LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI
TUMBUHAN
“ JARINGAN PADA DAUN MONOKOTIL DAN
DIKOTIL “
OLEH
RISFI
PRATIWI SUTRISNO (F16111004)
PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013
ABSTRAK
Daun merupakan salah satu organ
penentu tingkat produksi tanaman, karena peranannya sebagai penyerap dan
pengubah energi cahaya pada proses fotosintesis. Terganggunya proses pengangkutan
cahaya matahari akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Pada
daun terdapat kloroplas
yang berfungsi dalam proses fotosintesis dan terdapat pula jaringan-jaringan penyusunnya
yang mendukung dari daun itu sendiri, Jaringan tersebut ialah epidermis yang
terdiri dari epidermis adaxial atau epidermis atas dan epidemis abaxial atau
epidermis bawah, epidermis berfungsi untuk melindungi jaringan yang berada
didalamnya, diantara sel-sel epidermis abaxial terdapat stomata yang berfungsi
dalam proses transpirasi. Jaringan mesofil yang berfungsi dalam proses fotosintesis
dan terdiri dari jaringan palisade (pada daun dikotil) dan jaringan spongy (pada
monokotil dan dikotil), serta jaringan pengangkut yang berfungsi untuk mengangkut
air dan mineral serta hasil dari fotosintesis yang terdiri dari xilem dan floem.
Adapun tujuan yang dilakukan pada praktikum mengenai jaringan pada daun
monokotil dan dikotil yaitu mempelajari sistem dan jenis-jenis jaringan daun
monokotil dan dikotil, mempelajari tipe daun monokotil dan dikotil, mempelajari
posisi dari berbagai jaringan daun monokotil dan dikotil, serta membandingkan
struktur anatomi daun monokotil dan dikotil.
Kata kunci :
Daun dikotil dan monokotil, epidermis, epidermis adaxial, epidermis abaxial,
stomata, mesofil, jaringan palisade, jaringan spogy, jaringan pengangkut,
xilem, floem.
PENDAHULUAN
Daun merupakan organ yang paling
penting bagi tumbuhan, daun dapat melakukan proses fotosintesis, seperti halnya
pada batang dan akar, daun juga tersusun atas jaringan-jaringan yang mendukung
fungsi dari daun tersebut, selain itu tipe daun tidaklah sama, ada tipe daun
monokotil dan ada tipe daun yag dikotil,serta mempunyai struktur yang berbeda
pula, seperti pada akar dan batang, pada daun juga memiliki jaringan-jaringan
yang menyusunnya yaitu jaringan epidermis yang berfungsi melindungi jaringan
yang ada dibagian dalam. Jaringan mesofil yang berfungsi dalam proses
fotosintesis serta jaringan pengangkut yang berfungsi mengangkut air dan
mineral serta hasil dari fotosintesis keseluruh bagian dari tumbuhan tersebut.
pada umumnya daun terdiri atas helai daun dan tangkai daun yang menghubungkan
daun ke batang, helaian daun dapat berupa daun tunggal atau daun majemuk.
Agar kita mudah dalam mengenal lebih
jauh mengenai daun monokotil dan dikotil, maka tujuan dalam praktikum mengenai
jaringan pada daun monokotil dan dikotil yaitu mempelajari
sistem dan jenis-jenis jaringan daun monokotil dan dikotil, mempelajari tipe
daun monokotil dan dikotil, mempelajari posisi dari berbagai jaringan daun
monokotil dan dikotil, serta membandingkan struktur anatomi daun monokotil dan
dikotil.
