Jumat, 01 Maret 2013


PAPER BIOLOGI SEL
 “PERBANDINGAN POLA DENYUT FLAGELA DAN SILIA “

OLEH
KELOMPOK 11
1.    RISFI PRATIWI SUTRISNO  (F16111004)
2.    SAWITRI YANI                                    (F16111018)
3.    VERNI DWI SEPTIASARI     (F16111002)


PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Paper ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Perbandingan Pola Denyut Flagella Dan Silia”.
Paper ini berisikan tentang informasi perbandingan pola denyut flagela dan silia yaitu pengertian flagela dan silia, mekanisme gerakan flagela dan silia, dan perbandingan pola denyut flagela dan silia.
Kami menyadari bahwa paper ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan paper ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan paper ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
Amin.





Pontianak,    Januari  2013


Penulis




DAFTAR ISI


Halaman

Halaman Judul ..................................................................................................

Kata Pengantar  ................................................................................................

Daftar Isi ..........................................................................................................

BAB I.  Pendahuluan
1.   Latar Belakang .............................................................................
2.   Perumusan Masalah .....................................................................
3.   Tujuan ..........................................................................................

BAB II. DATA DAN PEMBAHASAN
1.    Data
-       Pengertian Flagela Dan Silia ..................................................
-       Mekanisme Gerakan Flagela Dan Silia .................................
-       Perbandingan Pola Denyut Flagela Dan Silia ........................
2.    Pembahasan ................................................................................

BAB III. PENUTUP
1.    Kesimpulan ...............................................................................
2.    Saran .........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................



i

ii

iii











BAB I
PENDAHULUAN

1.    Latar Belakang
Motilitas ( gerak ) sel mencakup perubahan tempat sel maupun pergerakan bagian sel yang lebih terbatas. Motilitas sel membutuhkan interaksi sitoskeleton dengan protein yang disebut molekul motor. Ada pula contoh pergerakan sel yang disebabkan oleh sitoskeleton yaitu vesikel  yang  mengandung  molekul  neurotransmiter  yang  bermigrasi  ke  ujung  akson dan aliran  sitoplasma  yang  mengedarkan  materi  dalam  banyak  sel  tumbuhan  berukuran  besar.
Alat gerak sel berupa silia adalah tonjolan mirip rambut halus yang memiliki jumlah banyak pada permukaan sel, dimana bergerak bersama-sama dengan gerakan yang aktif dan cepat. Sedangkan pada flagela adalah penjuluran panjang seperti cambuk dari permukaan sel, flagela memiliki struktur internal dasar yang identik dengan silia, namun flagela memiliki ukuran yang lebih panjang.

2.    Perumusan Masalah
Adapun masalah yang ingin dibahas yaitu :
-       Perbandingan pola denyut flagela dan silia

3.    Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan paper ini yaitu :
-       Memahami perbandingan pola denyut flagela dan silia









