beberapa penulis kemudian telah menemukan korelasi yang sama, meskipun beberapa yang lain tidak menemukan korelasi ( ditinjau oleh Dominy et al., 2008). Meskipun temuan negatif beberapa penulis baru-baru ini, kita berhipotesis bahwa di TLRF monokotil akan ditemukan menderita, rata-rata, kerugian kurang luas luas daun dibandingkan dikotil. ( Peter, 2008 ) .


Daun merupakan organ yang pertumbuhannya terbatas daripada umumnya simetris dorsiventral. Pipihnya daun berkaitan dengan fungsinya dalam fotosintesis, karena dengan bentuk daun demikian maka luas daun yang terekspose sinar matahari bisa lebih luas. Daun yang dorsiventral tidak diragukan lagi hasil evolusi yang sangat panjang, akan tetapi faktor-faktor ontogenetik yang mengatur sifat tersebut belum diketahui. Daun tumbuhan berbunga beragam bentuk dan ukurannya. Daun ada yang berukuran beberapa milimeter sampai lebih dari 6 kaki pada beberapa palem dan pisang; diameter daun lili air raksasa ada yang mencapai lebih dari 6 kaki.
1.    Anatomi Daun Dikotil
-       Epidermis
Daun ditutupi kedua permukaannya masing-masing oleh selapis epidermis. Dinding luar epidermis biasanya tebal dan dilapisi substansi berlilin yang disebut kutin. Permukaan luar epidermis seringkali dilapisi kutikula yang tebal ataupun tipis. Lapisan kutikula ini dibentuk dari kutin. Adanya lapisan kutikula menyebabkan air tidak dapat melewati epidermis dan transpirasi bisa berkurang, hanya sejumlah kecil air yang menguap melalui transpirasi. Epidermis juga mencegah masuknya patogen ke bagian dalam daun. Fungsi lain epidermis adalah melindungi jaringan internal yang lunak dari kerusakan mekanis. Pada daun tertentu pada daun xerofit, sel-sel epidermal memanjang secara radial dan mengalami lignifikasi. Pada daun Nerium, lapisan epidermis berlapis banyak. Pada lapisan epidermal terdapat stomata. Stomata paling banyak ditemukan pada permukaan bawah daun dorsiventral. Stomata sedikit/jarang pada permukaan atas dan bahkan tidak ada sama sekali. Pada daun yang terapung, stomata terdapat pada permukaan atas. Pada daun yang tenggelam, tidak ada stoma. Masing-masing stoma dikelilingi dua sel penutup. Sel-sel penutup merupakan sel hidup dan mengandung kloroplas. Sel penutup ini yang mengatur membukan menutupnya stoma. Letak stomata tersebar pada permukaan daun.
-       Jaringan Mesofil
Jaringan daun di antara epidermis atas dan epidermis bawah terdiri atas jaringan parenkim berdinding tipis disebut jaringan mesofil. Jaringan mesofil memiliki porsi terbesar jaringan internal daun. Pada umumnya sel-sel mesofil terdiri atas dua tipe, jaringan palisade dan jaringan spongy. Jaringan mesofil selalu mengandung kloroplas. Jaringan palisade biasanya terdiri dari parenkim yang silindris dan panjang dan posisinya tegak lurus dengan permukaan epidermis. Pada penampang melintang, sel selnya nampak padat, dan dipisahkan satu sama lain oleh ruang antar sel di antaranya. Jaringan palisade bisa selapis atau lebih. Daun yang menerima sinar matahari secara langsung jaringan palisade lebih rapat daripada yang teduh. Jaringan spongy tersusun longgar, tidak beraturan dengan ruang antar sel yang besar di antara sel-selnya. Pada jaringan ini juga terdapat kloroplas, akan tetapi tidak sebanyak pada jaringan palisade. Banyaknya rongga udara lebih memungkinkan untuk pertukaran gas antara sel-sel spong dengan udara luar.
-       Jaringan Mekanik pada Daun
Fungsi ibu tulang daun dan vena lateral untuk menguatkan daun. Jaringan yang berfungsi menguatkan pada daun adalah kolenkim, sklerenkim dan xilem. Pada bagian tengah ibu tulang daun, di bawah epidermis biasanya terdapat sel-sel berdinding tebal yang berfungsi untuk menguatkan daun yaitu jaringan kolenkim. Sklerenkim juga menguatkan daun. Biasanya sklerenkim merupakan suatu berkas bersebelahan dengan floem. Selain berfungsi untuk mengangkut air, trakea dan trakeid dengan ketebalan dindingnya juga berperan dalam menguatkan daun.