Tanaman
berbunga dengan biji tertutup dalam ovarium atau buah kemajuan evolusi terbaru
dan terbesar dalam kerajaan tumbuhan. Tanaman ini disebut angiosperma dan telah
ada selama sekitar 125 juta tahun. Mereka mendominasi flora tanaman yang lebih
tinggi di bumi saat ini. Angiosperma dibagi menjadi dua kelompok, monokotil dan
dikotil, berdasarkan struktur tanaman. Monokotil adalah bentuk singkat dari
monokotil berarti satu daun biji. Ini adalah referensi ke daun tunggal yang
muncul saat monokotil berkecambah. Monokotil adalah lebih kecil dari dua
kelompok, memiliki sekitar 60.000 spesies. Ini termasuk rumput, bunga lili,
iris, anggrek, palem, aroids, sedges dan banyak gulma kolam. Struktur monokotil
memiliki kesamaan termasuk vena paralel, ikatan pembuluh tersebar, tidak adanya
kayu pertumbuhan sekunder dan bagian bunga dalam kelipatan tiga. Para dikotil
terdiri sekitar 190.000 spesies yang mencakup hampir semua akrab pohon
non-konifera dan semak-semak dan hampir semua bumbu tahunan termasuk rumput.
Dikotil juga merupakan bentuk singkat berasal dari dicotyledon kata mengacu
pada daun dua benih hadir setelah perkecambahan. Vena dikotil biasanya netlike,
ada cincin vaskular tunggal terus menerus, woody pertumbuhan sekunder hadir di
pohon dan semak-semak dan bagian bunga terjadi dalam kelipatan 4s atau 5s. (
Perry, 1991 ) .
Di hutan hujan tropis dataran rendah (TLRF) daun
monokotil berbeda dari dikotil (eudicots dan magnoliids) dalam dua cara yang
mungkin untuk mengurangi kerugian herbivora. Pada umumnya mereka lebih keras,
dan mayoritas dari mereka memiliki daun erat dilipat atau digulung sampai tahap
akhir pembangunan. Dominy et al. (2008) ditemukan dalam studi daun dewasa
tersebar di tiga wilayah hutan hujan yang ketangguhan (baik kekuatan pukulan
atau ketangguhan retak) lebih besar pada monokotil. Para penulis yang sama
menunjukkan untuk hutan hujan Australia bahwa perbedaan dalam kekuatan pukulan
antara monokotil dan dikotil relatif lebih besar untuk daun dewasa (dengan
sekitar 30% lahan menghasilkan rata-rata) dibandingkan daun sepenuhnya
diperluas dan sepenuhnya tangguh. Studi kritis pada ketangguhan patah daun
dikotil telah menunjukkan bahwa determinan utama umumnya tingkat perkembangan
serat sekitar ikatan pembuluh (Lucas et al., 1995, 2000), meskipun jaringan
lain mungkin penting pada sebagian kecil spesies ( Baca et al., 2000).
Di antara monokotil di TLRF besar
ketangguhan adalah karakteristik tidak hanya tanaman berdaun kaku, seperti
banyak telapak tangan, tetapi juga monokotil dengan daun yang kaya air yang
siap menggulung bawah kondisi pengeringan, seperti banyak jahe. Untuk dikotil
di TLRF studi klasik Coley (1983) menemukan bahwa ketangguhan yang lebih besar
(kekuatan pukulan) berkorelasi sangat negatif dengan tingkat kehilangan luas
daun, dan beberapa penulis kemudian telah menemukan korelasi yang sama,
meskipun beberapa yang lain tidak menemukan korelasi ( ditinjau oleh Dominy et
al., 2008). Meskipun temuan negatif beberapa penulis baru-baru ini, kita
berhipotesis bahwa di TLRF monokotil akan ditemukan menderita, rata-rata,
kerugian kurang luas luas daun dibandingkan dikotil. ( Peter, 2008 ) .
Daun merupakan organ yang pertumbuhannya terbatas daripada
umumnya simetris dorsiventral. Pipihnya daun berkaitan dengan fungsinya dalam
fotosintesis, karena dengan bentuk daun demikian maka luas daun yang terekspose
sinar matahari bisa lebih luas. Daun yang dorsiventral tidak diragukan lagi
hasil evolusi yang sangat panjang, akan tetapi faktor-faktor ontogenetik yang
mengatur sifat tersebut belum diketahui. Daun tumbuhan berbunga beragam bentuk
dan ukurannya. Daun ada yang berukuran beberapa milimeter sampai lebih dari 6
kaki pada beberapa palem dan pisang; diameter daun lili air raksasa ada yang
mencapai lebih dari 6 kaki.