BAB II
DATA DAN PEMBAHASAN

1.    Data
a.    Pengertian flagela dan silia
Flagela (gambar 1) merupakan bulu-bulu cambuk yang dimiliki oleh beberapa jenis bakteri yang merupakan alat gerak bagi sel bakteri. Flagel melekat pada membran luar di dinding sel dan merupakan  perluasan membran sel pada sel-sel eukariota tertentu dengan aksonema internal, badan basal, dan sebagainya identik dengan yang ada pada silia (cilium), tetapi secara keseluruhan, panjangnya lebih bervariasi, dan biasanya lebih panjang. Flagela berbentuk panjang dan ramping. Pada umumnya memiliki panjang sekitar 12 sampai 30 nm.Falgela dapat dilihat pada mikroskop cahaya jika ditambah dengan substansi khusus yaitu mordan yang merupakan substansi yang dapat mempertajam pengamatan yang berfungsi untuk membesarkan garis lengan flagela, setelah itu pada sediaan digunakan suatu zat pewarna sehingga flagela dapat terlihat.
Silia (gambar 2) adalah benang tipis setebal 0,25 μm dengan bundel mikrotubulus di bagian intinya. Dinding dari silia  terdiri dari 9 dublet mikrotubula. Dublet-dublet tersebut tersusun melingkar dan radier terhadap dua buah singlet mikrotubula, oleh karena susunan ini dinyatakan memiliki susunan mikrotubula 9+2 (9 dublet dan 2 singlet). Silia dapat ditemukan pada beberapa hewan avertebrata misalnya pada Dugesia. Permukaan tubuh bagian ventral Dugesia memiliki silia yang berfungsi untuk pergerakan. Sistem eksresi Dugesia terdiri dari saluran bercabang-cabang yang disebut protonefridia, memanjang dari pori-pori pada permukaan tubuh bagian dorsal sampai ke sel-sel api dalam tubuhnya. Sel-sel api yang berbentuk seperti bola lampu dan memiliki silia di dalamnya. Pergerakan silia berfungsi untuk menggerakkan air dalam sel menyerupai nyala api sehingga sel tersebut dinamakan sel api.
Flagela dan silia bentuknya hampir sama, hanya ukurannya silia lebih pendek daripada flagella. Flagela dan silia pada  organisme uniseluler (prokariot) sangat penting sebagai alat pergerakan  individu tersebut. Perbedaan antara cilia dan flagella sebenarnya tidak begitu jelas. Kedua organel ini berbeda dalam hal gerakannya yaitu gerakan cilia berupa lecutan trimatra, sedangkan flagella gerakannya mengombak dwimatra. Cilia mempunyai gerakan alami berupa lecutan (hempasan) yang mempunyai konsekuensi langsung pada tipe gerakan yang dihasilkan.
http://www.tnmanning.com/33dc5270.gif
Gambar 1. flagela (sumber http://www.tnmanning.com/id151.htm).


http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQQ5XeG6i3my59aRzo-h3H0ZFJrhqyvZH0VxbVdk8Xdj_vlZF3rrQ
Gambar 2. silia (sumber http://lifeofplant.blogspot.com/)

-       Mekanisme gerakan flagela dan silia
Silia bergerak ke depan dengan cepat dan tiba-tiba dan berbelok tajam pada tempat penonjolannya dari permukaan sel, sehingga menyebabkan terdorongnya cairan yang ada di dekat sel tersebut searah gerakan silia. Setelahnya silia akan bergerak ke belakang dengan perlahan namun tidak berpengaruh terhadap cairan tersebut. Karena gerakan tersebut dilakukan berkali-kali, cairan pun akan terdorong secara terus-menerus searah dengan gerakan ke depan tadi.
Transpor interflagela melibatkan subunit aksonemal, respetor transmembran, dan protein-protein lain yang bergerak sepanjang flagella, yaitu melakukan gerakan motil atau spontan dan juga transduksi sinyal.


-       Perbandingan pola denyut flagela dan silia
Flagela dan silia merupakan penjuluran yang mengandung mikrotubulus dari beberapa jenis sel. Ketika flagella dan silia menjulur dari sel-sel maka flagela dan silia dapat menggerakan cairan melalui permukaan jaringan.
 Pola denyut flagela dan silia berbeda (gambar 3), flagela memiliki gerak mengombak (undulasi) yang menghasilkan gerak dengan arah yang sama dengan sumbu flagela. Sebaliknya, silia bekerja mirip seperti dayung, dengan ayunan yang mendorong dan mundur silih-berganti yang menghasilkan gaya dengan arah tegak lurus terhadap sumbu silia. Hal ini mirip dayung perahu  yang membentang ke luar secara tegak lurus terhadap pergerakan perahu yang maju.

http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQfFgnMC57Jvz95imyGSjtfp4iqsL18WXw7_Pr4lG05IQ8_UmHI5A
Gambar 3. perbandingan pola denyut flagela dan silia

Gerakan pada flagela, flagela biasanya mengombak, gerakan mengularnya menggerakkan sel searah dengan sumbu flagela. Gerakan sel sperma manusia merupakan contoh dari lokomosi flagel. Sedangkan gerakan pada silia, silia bergerak maju mundur. Ayunan kuat yang cepat itu menggerakkan sel ke arah tegak lurus terhadap sumbu silia. Selama ayunan balik yang pelan, silia melengkung dan menyapu ke samping mendekati permukaan.





