Sabtu, 26 Oktober 2013

LAPORAN PRAKTIKUM BIOMETRI 1 “ AKURASI DAN PRESISI SERTA TAMPILAN DATA “

LAPORAN PRAKTIKUM BIOMETRI 1
“ AKURASI DAN PRESISI SERTA TAMPILAN DATA “

OLEH
RISFI PRATIWI SUTRISNO (F16111004)



PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013
LATAR BELAKANG
Pada praktikum biologi, hal sederhana seperti meneteskan sampel untuk pengamatan mikobiologi, fisiologi adalah kegiatan yang sering dilakukan. Namun seberapa banyak satu tetes dari setiap praktikan tidaklah selalu sama. Jika dalam penelitian diperlukan konsistensi jumlah yang sama tentu memerlukan latihan agar satu tetes setara dengan yang di inginkan. Jumlah volume ini dapat di uji dengan jumlah berat dari sampel. Ketelitian dan ketepatan dalam pendataan merupakan prosedur mutlak dalam pengamatan untuk praktikum atau penelitian. Jenis dan jumlah data serta cara pengukuran atau pengambilan sampel akan mempengaruhi hasil dan interpretasi data sekaligus kesimpulan ( infference ). Ketelitian akan mendukung akurasi data, dan konsistensi dalam pengukuran menunjukkan presisi data. Data pengamatan kemudian dianalisa. Tampilan data raw data ( data mentah ) dan hasil analisis memerlukan tampilan data yang benar dan menarik untuk dibaca. Untuk itu diperlukan pemilihan analisis dan tampilan data yang benar, sesuai dengan tujuan projek. Cara sederhana analisis dari beberapa pengulangan data ( replikasi data ) adalah dengan mencari mean, median, atau mode. Umumnya, mean merupakan pilihan untuk banyak projek. Sebaran dari mean biasanya dituangkan dengan deviasi atau standar deviasi.
Setiap pengukuran melibatkan beberapa kekeliruan dan karena alasan ini adalah penting sekali bahwa jumlah dan signifikansi kekeliruan ini diperhatikan. Masalah ini harus dipecahkan dengan pengolahan data statistik. ( Jasin, 2002 ).
Metode-metode statistik yang digunakan secara luas dalam berbagai macam penelitian karena manfaatnya, menghantarkan pada ketepatan dan kesimpulan yang benar. Dengan penerapan statistik yang sesuai, data yang rumit dan membingungkan dapat diringkas untuk mendapatkan ketepatan pendugaan-pendugaan yang dibuat. Karena itu, sangatlah penting mengetahui berapa banyak pengamatan yang akan dibutuhkan untuk mencapai kesimpulan yang dapat dipercaya sampai berapa jauh kesimpulan ini diandalkan. ( Michael, 1995 ).
Verifikasi merupakan suatu uji kinerja metode standar. Verifikasi ini dilakukan terhadap suatu metode standar sebelum diterapkan di laboratorium. Verifikasi sebuah metode bermaksud untuk membuktikan bahwa laboratorium yang bersangkutan mampu melakukan pengujian dengan metode tersebut dengan hasil yang valid. Disamping itu verifikasi juga bertujuan untuk membuktikan bahwa laboratorium memiliki data kinerja. Hal ini dikarenakan laboratorium yang berbeda memiliki kondisi dan kompetensi personil serta kemampuan peralatan yang berbeda. Sehingga, kinerja antara satu laboratorium dengan laboratorium lainnya tidaklah sama. Didalam verifikasi metode, kinerja yang akan diuji adalah keselektifan seperti uji akurasi dan presisi. Dua hal ini merupakan hal yang paling minimal harus dilakukan dalam verifikasi sebuah metode. Suatu metoda yang presisi belum menjadi jaminan bahwa metode tersebut dikatakan tepat. Begitu juga sebaliknya, suatu metode yang tepat belum tentu presisi. ( Saputra, 2009 ).
Dalam pengolahan data sangat pelu dilakukannya uji akurasi data. Akurasi yang dimaksud disini adalah kecocokan antara suatu informasi standar yang dianggap benar, dengan terklasifikasi yang belum diketahui kualitas informasinya. Kesalahan dalam klasifikasi dapat disebabkan oleh kompleksnya interaksi yang terjadi antar struktur spasial suatu bentang alam, resolusi sensor, algoritma pengolahan, dan prosedur klasifikasi yang digunakan.  Sumber kesalahan yang paling sederhana terjadi oleh karena kekeliruan penetapan informasi dari kelas spektral yang diadakan. Uji akurasi dilakukan dengan membandingkan dua peta, satu peta bersumber dari hasil analisis penginderaan jauh ( peta yang akan diuji ) dan satunya adalah peta yang berasal dari sumber lainnya. Peta kedua dijadikan sebagai peta acuan, dan diasumsikan memiliki informasi yang benar. Seringkali data acuan ini dikompilasi dari informasi yang lebih detail dan akurat dari data yang akan diuji. ( Campbell, 1987 ).
Akurasi adalah kedekatan hasil pengamatan terhadap nilai-nilai benar atau nilai-nilai diterima sebagai benar. Ini berarti bahwa pengamatan fenomena spasial kebanyakan biasanya hanya dianggap perkiraan nilai sebenarnya. Perbedaan antara diamati dan benar ( atau diterima sebagai benar ) nilai-nilai menunjukkan akurasi pengamatan. Pada dasarnya ada dua jenis akurasi, yaitu :
ü Akurasi Posisi adalah penyimpangan diharapkan dalam lokasi geografis dari objek posisi tanah yang sebenarnya. Ini adalah apa yang biasanya kita pikirkan ketika membahasan ketepatan. Ada dua komponen untuk akurasi posisi adalah akurasi relatif dan absolut.
Akurasi mutlak menyangkut akurasi elemen data sehubungan dengan skema koordinat, misalnya UTM akurasi relatif. Menyangkut posisi fitur peta relatif terhadap satu sama lain.
ü Akurasi atribut sama pentingnya dengan akurasi posisi. Hal ini juga mencerminkan perkiraan kebenaran. Menafsirkan dan menggambarkan batas-batas dan karakteristik untuk tegakan hutan atau poligon tanah dapat sangat sulit dan subjektif. Spesialis sumber daya yang akan membuktikan fakta ini. Dengan demikian, derajat homogenitas yang ditemukan dalam batas-batas dipetakan tersebut tidak hampir sama tinggi dalam kenyataan karena akan tampak pada peta.  ( Buckley, 2008 ).
Presisi menunjukkan tingkat reliabilitas dari data yang diperoleh. Hal ini dapat dilihat dari standar deviasi yang diperoleh dari pengukuran, presisi yang baik akan memberikan standar deviasi yang kecil dan bias yang rendah. Jika diinginkan hasil pengukuran yang valid, maka perlu dilakukan pengulangan. Dari data tersebut dapat diperoleh ukuran harga nilai terukur adalah rata-rata dari hasil yang diperoleh dan standar deviasi. ( Erfido, 2010 ).
Perbandingan dari tingkat presisi, akurasi dan bias dari suatu hasil pengukuran dapat diilustrasikan pada gambar di bawah ini :
           