1.
Anatomi Daun Dikotil
-
Epidermis
Daun ditutupi kedua permukaannya masing-masing oleh
selapis epidermis. Dinding luar epidermis biasanya tebal dan dilapisi substansi
berlilin yang disebut kutin. Permukaan luar epidermis seringkali
dilapisi kutikula yang tebal ataupun tipis. Lapisan kutikula ini dibentuk dari
kutin. Adanya lapisan kutikula menyebabkan air tidak dapat melewati epidermis
dan transpirasi bisa berkurang, hanya sejumlah kecil air yang menguap melalui
transpirasi. Epidermis juga mencegah masuknya patogen ke bagian dalam daun.
Fungsi lain epidermis adalah melindungi jaringan internal yang lunak dari
kerusakan mekanis. Pada daun tertentu pada daun xerofit, sel-sel epidermal
memanjang secara radial dan mengalami lignifikasi. Pada daun Nerium, lapisan
epidermis berlapis banyak. Pada lapisan epidermal terdapat stomata. Stomata
paling banyak ditemukan pada permukaan bawah daun dorsiventral. Stomata
sedikit/jarang pada permukaan atas dan bahkan tidak ada sama sekali. Pada daun
yang terapung, stomata terdapat pada permukaan atas. Pada daun yang tenggelam,
tidak ada stoma. Masing-masing stoma dikelilingi dua sel penutup. Sel-sel
penutup merupakan sel hidup dan mengandung kloroplas. Sel penutup ini yang
mengatur membukan menutupnya stoma. Letak stomata tersebar pada permukaan daun.
-
Jaringan Mesofil
Jaringan daun di antara epidermis atas dan epidermis
bawah terdiri atas jaringan parenkim berdinding tipis disebut jaringan
mesofil. Jaringan mesofil memiliki porsi terbesar jaringan internal daun.
Pada umumnya sel-sel mesofil terdiri atas dua tipe, jaringan palisade dan
jaringan spongy. Jaringan mesofil selalu mengandung kloroplas. Jaringan
palisade biasanya terdiri dari parenkim yang silindris dan panjang dan
posisinya tegak lurus dengan permukaan epidermis. Pada penampang melintang, sel
selnya nampak padat, dan dipisahkan satu sama lain oleh ruang antar sel di
antaranya. Jaringan palisade bisa selapis atau lebih. Daun yang menerima sinar
matahari secara langsung jaringan palisade lebih rapat daripada yang teduh. Jaringan
spongy tersusun longgar, tidak beraturan dengan ruang antar sel yang besar di
antara sel-selnya. Pada jaringan ini juga terdapat kloroplas, akan tetapi tidak
sebanyak pada jaringan palisade. Banyaknya rongga udara lebih memungkinkan
untuk pertukaran gas antara sel-sel spong dengan udara luar.
-
Jaringan Mekanik pada Daun
Fungsi ibu tulang daun dan vena lateral untuk
menguatkan daun. Jaringan yang berfungsi menguatkan pada daun adalah kolenkim,
sklerenkim dan xilem. Pada bagian tengah ibu tulang daun, di bawah epidermis
biasanya terdapat sel-sel berdinding tebal yang berfungsi untuk menguatkan daun
yaitu jaringan kolenkim. Sklerenkim juga menguatkan daun. Biasanya sklerenkim
merupakan suatu berkas bersebelahan dengan floem. Selain berfungsi untuk
mengangkut air, trakea dan trakeid dengan ketebalan dindingnya juga berperan
dalam menguatkan daun.
“
Gambar Daun Dikotil “
2.
Anatomi Daun Monokotil
Daun
monokotil pada umumnya orientasinya tegak sehingga kedua permukaannya mendapat
sinar matahari. Struktur internal hampir sama pada kedua permukaan daun.