2.    Pembahasan
Ragam pola gerakan pada bulu cambuk tergantung organismenya. Gelombang gerakan mungkin merambat pada satu bidang saja atau dengan cara berputar spiral. Pada pola spiral gelombang menempati semua bidang yang mungkin ada dalam ruangan yang dibentuk oleh spiral. Pola sentakan bulu getar umumnya dinyatakan dalam dua fase yaitu satu gerak efektif dan satu gerak pemulihan. Bulu getar lurus atau hampir lurus selama gerakan efektif tetapi selama gerakan pemulihan satu lengkungan dirambatkan dari pangkal hingga ujung sampai organel dikembalikan pada posisinya semula pada awal gerakan efektif.
Silia dan flagela merupakan cambuk pelengkap pada sel hidup yang digunakan untuk memindahkan fluida atau untuk menggerakkan sel-sel. Silia bergerak dengan gerakan dayung dan flagela memiliki gerakan seperti ular. Sel-sel sperma menggunakan flagel sebagai baling-baling untuk memindahkan sel melalui cairan saluran telur untuk mencapai telur. Ribuan hewan dan tumbuhan menggunakan silia dan flagela untuk berenang (contoh: paramecium), atau makan (contoh: kerang dan remis) atau kawin (contoh: ganggang hijau).
Flagela dan silia merupakan penjuluran yang mengandung mikrotubulus (gambar 4 dan gambar 5) dari beberapa jenis sel. Ketika flagela dan silia menjulur dari sel-sel maka flagela dan silia dapat menggerakan cairan melalui permukaan jaringan. Pola denyut flagela dan silia berbeda, flagela memiliki gerak mengombak (undulasi) yang menghasilkan gerak dangan arah yang sama dengan sumbu flagela. Sebaliknya silia bergerak mirip seperti dayung dengan ayunan yang mendorong dan mundur. Hal ini sangat  mirip dengan sebuah perahu dayung  yang membentang ke luar secara tegak lurus terhadap pergerakan perahu. Walaupun flagela dan silia memiliki beberapa perbedaan tetapi masing-masing memiliki inti yang terdiri dari mikrotubulus yang diselubungi pelebaran membran plasma.
 Dalam irisan silang, silia diikat oleh membran (yang merupakan perluasan  dari membran sel) dan dalam matriks sitoplasmanya terdapat sembilan pasang mikrotubula yang berdifusi. Kesembilan pasang mikrotubula itu tersusun di sepanjang bagian tepi, sedangkan dua mikrotubula yang terpisah ada ditengah-tengah. Susunan “9+2” tampaknya merupakan ciri universal silia dan flagela. Denyut silia tampaknya berasal dari dalam silia sendiri dan mungkin melibatkan proses peluncuran tubula-tubula silia.
http://wdict.net/img/axoneme.jpg
Gambar 4. mikrotubula pada silia

http://ifragenius.blog.unsoed.ac.id/files/2011/11/Picture3-300x285.jpg
Gambar 5. mikrotubula pada flagel (sumber http://ifragenius.blog.unsoed.ac.id/ ).
Jadi, perbandingan pola denyut flagela dan silia sebagai berikut :
Flagela
Silia

Biasa mengombak, gerakan menggularnya menggerakan sel searah dengan sumbu flagella.
Contohnya pada gerak sperma manusia yang merupakan contoh dari lakomosi flagela.
Bergerak maju mundur, ayunannya bergerak cepat sehingga menggerakan sel ke arah tegak lurus terhadap sumbu silia. Pada saat gerakan ayunannya pelan, silia akan melengkung  dan menyapu ke samping mendekati permukaan.
Gerakan silia mencapai 40-60 ayunan perdetik.