“ Gambar Daun Dikotil “

2.    Anatomi Daun Monokotil
Daun monokotil pada umumnya orientasinya tegak sehingga kedua permukaannya mendapat sinar matahari. Struktur internal hampir sama pada kedua permukaan daun. Stomata terdapat pada kedua sisi. Jaringan mesofil tidak mengalami diferensiasi menjadi jaringan tiang dan jaringan spongy, tetapi terdiri atas sel-sel parenkim dengan kloroplas dan ruang antar sel di antaranya.
“ Gambar Daun Monokotil “
( Anonim1, 2013 ) .
“ Gambar Anatomi Daun “
( Anonim2, 2013 ) .
Pada daun monokotil yang hidrofit, menunjukan struktur seperti dikotil, terutama dengan banyaknya ruang-ruang udara. Pada Butomaceae hamper 80% volume ditempati oleh ruang udara. Pada lilium, pada bagian dorsiventral dijumpai adanya jaringan tiang. Daun Musa sapientum adalah tebal dan mempunyai beberapa lapisan jaringan tiang dan daerah jaringan bunga karang yang lebar, dengan lacuna yang besar. Daun Carec mempunyai sklerenkim yang sangat berkembang, serta ruang udara yang besar yang berisi sel besar yang berdinding tipis. Sebagian monokotil mempunyai susunan daun unifasial. Misalnya Iris, mempunyai daun unifasial yang pipih. Ikatan pembuluh sebagian terdapat dalam satu deret, atau sebagian terdapat dalam dua deret yang berhubungan satu dengan yang lain. Sarung daun berkembang karena aktifitas meristem marginal dan ikatan pembuluh tampak posisinya seperti biasa.  Kebanyakan tumbuhan dikotil herba, mesofilnya relative tidak terdiferensiasi. Misalnya jaringan tiang tidak ada, atau kurang berkembang, ruang interseluler besar, daun tipis, epidermis dengan kutikula tipis, dan stomata menonjol. Pada tumbuhan semak dan berkayu, daun terdiferensiasi menjadi jaringan tiang pada sisi adaksial, daun bertipe mesomorfik dorsiventral, misalnya pada Vitis, Sylinga, Lingustrum, dan pyrus. Daun Citrus mempunyai kutikula yang tebal dengan lapisan lilin. Pada Ficus, dibawah epidermis terdapat sel-sel yang tidak mengandung kloroplas, disebut hypodermis, merupakan derivate epidermis (multiple epidermis). Dijumpai pula adanya sistolit pada epidermis dan sel getah (latisifer) pada mesofil. ( Supardi, 1993 ) .
Epidermis terdapat dipermukaan atas dan dipeermukaan bawah daun. Umumnya terdiri dari selapis sel, seperti pada daun Ficus dan Piper (sirih). Sel-selnya berdinding tebal dan pada bagian yang menghadap ke luar dilapisi oleh kutikula untuk membatasi penguapan air yang terlalu besar, kadang-kadang pada daun juga dijumpai lapisan lilin atau rambut.  Pada epidermis terdapat stomata (mulut daun), yaitu celah yang dibatasi oleh sel penutup. Lapisan epidermis atas berfungsi melindungi bagian dibawahnya. Stomata berfungsi sebagai tempat keluar masuknya udara dan dengan menghubungkan ruang-ruang antar sel di dalam  jaringan parenkim dengan atmosfer. Pada tumbuhan darat, stomata terletak dipermukaan bawah daun, sedangkan pada tumbuhan air terdapat di atas permukaan daun. ( Lakitan, 1996 ) .
Mesofil (jaringan dasar) merupakan jaringan dasar yang tersusun atas jaringan palisade (jaringan tiang) dan jaringan spon (bunga karang). ( Suradinata, 1998 ).
Pada tumbuhan dikotil, dibawah epidermis terdapat sel-sel parenkim. Sel-sel parenkim tersebut membentuk jaringan parenkim palisade dan jaringam spons. Jaringan parenkim palisade merupakan jaringan parenkim pada daun yang memiliki banyak kloroplas sehingga pada jaringan ini terjadi proses fotosintesis. Sel pada parenkim palisade tersusun sangat rapat. Jaringan spons pada tumbuhan dikotil merupakan jaringan yang di dalamnya terdapat pembuluh pengangkut. Pada jaringan ini terdapat kloroplas, namun jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan kloroplas dalam parenkim palisade. ( Fahn, 1982 ).
Pada tumbuhan monokotil tidak terdapat jaringan parenkim palisade, hanya terdapat jaringan spons saja. Proses fotosintesis terjadi di semua sel penyusun jaringan spons yang berbentuk membulat. Pada jaringan ini terdapat ruang antar sel sama halnya dengan tumbuhan dikotil, jaringan spons pada tumbuhan monokotil di dalamnya terdapat pembuluh pengangkut. Ciri khas jaringan spons yaitu adanya lekukan-lekukan yang menjadi penghubung antar sel. (Syarif. 2009).
Pembuluh pengangkut terdiri dari xylem dan floem yang terdapat pada ibu tulang daun, tulang-tulang cabang dan urat-urat daun yang terlihat menonjol pada permukaan bawah daun. Pembuluh pengakut ini merupakn lanjutan pembuluh angkut pada batang walaupun tidak seluas pada batang. Daun tumbuhan monokotil dan dikotil berbeda dalam susunan tulang daun utamanya. Sebagian besar monokotil memiliki tulang daun utama parallel (sejajar) yang menjalar sepanjang helai daun. Sebaliknya daun tumbuhan dikotil umumnya memiliki banyak percabangan pada tulang daun utama. Karena morfologi daun sangat bervariasi diantara spesies tumbuhan, para ahli taksonomi tumbuhan menggunakan ciri-ciri seperti bentuk daun, pengaturan spasial daun pada batang, dan pola tulang daun untuk membantu dan mengklasifikasikan tumbuhan.
(Campbell, 2003) .