Stomata terdapat pada kedua sisi. Jaringan mesofil tidak mengalami diferensiasi
menjadi jaringan tiang dan jaringan spongy, tetapi terdiri atas sel-sel
parenkim dengan kloroplas dan ruang antar sel di antaranya.
“
Gambar Daun Monokotil “
( Anonim1, 2013 ) .
“ Gambar Anatomi Daun “
( Anonim2, 2013 ) .
Pada
daun monokotil yang hidrofit, menunjukan struktur seperti dikotil, terutama
dengan banyaknya ruang-ruang udara. Pada Butomaceae hamper 80% volume ditempati
oleh ruang udara. Pada lilium, pada
bagian dorsiventral dijumpai adanya jaringan tiang. Daun Musa sapientum adalah tebal dan mempunyai beberapa lapisan jaringan
tiang dan daerah jaringan bunga karang yang lebar, dengan lacuna yang besar.
Daun Carec mempunyai sklerenkim yang
sangat berkembang, serta ruang udara yang besar yang berisi sel besar yang
berdinding tipis. Sebagian monokotil mempunyai susunan daun unifasial. Misalnya
Iris, mempunyai daun unifasial yang
pipih. Ikatan pembuluh sebagian terdapat dalam satu deret, atau sebagian terdapat
dalam dua deret yang berhubungan satu dengan yang lain. Sarung daun berkembang
karena aktifitas meristem marginal dan ikatan pembuluh tampak posisinya seperti
biasa. Kebanyakan tumbuhan dikotil
herba, mesofilnya relative tidak terdiferensiasi. Misalnya jaringan tiang tidak
ada, atau kurang berkembang, ruang interseluler besar, daun tipis, epidermis
dengan kutikula tipis, dan stomata menonjol. Pada tumbuhan semak dan berkayu,
daun terdiferensiasi menjadi jaringan tiang pada sisi adaksial, daun bertipe
mesomorfik dorsiventral, misalnya pada Vitis,
Sylinga, Lingustrum, dan pyrus. Daun Citrus
mempunyai kutikula yang tebal dengan lapisan lilin. Pada Ficus, dibawah epidermis terdapat sel-sel yang tidak mengandung
kloroplas, disebut hypodermis, merupakan derivate epidermis (multiple
epidermis). Dijumpai pula adanya sistolit pada epidermis dan sel getah
(latisifer) pada mesofil. ( Supardi,
1993 ) .
Epidermis terdapat dipermukaan atas dan dipeermukaan bawah
daun. Umumnya terdiri dari selapis sel, seperti pada daun Ficus dan Piper (sirih). Sel-selnya berdinding tebal
dan pada bagian yang menghadap ke luar dilapisi oleh kutikula untuk membatasi
penguapan air yang terlalu besar, kadang-kadang pada daun juga dijumpai lapisan
lilin atau rambut. Pada epidermis terdapat stomata (mulut daun), yaitu
celah yang dibatasi oleh sel penutup. Lapisan epidermis atas berfungsi
melindungi bagian dibawahnya. Stomata berfungsi sebagai tempat keluar masuknya
udara dan dengan menghubungkan ruang-ruang antar sel di dalam jaringan
parenkim dengan atmosfer. Pada tumbuhan darat, stomata terletak dipermukaan
bawah daun, sedangkan pada tumbuhan air terdapat di atas permukaan daun. ( Lakitan, 1996 ) .
Mesofil (jaringan dasar) merupakan jaringan dasar yang
tersusun atas jaringan palisade (jaringan tiang) dan jaringan spon (bunga
karang). ( Suradinata, 1998 ).
Pada tumbuhan dikotil, dibawah epidermis terdapat sel-sel
parenkim. Sel-sel parenkim tersebut membentuk jaringan parenkim palisade dan
jaringam spons. Jaringan parenkim palisade merupakan jaringan parenkim pada
daun yang memiliki banyak kloroplas sehingga pada jaringan ini terjadi proses
fotosintesis. Sel pada parenkim palisade tersusun sangat rapat. Jaringan spons
pada tumbuhan dikotil merupakan jaringan yang di dalamnya terdapat pembuluh
pengangkut. Pada jaringan ini terdapat kloroplas, namun jumlahnya lebih sedikit
dibandingkan dengan kloroplas dalam parenkim palisade. ( Fahn, 1982 ).