BAB III
PENUTUP

1.    kesimpulan
dapat disimpulkan dari perbandingan pola denyut flagel dan silia :
-       Ukuran Flagela lebih panjang dibandingkan silia.
-       Silia memberikan kontribusi dalam pencegahan akumulasi debu pada rongga pernapasan dengan membuat lapisan tipis lendir di tabung, sedangkan flagela digunakan sel sperma untuk bergerak dan mendorong.
-       Silia menggunakan ‘kinesin’ yang memiliki aktivitas ATPase yang menghasilkan energi untuk melakukan gerakan, sedangkan flagela didukung oleh gaya proton-motif oleh membran plasma.
-       Pergerakan silia seperti gerakan dada dalam olahraga renang, sementara flagela bergerak seperti gaya dayung.
-       Silia dapat ditemukan pada organisme multi-seluler dan membantu menggerakan cairan di luar sel yang bergerak, sedangkan flagela ini dapat ditemukan di gamet.

2.    Saran
Pada penulisan paper mengenai perbandingan pola denyut flagel dan silia, diharapkan adanya referensi lebih banyak dan gambar yang sesuai dengan judul penulisan, karena akan mempermudah dalam membandingkan pola denyut flagel dan silia.











DAFTAR PUSTAKA

Ardiyanto, Taufik. 2011. Perbedaan Aksonema Dengan Pola. (online). http://taufik-ardiyanto.blogspot.com/2011/07/perbedaan-aksonema-dengan-pola.html. diakses tanggal 17 januari 2013.

Campbell. 2008. Biologi Edisi kedelapan Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Drraghu. 2009. Cell Its Function. (online). http://drraghu74.blogspot.com/2009/09/cell-its-function.html. diakses tanggal 17 januari 2013.

Juwono. 2003. Biologi Sel. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Lifeofplant. 2011. Flagela And Cilia. (online). http://lifeofplant.blogspot.com/.diakses tanggal 17 januari 2013.

Manning’s. 2012. Flagela. (online). http://www.tnmanning.com/id151.htm . diakses tanggal 17 januari 2013.

Setyawati, Irma. 2012. Mikrotubula Pada Flagel. (online). http://ifragenius.blog.unsoed.ac.id/ . diakses tanggal 17 januari 2013.

Winatasasmita, Djamhur. 1993. Biologi Umum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan  Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar Dan Menengah Bagian Proyek Penataraan Guru SLTP Setara D-III.







modul biokimia (survei metabolisme)


MODUL BIOKIMIA
‘SURVEI METABOLISME’

OLEH
KELOMPOK 12
                                    RISFI PRATIWI SUTRISNO        (F16111004)
                                    SELVISIA                                          (F16111014)