          Gambar 1                Gambar 2                    Gambar 3                 Gambar 4
ü Gambar 1 : Menunjukan bahwa noktah-noktah merah memiliki presisi tinggi tetapi akurasi rendah.
ü Gambar 2 : Menunjukan akurasi tinggi tetapi presisi rendah.
ü Gambarr 3 : Menunjukan baik itu akurasi ataupun presisi sama-sama rendah.
ü Gambar 4 : Memiliki akurasi dan presisi yang tinggi.
Memisahkan error menjadi akurasi dan presisi sangat berguna untuk identifikasi bias, yaitu perbedaan nilai prediksi atau model dengan nilai yang diprediksi ( nilai sebenarnya ). Jika suatu prediksi/model memiliki presisi tinggi namun akurasi rendah, maka terdapat kemungkinan prediksi atau model memiliki penyumbang error yang sistemik. ( Raharjo, 2011 ).
Nilai presisi mengacu pada sejumlah angka signifikan yang digunakan dan sebaran bacaan berulang pada alat ukur. Nilai akurat atau akurasi mengacu pada dekatnya nilai pendekatan yang dihasilkan dengan nilai acuan atau nilai eksak. Dari keadaan akurat dan presisi ini, akan muncul kesalahan atau yang biasa disebut error. ( Basuki, 2005 ).
Setiap pengukuran kuantitatif berisi beberapa jumlah kesalahan. Kesalahan dalam pengukuran kuantitatif mikroskop fluoresensi dapat diperkenalkan oleh spesimen , mikroskop atau detektor. Kesalahan menunjukkan dirinya sebagai ketidaktepatan dalam pengukuran. Hasil ketidaktelitian dalam jawaban yang salah. Misalnya dengan pH meter yang tidak akurat yang mungkin dengan hati-hati mengukur pH larutan dasar berkali-kali, setiap kali menemukan pH menjadi 2,0. Ketidaktepatan disisi lain menghasilkan variasi dalam pengukuran ulang dan karena ketidakpastian dalam pengukuran individu. Dengan pH meter tidak tepat, pengukuran ulang dari solusi dengan pH 7,0 mungkin memiliki distribusi mulai 5,0-9,0 , dengan nilai rata-rata 7,0. Meskipun nilai rata-rata dari pengukuran berulang akurat , setiap pengukuran individual mungkin tidak akurat. Pentingnya akurasi jelas. Presisi sama pentingnya dalam mikroskop fluoresensi kuantitatif karena kita sering dipaksa untuk membuat hanya satu pengukuran ( misalnya, satu titik waktu dalam percobaan selang waktu hidup-sel ). Selain itu, kami biasanya mengukur spesimen biologi yang memiliki beberapa tingkat variabilitas alami, sehingga varians terlihat pada pengukuran yang dilakukan pada sel yang berbeda akan disebabkan oleh variabilitas biologis dan yang diperkenalkan ketika membuat pengukuran. Untuk menggunakan mikroskop fluoresensi dan detektor digital menduga jumlah informasi spasial dan intensitas dari spesimen biologi, kita harus memahami dan mengurangi sumber ketidaktepatan dan ketidaktepatan dalam jenis pengukuran . ( Jennifer, 2009 ).
Pengujian tingkat akurasi alat ukur V-R meter dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran dari alat ukur V-R meter dengan piranti standar seri NI DAQ tipe BNC-2110. Pengujian tingkat akurasi alat ukur V-R meter dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu menggunakan 1 baterai, 2 baterai dan 3 baterai ukuran A2 merk Alkaline. Uji ketepatan ( presisi ) dan pengulangan  ( ripitibilitas ) alat ukur V-R meter dilakukan sebanyak tiga kali dengan tiga variabel pengukuran yang berbeda. Pembacaan pengukuran dilakukan per detik selama 300 detik. ( Junaidi, 2013 ).                 
Adapun permasalahannya yaitu  bagaimana tingkat presisi dan akurasi pada tiap-tiap orang yang melakukan pengukuran ? , dari dua alat pengukuran yakni pipet tetes dan pipet ukur, manakah yang memilki tingkat akurasi dan presisi yang lebih tinggi ?, dan apakah ada faktor yang mempengaruhi presisi dan akurasi dari suatu penelitian ? .
Tujuannya yaitu mengetahui tingkat akurasi dan presisi yang dimiliki seseorang, mengetahui akurasi dan presisi dari alat pengukuran yaitu pipet tetes, pipet ukur dan penggaris, dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi presisi dan akurasi dari suatu pengamatan.