Pada tumbuhan monokotil tidak terdapat jaringan
parenkim palisade, hanya terdapat jaringan spons saja. Proses fotosintesis
terjadi di semua sel penyusun jaringan spons yang berbentuk membulat. Pada
jaringan ini terdapat ruang antar sel sama halnya dengan tumbuhan dikotil,
jaringan spons pada tumbuhan monokotil di dalamnya terdapat pembuluh pengangkut.
Ciri khas jaringan spons yaitu adanya lekukan-lekukan yang menjadi penghubung
antar sel. (Syarif. 2009).
Pembuluh pengangkut terdiri dari xylem dan floem
yang terdapat pada ibu tulang daun, tulang-tulang cabang dan urat-urat daun
yang terlihat menonjol pada permukaan bawah daun. Pembuluh pengakut ini
merupakn lanjutan pembuluh angkut pada batang walaupun tidak seluas pada batang. Daun tumbuhan monokotil dan dikotil berbeda dalam susunan tulang daun
utamanya. Sebagian besar monokotil memiliki tulang daun utama parallel
(sejajar) yang menjalar sepanjang helai daun. Sebaliknya daun tumbuhan dikotil umumnya memiliki banyak percabangan pada tulang daun
utama. Karena morfologi daun sangat bervariasi diantara spesies tumbuhan, para
ahli taksonomi tumbuhan menggunakan ciri-ciri seperti bentuk daun, pengaturan spasial
daun pada batang, dan pola
tulang daun untuk membantu dan mengklasifikasikan tumbuhan.
(Campbell, 2003) .
METODOLOGI
Praktikum
mengenai jaringan pada akar dan batang monokotil dan dikotil, dilaksanakan pada
tanggal 25 april 2013 di laboratorium pendidikan biologi, fakultas keguruan dan
ilmu pendidikan, universitas tanjungpura pontianak, pukul 07.30-selesai WIB.
Adapun
alat dan bahan yang digunakan saat praktikum ini, yaitu Alat yang digunakan
berupa mikroskop, silet, pipet tetes, beaker glass, gelas objek, dan kaca
penutup. Sedangkan bahan yang digunakan berupa preparat awetan daun monokotil Lilium sp, preparat daun awetan dikotil Ficus sp, preparat segar daun monokotil Musa paradisiaca, preparat segar daun dikotil Arthocarpus integra dan air.
Langkah
kerja pada praktikum ini yaitu preparat yang telah disiapkan berupa preparat
daun monokotil Lilium sp dan preparat daun dikotil Ficus sp kemudian diamati dengan
mikroskop dari perbesaran lemah hingga perbesaran yang kuat. Setelah jaringan
daun yang tampak, digambar dan diberi keterangan. Pada preparat segar berupa
preparat segar daun monokotil Musa
paradisiaca dan preparat segar daun dikotil Arthocarpus integra, kemudian daun masing-masing disiapkan untuk
disayat setipis mungkin dengan silet dan diletakkan pada gelas objek dan
ditetesi dengan air secukupnya serta ditutupi dengan kaca penutup. Kemudian
diamati dengan mikroskop dengan perbesaran yang lemah ke perbesaran yang besar.
Kemudian diamati jaringan daun yang tampak, digambar dan diberi keterangan.