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
    2013                 
         
SURVEI METABOLISME

A.   TUJUAN
1 Menguraikan Peranan ATP Dalam Bioenergetika Tubuh
2. Membedakan Jenis-Jenis Metabolisme
B.  URAIAN MATERI
Jutaan reaksi kimia yang dikatalisis oleh enzim berlangsung didalam sel hidup. Walaupun kita mengatakan reaksi-reaksi ini secara kolektif sebagai metabolisme, kita tidak boleh menganggap metabolisme sel sebagai suatu kantung yang dikelilingi membran yang berisi enzim-enzim yang bekerja secara acak. Metabolisme adalah aktivitas sel yang amat terkoordinasi, mempunyai tujuan, dan mencakup berbagai kerjasama banyak sistem multienzim. Metabolisme memiliki empat fungsi spesifik yaitu untuk memperoleh energi kimia dari degradasi sari makanan yang kaya energi dari lingkungan atau dari lingkungan atau dari energi solar, untuk mengubah molekul nutrien menjadi prekusor unit pembangun bagi makromolekul sel, untuk menggabungkan unit-unit pembangun ini menjadi protein, asam nukleat, sel, polisakarida, dan komponen lainnya, dan untuk membentuk dan mendegradasi biomolekul yang diperlukan didalam fungsi khusus sel. Walaupun metabolisme melibatkan ratusan reaksi enzimatis yang berbeda, lintas metabolisme utama yang menjadi perhatian kita, hanya berjumlah sedikit, dan lintas-lintas ini sama pada hampir semua bentuk kehidupan.
Organisasi Hidup Berpatisipasi Didalam Daur Karbon Dan Oksigen
Organisme hidup dapat dibagi menjadi dua golongan utama menurut bentuk energi kimia karbon yang diperlukan dari lingkungannya. Sel autotrof dapat mempergunakan karbon dioksida dari atmosfir sebagai satu-satunya sumber karbon untuk membangun semua biomolekul yang mengandung karbon. Contohnya bakteri fotosintetik dan sel hijau daun tumbuhan. Beberapa organisme autotrof, seperti sianobakteri, dapat juga menggunakan nitrogen dari atmosfir untuk menghasilkan komponen nitrogennya. Sel heterotrof tidak dapat menggunakan karbon dioksida dan harus memperoleh karbon dari lingkungannya dalam bentuk molekul organik yang relatif kompleks, seperti glukosa.
Gambar 1. Daur karbon dioksida dan oksigen di antara daerah fotosintetik dan heterotrofik pada biosfer bumi. (sumber methuen.k12.ma.us).
Didalam biosfer kita, autotrof dan heterotrof hidup bersama-sama di dalam daur yang luas dan saling tergantung, di sini organisme autotrof mempergunakan CO2 atmosfir untuk membangun biomolekul organiknya dan beberapa diantaranya menghasilkan oksigen. Sel heterotrof sebaliknya, mempergunakan produk organik dari autotrof sebagai sari makanan dan mengembalikan CO2 ke atmosfir. Jadi, karbon dan oksigen secara berkesinambungan saling bertukar di antara dunia hewan dan tanaman, energi solarlah yang pada akhirnya memberikan gaya pendorong bagi proses-proses yang amat intensif ini (Gambar 1). Organisme autotrof dan heterotrof dapat dibagi menjadi beberapa subkelas. Sebagai contoh, terdapat dua kelas utama dari organisme heterotrof, yaitu aerobik dan anaerobik. Golongan aerob hidup di udara dan menggunakan molekul oksigen untuk mengoksidasi molekul nutrien organiknya. Golongan anaerob hidup tanpa oksigen dan menguraikan nutrien yang masuk tanpa menggunakan oksigen.
Gambar 2. Daur nitrogen di dalam biosfer. (sumber web.campbell.edu).