METODOLOGI
Praktikum mengenai jaringan pada akar dan batang monokotil dan dikotil, dilaksanakan pada tanggal 25 april 2013 di laboratorium pendidikan biologi, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, universitas tanjungpura pontianak, pukul 07.30-selesai WIB.
Adapun alat dan bahan yang digunakan saat praktikum ini, yaitu Alat yang digunakan berupa mikroskop, silet, pipet tetes, beaker glass, gelas objek, dan kaca penutup. Sedangkan bahan yang digunakan berupa preparat awetan daun monokotil Lilium sp, preparat daun awetan dikotil Ficus sp, preparat segar daun monokotil Musa paradisiaca, preparat segar daun dikotil Arthocarpus integra dan air.
Langkah kerja pada praktikum ini yaitu preparat yang telah disiapkan berupa preparat daun monokotil Lilium sp dan preparat daun dikotil Ficus sp kemudian diamati dengan mikroskop dari perbesaran lemah hingga perbesaran yang kuat. Setelah jaringan daun yang tampak, digambar dan diberi keterangan. Pada preparat segar berupa preparat segar daun monokotil Musa paradisiaca dan preparat segar daun dikotil Arthocarpus integra, kemudian daun masing-masing disiapkan untuk disayat setipis mungkin dengan silet dan diletakkan pada gelas objek dan ditetesi dengan air secukupnya serta ditutupi dengan kaca penutup. Kemudian diamati dengan mikroskop dengan perbesaran yang lemah ke perbesaran yang besar. Kemudian diamati jaringan daun yang tampak, digambar dan diberi keterangan.