DATA DAN PEMBAHASAN
Data
Pengamatan :
1. Preparat
Awetan
|
|
|
|
|
|
|
“ Gambar Daun
Monokotil Lilium sp “
|
|
|
|
|
|
|
“
Gambar Daun Dikotil Ficus sp “
2. Preparat
Segar
|
|
|||||||||||
|
“ Gambar Daun
Monokotil Musa paradisiaca “
|
|
|
|
|
|
|
“ Gambar Daun
Dikotil Arthocarpus integra “
Pembahasan
:
Dalam
praktikum mengenai jaringan pada daun monokotil dan dikotil, yang bertujuan
untuk mempelajari sistem dan jenis-jenis jaringan daun monokotil dan dikotil,
mempelajari tipe daun monokotil dan dikotil, mempelajari posisi dari berbagai
jaringan daun monokotil dan dikotil, serta membandingkan struktur anatomi daun
monokotil dan dikotil. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop.
Preparat
yang telah disediakan yaitu preparat awetan daun monokotil Lilium sp, preparat daun
awetan dikotil Ficus sp dan preparat
segar daun monokotil Musa paradisiaca,
preparat segar daun dikotil Arthocarpus
integra. Hasil pengamatan yang dilakukan yaitu adanya perbedaan antara
tumbuhan dikotil dan monokotil tidak hanya terletak pada perbedaan struktur
anatomi akar dan batangnya, tetapi juga terletak pada susunan anatomi daunnya.
Menurut
(Fried, 2005 ) bahwa perbedaan yang
signifikan antara daun monokotil dan dikotil adalah dalam hal distribusi urat
daun atau vena (berkas fibrovaskular).
Perbandingan
antara daun dikotil dengan daun monokotil yaitu :
1. Pada
daun dikotil
Daun
ditutupi kedua permukaannya masing-masing oleh selapis epidermis. Dinding luar
epidermis biasanya tebal dan dilapisi substansi berlilin yang disebut kutin.
Permukaan luar epidermis seringkali dilapisi kutikula yang tebal ataupun tipis.
Lapisan kutikula ini dibentuk dari kutin. Adanya lapisan kutikula menyebabkan
air tidak dapat melewati epidermis dan transpirasi bisa berkurang, hanya
sejumlah kecil air yang menguap melalui transpirasi. Epidermis juga mencegah
masuknya patogen ke bagian dalam daun. Fungsi lain epidermis adalah melindungi
jaringan internal yang lunak dari kerusakan mekanis. Stomata paling banyak
ditemukan pada permukaan bawah daun dorsiventral. Stomata sedikit/jarang pada
permukaan atas dan bahkan tidak ada sama sekali.
Pada
daun yang terapung, stomata terdapat pada permukaan atas. Pada daun yang
tenggelam, tidak ada stoma. Masing-masing stoma dikelilingi dua sel penutup.
Sel-sel penutup merupakan sel hidup dan mengandung kloroplas. Sel penutup ini
yang mengatur membuka menutupnya stoma. Letak stomata tersebar pada permukaan
daun.
Jaringan
daun di antara epidermis atas dan epidermis bawah terdiri atas jaringan
parenkim berdinding tipis disebut jaringan mesofil. Jaringan mesofil
memiliki porsi terbesar jaringan internal daun. Pada umumnya sel-sel mesofil
terdiri atas dua tipe, jaringan palisade dan jaringan spongy. Jaringan mesofil
selalu mengandung kloroplas. Jaringan palisade biasanya terdiri dari parenkim
yang silindris dan panjang serta posisinya tegak lurus dengan permukaan
epidermis.
Pada
penampang melintang, sel selnya nampak padat, dan dipisahkan satu sama lain
oleh ruang antar sel di antaranya. Jaringan palisade bisa selapis atau lebih.
Daun yang menerima sinar matahari secara langsung jaringan palisade lebih rapat
daripada yang teduh.
Jaringan
spongy tersusun longgar, tidak beraturan dengan ruang antar sel yang besar di
antara sel-selnya. Pada jaringan ini juga terdapat kloroplas, akan tetapi tidak
sebanyak pada jaringan palisade. Banyaknya rongga udara lebih memungkinkan
untuk pertukaran gas antara sel-sel spongy dengan udara luar.