Nitrogen Berdaur Di Dalam Biosfer
Tumbuhan, pada umumnya mampu menggunakan amonia atau senyawa nitrat terlarut sebagai satu-satunya sumber nitrogen. Relatif hanya sedikit organisme yang mampu mempergunakan (melakukan “fiksasi”) gas nitrogen yang menyusun sampai 80 persen atmosfir kita. Karena kerak bumi mengandung hanya sedikit nitrogen anorganik dam bentuk garam-garam terlarut, semua organisme hidup pada akhirnya tergantung pada nitrogen atmosfir dan organisme yang melakukan fiksasi nitrogen. Didalam metabolisme setiap organisme yang terlibat didalam siklus metabolik ini dan selama berlangsungnya berbagai jenis aktifitas yang membutuhkan energi lain, terdapat kehilangan energi bebas dan dengan sendirinya peningkatan sejumlah energi yang tidak dapat dipergunakan. Aliran energi melalui biofer ini bersifat aliran satu arah, dan bukan suatu proses siklus, karena energi berguna yang berkualitas tinggi tidak pernah dapat dibentuk kembali dari energi terbuang yang tidak berguna. Jadi, karbon, oksigen, dan nitrogen berdaur secara terus-menerus. Tetapi energi bebas atau energi ysng bermanfaat, selalu terubah menjadi bentuk yang tidak berguna.
Lintas Metabolik Dijalankan Oleh Sistem Enzim Yang Bertahap
Sistem enzim seperti ini bekerja dengan cara berurutan, saling berkaitan sehingga produk dari enzim pertama menjadi substrat bagi enzim kedua, dan seterusnya. Transformasi produk berurutan pada lintas, dikenal sebagai metabolik antara atau metabolit. Masing-masing tahap yang berurutan didalam lintas ini menyebabkan terjadinya perubahan kimia spesifik, biasanya merupakan penarikan, pemindahan, atau penambahan suatu atom, molekul atau gugus fungsional spesifik. Melalui perubahan bertahap yang demikian teratur itu, biomolekul substrat terubah menjadi produk akhir metabolik (gambar 3).
Gambar 3. Sistem multienzim. (sumber citruscollege.edu).
Metabolisme Terdiri Dari Lintas Katabolik (Penguraian) Dan Lintas Anabolik (Pembentukan)
Katabolisme merupakan fase metabolisme yang bersifat menguraikan menyebabkan molekul organik nutrien seperti karbohidrat, lipid dan protein yang datang dari lingkungan atau dari cadangan makanan sel terurai menjadi produk akhir yang lebih kecil dan sederhana (misalnya asam laktat, CO2 atau amonia).  Anabolisme merupakan fase pembentukan atau sintesis, molekul prekursor (unit pembangun) disusun menjadi makromolekul besar yang merupakan komponen sel, seperti protein dan asam nukleat. Molekul bahan makanan utama untuk semua organisme adalah karbohidrat, lipid dan protein.
Gambar 4. Hubungan energi di antara lintas katabolik dan anabolik.
 (sumber bioc208.blogspot.com).
Lintas katabolik Mengarah Pada Sedikit Produk Akhir
Terdapat tiga tahap utama di dalam katabolisme aerobik, seperti diperlihatkan didalam gambar 1.5. pada tahap I, makromolekul sel dipecahkan menjadi unit-unit pembangun utamanya. Jadi, polisakarida dipecahkan menjadi heksosa atau pentosa, lipid dipecahkan menjadi asam lemak, gliserol, dan komponen lain, dan protein terhidrolisis menjadi ke-20 komponen asam aminonya. Pada tahap katabolisme ke-II, berbagai produk yang terbentuk didalam tahap I dikumpulkan dan diubah menjadi sejumlah (lebih kecil) molekul-molekul yang lebih sederhana. Pada tahap ke-III, gugus asetil-KoA diberikan ke dalam siklus asam sitrat, yaitu lintas akhir yang bersifat umum yang dilalui oleh nutrien penghasil energi. Disini terjadi oksidasi nutrien, menghasilkan karbondioksida. Air dan amonia adalah produk akhir katabolisme lainnya.
Gambar 5. Ketiga tahap katabolisme dari hasil nutrien utama penghasil energi.
(sumber fgamedia.org).
Lintas Biosintetik (Anabolik) Menyebar Menghasilkan Berbagai Produk
Anabolisme, atau biosintesis, juga berlangsung dalam tiga tahap, dimulai dengan molekul kecil pemula. Contoh : sitensis protein mulai dengan pembentukan asam α-keto dan pemula lain. Pada tahap berikutnya asam α-keto teraminasi oleh donor gugus amino membentuk asam α-amino. pada tahap terakhir anabolisme, asam amino disusun menjadi rantai polipeptida membentuk berbagai jenis protein. Dengan cara yang sama, gugus asetil dibangun menjadi asam lemak, dan selanjutnya dirangkaian membentuk lipid. Setiap tahap utama pada katabolisme atau anabolisme biomolekul tertentu dikatalis oleh sistem multienzim. Perubahan kimiawi berurutan yang terjadi pada setiap jalur utama metabolisme sebetulnya sama didalam semua bentuk kehidupan.