METODOLOGI
Praktikum mengenai akurasi dan presisi serta tampilan data, dilaksanakan pada tanggal 04 oktober 2013 di laboratorium pendidikan biologi, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, universitas tanjungpura pontianak, pukul 07.30-selesai WIB.
Adapun alat dan bahan yang digunakan saat praktikum ini, yaitu Alat yang digunakan berupa pada kasus pertama : pipet tetes, pipet ukur, gelas kimia, timbangan analitik, dan alat tulis. Pada kasus kedua : penggaris dan alat tulis. Bahan yang digunakan berupa pada kasus pertama : air dan kasus kedua : tegel atau ubin.
Langkah kerja pada praktikum ini yaitu pada kasus pertama : gelas kimia diisi oleh air, gelas kimia  diletakkan diatas timbangan analitik dan dikalibrasi, dilakukan pengambilan air dengan menggunakan pipet tetes dan teteskan 5 tetes air ke dalam gelas kimia, dihitung massa air dan dicatat hasilnya, lakukan percobaan tersebut sebanyak 3 kali percobaan, kemudian lakukan percobaan yang sama dengan menggunakan pipet ukur, dilakukan perhitungan mean dan standar deviasi dari setiap individu. Pada kasus kedua : di ukur panjang dan lebar dari setiap 50 ubin, dihitung luas dari setiap ubin, dan ditentukan mean dan standar deviasi dari 50 ubin tersebut.