DATA DAN PEMBAHASAN
Data Pengamatan :
1.    Preparat Awetan
6
 
3
 
2
 
5
 
4
 
1
 
Keterangan:
1.    Palisade
2.    Berkas pengangkut
3.    Stomata
4.    Epidermis
5.    Spongy
6.    Mesofil

Perbesaran : 10 x 10
 
“ Gambar Daun Monokotil Lilium sp

6
 
5
 
4
 
3
 
2
 
1
 
Keterangan:
1.    Palisade
2.    Berkas pengangkut
3.    Stomata
4.    Epidermis
5.    Spongy
6.    Mesofil
Perbesaran : 10 x 10

 
“ Gambar Daun Dikotil Ficus sp



2.    Preparat Segar
6
 
Keterangan:
1.    Palisade
2.    Berkas pengangkut
3.    Stomata
4.    Epidermis
5.    Spongy
6.    Mesofil
Perbesaran : 10 x 10
 
 


1
 
“ Gambar Daun Monokotil Musa paradisiaca

6
 
3
 
5
 
4
 
2
 
1
 
Keterangan:
1.    Palisade
2.    Berkas pengangkut
3.    Stomata
4.    Epidermis
5.    Spongy
6.    Mesofil
Perbesaran : 10 x 10
 
“ Gambar Daun Dikotil Arthocarpus integra






Pembahasan :
Dalam praktikum mengenai jaringan pada daun monokotil dan dikotil, yang bertujuan untuk mempelajari sistem dan jenis-jenis jaringan daun monokotil dan dikotil, mempelajari tipe daun monokotil dan dikotil, mempelajari posisi dari berbagai jaringan daun monokotil dan dikotil, serta membandingkan struktur anatomi daun monokotil dan dikotil. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop.
Preparat yang telah disediakan yaitu preparat awetan daun monokotil Lilium sp, preparat daun awetan dikotil Ficus sp dan preparat segar daun monokotil Musa paradisiaca, preparat segar daun dikotil Arthocarpus integra. Hasil pengamatan yang dilakukan yaitu adanya perbedaan antara tumbuhan dikotil dan monokotil tidak hanya terletak pada perbedaan struktur anatomi akar dan batangnya, tetapi juga terletak pada susunan anatomi daunnya.
Menurut (Fried,  2005 ) bahwa perbedaan yang signifikan antara daun monokotil dan dikotil adalah dalam hal distribusi urat daun atau vena (berkas fibrovaskular).
Perbandingan antara daun dikotil dengan daun monokotil yaitu :
1.    Pada daun dikotil
Daun ditutupi kedua permukaannya masing-masing oleh selapis epidermis. Dinding luar epidermis biasanya tebal dan dilapisi substansi berlilin yang disebut kutin. Permukaan luar epidermis seringkali dilapisi kutikula yang tebal ataupun tipis. Lapisan kutikula ini dibentuk dari kutin. Adanya lapisan kutikula menyebabkan air tidak dapat melewati epidermis dan transpirasi bisa berkurang, hanya sejumlah kecil air yang menguap melalui transpirasi. Epidermis juga mencegah masuknya patogen ke bagian dalam daun. Fungsi lain epidermis adalah melindungi jaringan internal yang lunak dari kerusakan mekanis. Stomata paling banyak ditemukan pada permukaan bawah daun dorsiventral. Stomata sedikit/jarang pada permukaan atas dan bahkan tidak ada sama sekali.
Pada daun yang terapung, stomata terdapat pada permukaan atas. Pada daun yang tenggelam, tidak ada stoma. Masing-masing stoma dikelilingi dua sel penutup. Sel-sel penutup merupakan sel hidup dan mengandung kloroplas. Sel penutup ini yang mengatur membuka menutupnya stoma. Letak stomata tersebar pada permukaan daun.
Jaringan daun di antara epidermis atas dan epidermis bawah terdiri atas jaringan parenkim berdinding tipis disebut jaringan mesofil. Jaringan mesofil memiliki porsi terbesar jaringan internal daun. Pada umumnya sel-sel mesofil terdiri atas dua tipe, jaringan palisade dan jaringan spongy. Jaringan mesofil selalu mengandung kloroplas. Jaringan palisade biasanya terdiri dari parenkim yang silindris dan panjang serta posisinya tegak lurus dengan permukaan epidermis.
Pada penampang melintang, sel selnya nampak padat, dan dipisahkan satu sama lain oleh ruang antar sel di antaranya. Jaringan palisade bisa selapis atau lebih. Daun yang menerima sinar matahari secara langsung jaringan palisade lebih rapat daripada yang teduh.
Jaringan spongy tersusun longgar, tidak beraturan dengan ruang antar sel yang besar di antara sel-selnya. Pada jaringan ini juga terdapat kloroplas, akan tetapi tidak sebanyak pada jaringan palisade. Banyaknya rongga udara lebih memungkinkan untuk pertukaran gas antara sel-sel spongy dengan udara luar.
Fungsi ibu tulang daun dan vena lateral untuk menguatkan daun. Jaringan yang berfungsi menguatkan pada daun adalah kolenkim, sklerenkim dan xilem. Pada bagian tengah ibu tulang daun, di bawah epidermis biasanya terdapat sel-sel berdinding tebal yang berfungsi untuk menguatkan daun yaitu jaringan kolenkim. Sklerenkim juga menguatkan daun. Biasanya sklerenkim merupakan suatu berkas bersebelahan dengan floem. Selain berfungsi untuk mengangkut air, trakea dan trakeid dengan ketebalan dindingnya juga berperan dalam menguatkan daun.
2.    Pada Daun Monokotil
Daun monokotil pada umumnya orientasinya tegak sehingga kedua permukaannya mendapat sinar matahari. Struktur internal hampir sama pada kedua permukaan daun. Stomata terdapat pada kedua sisi. Jaringan mesofil tidak mengalami diferensiasi menjadi jaringan tiang dan jaringan spongy, tetapi terdiri atas sel-sel parenkim dengan kloroplas dan ruang antar sel di antaranya.
Jadi, menurut ( Campbell, 2003 ) yaitu daun tumbuhan monokotil dan dikotil berbeda dalam susunan tulang daun utamanya. Sebagian besar monokotil memiliki tulang daun utama parallel (sejajar) yang menjalar sepanjang helai daun. Sebaliknya daun tumbuhan dikotil umumnya memiliki banyak percabangan pada tulang daun utama.




