Fungsi
ibu tulang daun dan vena lateral untuk menguatkan daun. Jaringan yang berfungsi
menguatkan pada daun adalah kolenkim, sklerenkim dan xilem. Pada bagian tengah
ibu tulang daun, di bawah epidermis biasanya terdapat sel-sel berdinding tebal
yang berfungsi untuk menguatkan daun yaitu jaringan kolenkim. Sklerenkim juga
menguatkan daun. Biasanya sklerenkim merupakan suatu berkas bersebelahan dengan
floem. Selain berfungsi untuk mengangkut air, trakea dan trakeid dengan
ketebalan dindingnya juga berperan dalam menguatkan daun.
2. Pada
Daun Monokotil
Daun monokotil
pada umumnya orientasinya tegak sehingga kedua permukaannya mendapat sinar
matahari. Struktur internal hampir sama pada kedua permukaan daun. Stomata
terdapat pada kedua sisi. Jaringan mesofil tidak mengalami diferensiasi menjadi
jaringan tiang dan jaringan spongy, tetapi terdiri atas sel-sel parenkim dengan
kloroplas dan ruang antar sel di antaranya.
Jadi,
menurut ( Campbell, 2003 ) yaitu daun tumbuhan monokotil dan dikotil berbeda dalam susunan tulang daun
utamanya. Sebagian besar monokotil memiliki tulang daun utama parallel
(sejajar) yang menjalar sepanjang helai daun. Sebaliknya daun tumbuhan dikotil umumnya memiliki banyak percabangan pada tulang daun
utama.
KESIMPULAN
Daun merupakan organ
yang pertumbuhannya terbatas dan pada umumnya simetris dorsiventral. Pipihnya
daun berkaitan dengan fungsinya dalam fotosintesis, karena dengan bentuk daun
demikian maka luas daun yang terekspose sinar matahari bisa lebih luas.
Sebagian monokotil
mempunyai susunan daun unifasial. Kebanyakan tumbuhan dikotil herba, mesofilnya
relative tidak terdiferensiasi. Misalnya jaringan tiang tidak ada, atau kurang
berkembang, ruang interseluler besar, daun tipis, epidermis dengan kutikula
tipis, dan stomata menonjol. Pada tumbuhan
dikotil, dibawah epidermis terdapat sel-sel parenkim. Sel-sel parenkim tersebut
membentuk jaringan parenkim palisade dan jaringam spons. Pada tumbuhan monokotil tidak terdapat jaringan parenkim palisade, hanya
terdapat jaringan spons saja.
Daun tumbuhan monokotil dan dikotil berbeda dalam susunan tulang daun
utamanya. Sebagian besar monokotil memiliki tulang daun utama parallel
(sejajar) yang menjalar sepanjang helai daun. Sebaliknya daun tumbuhan dikotil umumnya memiliki banyak percabangan pada tulang daun
utama.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim
1. 2013. Daun. file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/.../daun_(11).pdf. diakses tanggal 27 april 2013.
Anonim 2. 2013. Jaringan Tumbuhan. file.upi.edu/...J.../Bab.jar.tumbuhan.pdf. diakses tanggal 27 april 2013.
Campbell. 2003. Biologi
Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Fahn. 1982. Plant Anatomy.
Fourth Edition. Oxford: Pergamon Press.
Fried. 2005. Biologi
Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.
Lakitan. 1996. Fisiologi Pertumbuhan Dan Perkembangan Tanaman. Jakarta: Rajawali
Pers.
Supardi. 1993. Stuktur Dan Perkembangan Tumbuhan. Yogyakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Suradinata. 1998. Struktur
Tumbuhan. Bandung: Angkasa.
Perry. 1991. Monocots And
Dicots. Journal of Arboriculture 17(2). http://joa.isaarbor.com/request.asp?JournalID=1&ArticleID=2411&Type=2.
Peter. 2008. Monocot
Leaves are Eaten Less than Dicot Leaves in Tropical Lowland Rain Forests:
Correlations with Toughness and Leaf Presentation. Ann
Bot. 2008 June; 101(9): 1379–1389.