DATA DAN PEMBAHASAN
1.    Data Pengamatan
a.    Kasus 1 :
ü Tabel pengamatan pengukuran dengan pipet tetes sebanyak 5 tetes dan pipet ukur 5 ml.
Individu
pipet tetes ( 5 tetes )
pipet ukur ( 5 ml )
STDEV 1 ( NOVI )
0,035
0,023
STDEV 2 ( RISFI )
0,006
0,012
STDEV 3 ( WULAN )
0,017
0,015
JUMLAH
0,058
0,05
RATA - RATA
0,019
0,017
STANDAR ERROR
0,008
0,003

ü Grafik pengamatan pengukuran dengan pipet tetes sebanyak 5 tetes dan pipet ukur 5 ml.

b.    Kasus 2 :
ü Tabel pengamatan pengukuran 50 buah tehel dengan menggunakan penggaris.
Tehel 50 buah

RATA - RATA
STANDAR DEVIASI
STANDAR ERROR
PANJANG
19,518
0,063
0,000
LEBAR
19,534
0,066
0,002
LUAS
381,2678
2,373
0,000

ü Grafik pengamatan pengukuran 50 buah tehel dengan menggunakan penggaris.

             
2.    Pembahasan
Pada praktikum yang dilakukan yaitu pengujian akurasi dan presisi dengan cara mengambil larutan menggunakan pipet tetes serta pipet ukur dengan tiga kali ulangan dan mengukur luas tehel sebanyak 50 buah. Harus diketahui terlebih dahulu akurasi merupakan seberapa dekat suatu angka hasil pengukuran terhadap angka sebenarnya. Sementara presisi merupakan derajat kedekatan kesamaan pengukuran antara satu dengan lainnya.
Di setiap melakukan pengukuran, selalu saja terdapat error pada hasil pengukuran tersebut, untuk itu diperlukan cara mengetahui error pengukuran sehingga nilai yang sebenarnya dapat diperoleh. Ada dua parameter yang berkaitan dengan error pengukuran tersebut, yaitu akurasi dan presisi. Hasil pengukuran yang baik dari suatu parameter, dapat dilihat berdasarkan tingkat presisi dan akurasi yang dihasilkan. ( Suyatno, 2010 ).
Standar deviasi merupakan suatu patokan yang menunjukkan tingkat presisi terhadap pengukuran. Semakin kecil standar deviasinya, maka semakin tinggi pula tingkat presisinya. ( Efrido, 2010 ).
Kasus 1 : pada pipet tetes dan pipet ukur, memiliki presisi yang tertinggi yang sama yaitu Stdev 2 ( Risfi ), presisi yang terendah yang sama yaitu Stdev 1 ( Novi ), karena standar deviasinya paling tinggi. Pada kasus 1, ditemui variansi data standar deviasi setiap pengukuran individu. Variasi tersebut disebabkan oleh Perbedaan hasil yang diperoleh  setiap individu, disebabkan oleh ketelitian masing-masing individu dalam menggunakan alat. Setiap individu memiliki tingkat pemberian tetesan yang berbeda sesuai kondisinya saat itu. Namun semua faktor luar tersebut dianggap sama. Berdasarkan kasus tersebut, jika hasil pengukuran saling berdekatan ( mengumpul ) maka dikatakan mempunyai presisi tinggi dan sebaliknya jika hasil pengukuran menyebar maka dikatakan mempunyai presisi rendah. Presisi diindikasikan dengan penyebaran distribusi probabilitas. Distribusi yang sempit mempunyai presisi tinggi dan sebaliknya. Ukuran presisi yang sering digunakan adalah standar deviasi ( σ). Presisi tinggi, nilai standar deviasinya kecil dan sebaliknya.