KESIMPULAN
Daun merupakan organ yang pertumbuhannya terbatas dan pada umumnya simetris dorsiventral. Pipihnya daun berkaitan dengan fungsinya dalam fotosintesis, karena dengan bentuk daun demikian maka luas daun yang terekspose sinar matahari bisa lebih luas.
Sebagian monokotil mempunyai susunan daun unifasial. Kebanyakan tumbuhan dikotil herba, mesofilnya relative tidak terdiferensiasi. Misalnya jaringan tiang tidak ada, atau kurang berkembang, ruang interseluler besar, daun tipis, epidermis dengan kutikula tipis, dan stomata menonjol. Pada tumbuhan dikotil, dibawah epidermis terdapat sel-sel parenkim. Sel-sel parenkim tersebut membentuk jaringan parenkim palisade dan jaringam spons. Pada tumbuhan monokotil tidak terdapat jaringan parenkim palisade, hanya terdapat jaringan spons saja.
Daun tumbuhan monokotil dan dikotil berbeda dalam susunan tulang daun utamanya. Sebagian besar monokotil memiliki tulang daun utama parallel (sejajar) yang menjalar sepanjang helai daun. Sebaliknya daun tumbuhan dikotil umumnya memiliki banyak percabangan pada tulang daun utama.










DAFTAR PUSTAKA
Anonim 1. 2013. Daun. file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/.../daun_(11).pdf. diakses tanggal 27 april 2013.
Anonim 2. 2013. Jaringan Tumbuhan. file.upi.edu/...J.../Bab.jar.tumbuhan.pdf. diakses tanggal 27 april 2013.
Campbell. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Fahn. 1982. Plant Anatomy. Fourth Edition. Oxford: Pergamon Press.

Fried. 2005. Biologi Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.

Lakitan. 1996. Fisiologi Pertumbuhan Dan Perkembangan Tanaman. Jakarta: Rajawali Pers.

Supardi. 1993. Stuktur Dan Perkembangan Tumbuhan. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Suradinata. 1998. Struktur Tumbuhan. Bandung: Angkasa.
Perry. 1991. Monocots And Dicots. Journal of Arboriculture 17(2). http://joa.isaarbor.com/request.asp?JournalID=1&ArticleID=2411&Type=2.
Peter. 2008. Monocot Leaves are Eaten Less than Dicot Leaves in Tropical Lowland Rain Forests: Correlations with Toughness and Leaf Presentation. Ann Bot. 2008 June; 101(9): 1379–1389.