Kasus 2 : presisi yang tertinggi yaitu lebar tehel, presisi yang terendah yaitu luas tehel. Standar deviasi menunjukkan variansi data yang diperoleh, semakin kecil standar deviasi, maka tingkat akurasi dan presisinya juga semakin tinggi. Selain melakukan perhitungan standar deviasi, biasa dicari juga perhitungan standar error. 
Diketahui tingkat akurasi dan presisi alat yang digunakan untuk pengukuran berdasarkan standar deviasi dan standar error dari hasil pengukuran yang dilakukan, yaitu pipet tetes, pipet ukur, dan penggaris, dari ketiga alat yang digunakan alat yang memiliki akurasi dan presisi yang tinggi dalam pengukuran adalah pipet ukur, sedangkan yang paling rendah tingkat presisi dan akurasinya adalah penggaris. Akurasi pengukuran berdasarkan perbandingan standar error dari hasil pengukuran yang menggunakan alat-alat tersebut, hal ini sesuai dengan teori yaitu, Standard error dapat menunjukkan bagaimana tingkat fluktuasi dari penduga atau statistic. Standard error juga dapat diintepretasikan seberapa akurat penduga dalam menduga parameter. Dalam pengukuran, tingkat presisi suatu data mempengaruhi akurasinya, Pengukuran yang inkonsisten sama dengan pengukuran yang tak akurat.
Hubungan antara akurasi dan presisi dapat terjadi dalam empat hal:
ü Akurasi dan presisi sama-sama rendah.
ü Presisi tinggi, akurasi rendah.
ü Presisi rendah, akurasi tinggi.
ü Akurasi dan Presisi tinggi.
Rendahnya tingkat akurasi dan presisi suatu pengukuran dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ketelitian, alat yang digunakan, dan faktor luar seperti faktor dari lingkungan dan objek yang diukur. Ketelitian dalam melakukan pengukuran sangat mendukung akurasi data, kesalahan sewaktu melakukan pengukuran ubin dapat terjadi karena kesalahan paralaks, selain itu ubin yang diukur berbeda-beda dimana ukuran ubin tersebut tidak selalu sama, kemudian alat yang digunakan untuk mengukur ubin ( penggaris ) memiliki tingkat ketelitian yang kecil yaitu 0,1 mm.
KESIMPULAN
Akurasi adalah kedekatan hasil pengamatan terhadap nilai-nilai benar atau nilai-nilai diterima sebagai benar. Ini berarti bahwa pengamatan fenomena spasial kebanyakan biasanya hanya dianggap perkiraan nilai sebenarnya. Presisi menunjukkan tingkat reliabilitas dari data yang diperoleh. Hal ini dapat dilihat dari standar deviasi yang diperoleh dari pengukuran, presisi yang baik akan memberikan standar deviasi yang kecil dan bias yang rendah. Jika diinginkan hasil pengukuran yang valid, maka perlu dilakukan pengulangan. Pada pipet tetes dan pipet ukur, memiliki presisi yang tertinggi yang sama yaitu Stdev 2 ( Risfi ), presisi yang terendah yang sama yaitu Stdev 1 ( Novi ), karena standar deviasinya paling tinggi. Presisi yang tertinggi yaitu lebar tehel, presisi yang terendah yaitu luas tehel. Standar deviasi menunjukkan variansi data yang diperoleh, semakin kecil standar deviasi, maka tingkat akurasi dan presisinya juga semakin tinggi. Tingkat akurasi dan presisi alat yang digunakan untuk pengukuran berdasarkan standar deviasi dan standar error dari hasil pengukuran yang dilakukan, yaitu pipet tetes, pipet ukur, dan penggaris, dari ketiga alat yang digunakan alat yang memiliki akurasi dan presisi yang tinggi dalam pengukuran adalah pipet ukur, sedangkan yang paling rendah tingkat presisi dan akurasinya adalah penggaris. Standard error juga dapat diintepretasikan seberapa akurat penduga dalam menduga parameter. Dalam pengukuran, tingkat presisi suatu data mempengaruhi akurasinya, Pengukuran yang inkonsisten sama dengan pengukuran yang tak akurat. Rendahnya tingkat akurasi dan presisi suatu pengukuran dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ketelitian, alat yang digunakan, dan faktor luar seperti faktor dari lingkungan dan objek yang diukur.




REFERENSI
Basuki. 2005. Step by Step Pengolahan Citra Digital. Yogyakarta: Andi Offset.

Buckley. 2008. Akurasi Data Dan Kualitas. ( online ). http://bgis.sanbi.org/gis-primer/page_08.htm. diakses tanggal 05 oktober 2013.
Campbell. 1987. Introduction To Remote Sensing. New York: The Guilford Press.
Erfido. 2010. Akurasi Dan Presisi Data. ( online ). http://erfido.community.undip.ac.id/. diakses tanggal 05 oktober 2013.
Jasin. 2002. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Jennifer. 2009. Accuracy And Precision In Quantitative Fluorescence Microscopy. The journal of cell biology. Vol ( 185 ), Hal ( 7 ), No ( 71135-1148 ). The Rockefeller University Press, doi: 10.1083/jcb.200903097.

Junaidi. 2013. Komputerisasi Alat Ukur V-R Meter Untuk Karakterisasi Sensor Gas Terkalibrasi NI DAQ BNC-2110. Jurnal teori dan aplikasi fisika. Vol ( 01 ), No ( 01 ). Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung.

Michael. 1995. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang Dan Laboratorium. Jakarta: UI Press.
Raharjo. 2011. Akurasi Dan Presisi. ( online ). http//:beniraharjo.wordpress.com. diakses  tanggal 05 oktober 2013.
Saputra. 2009. Verifikasi Dan Validasi Metoda Di Laboratorium. ( online ). http://en, wikipedia.org/wiki/accuracy and precision. diakses tanggal 05 oktober 2013.
Suyatno. 2010. Menghitung Akurasi Dan Presisi. ( online ). http://suyatno.blog.undip.ac.id. diakses tanggal 05 oktober 2013.