Terdapat Perbedaan-Perbedaan Penting Di Antara Lintas Katabolik Dan Anabolik Yang Berhubungan
Lintas katabolik dan lintas anabolik yang berhubungan, tetapi dengan arah yang berlawanan di antara senyawa pemula tertentu dan produk tertentu biasanya bersifat tidak identik. Lintas-lintas ini mungkin mempergunakan reaksi antara yang berbeda atau reaksi-reaksi enzimatik yang berbeda pada tahap-tahap antara. Mungkin kelihatannya suatu pemborosan akan adanya dua lintas metabolik diantara dua titik tertentu, satu bagi katabolisme dan satu bagi anabolisme tetapi terdapat alsan-alasan penting mengapa jalur katabolisme dan anabolisme yang bersangkutan ini berbeda. Walaupun lintas katabolisme dan anabolisme yang berkaitan tidak sama, tahap ke-III katabolisme yang terdiri dari siklus asam sitrat dan beberapa enzim pembantu (gambar 5), bekerja sebagai daerah pertemuan utama yang dapat dijangkau oleh kedua jalur katabolik dan anabolik. Hal ini kadang-kadang disebut tahap amfibolik dari metabolisme. Tahap III dipergunakan secara katabolik untuk melengkapi degradasi molekul kecil yang diturunkan dari tahap ke II katabolisme, tetapi tahap ini juga dipergunakan secara anabolik, untuk menjadikan molekul-molekul kecil ini sebagai pemula bagi biosintesis asam amino, asam lemak, dan karbohidrat.
Atp Membawa Energi dari Reaksi Katabolik Ke Reaksi Anabolik
Molekul nutrien yang kompleks seperti glukosa mengandung banyak energi potensial karena derajat tingkat struktural yang tinggi. Jika molekul glukosa terurai oleh oksidasi membentuk produk akhir kecil yang sederhana CO2 dan H2O banyak energi bebas yang dilepaskan dan menjadi tersedia bagi reaksi lain. Energi bebas adalah bentuk energi yang mampu melakukan kerja pada kondisi suhu dan tekanan tetap. Akan tetapi, kecuali terdapat beberapa cara untuk menangkap dan mempertahankan energi bebas yang dilepaskan jika glukosa teroksidasi, energi ini hanya akan muncul sebagai panas. Sejumlah besar energi yang dibebaskan dari glukosa dan bahan bakar selular lainnya pada proses katabolisme disimpan oleh sintesis Atp dari Adp (gambar 6) dan fosfat anorganik yang terjadi bersamaan.
Gambar 6. Adenosin trifosfat (ATP) dalam bentuk ionnya pada pH 7,0.
(sumber animalcellbiology.wordpress.com).
Energi kimia tersebut yang disimpan dalam bentuk ATP, dapat melangsungkan empat jenis kegiatan (gambar 7). ATP dapat memberikan energi yang diperlukan bagi kerja kimia pada biosintesis. Didalam proses ini gugus fosfat terminal atau gugus ATP dipindahkan secara enzimatik kepada molekul pemula, unit pembangun, yang karenanya, menjadi kaya energi dan siap untuk disusun menjadi makromolekul. ATP juga merupakan sumber energi bagi motilitas dan kontraksi sel, dan bagi transport nutrien melalui membran, melawan gradien konsentrasi. Energi ATP Juga dipergunakan secara tidak terlihat untuk menjamin pemindahan informasi genetik secara tepat selama biosentesis DNA, RNA, dan protein. Memang informasi itu sendiri merupakan suatu bentuk energi. Bila energi kimia ATP dipergunakan untuk melaksanakan kerja sel, gugus fosfat terminalnyya dilepaskan (gambar 6)  sebagai fosfat anorganik, dan ADP, bentuk miskin energi dari sistem pembawa energi. ADP dapat diisi kembali oleh suatu gugus fosfat, sehingga ATP dihasilkan kembali, didalam reaksi yang berkaitan dengan degradasi bahan bakar sel yang menghasilkan energi.
Gambar 7. Aktifitas sel yang membutuhkan energi tergantung kepada transmisi energi oleh ATP, yang terurai menjadi ADP dan fosfat. (sumber biologymad.com).
NADPH Membawa Energi Dalam Bentuk Tenaga Pereduksi
Cara kedua untuk membawa energi kimia dari reaksi-reaksi katabolisme menuju reaksi biosintesis yang memerlukan energi adalah dalam bentuk atom hidrogen atau elektron. Pada pembentukan glukosa dari karbon dioksida selama fotosintesis, atau pada pembentukan asam lemak dari asetat didalam hati hewan, tenaga pereduksi dalam bentuk atom hidrogen diperlukan bagi reaksi reduksi ikatan ganda menjadi ikatan tunggal. Supaya menjadi efektif sebagai senyawa pereduksi, atom hidrogen harus memiliki energi bebas. Atom hidrogen berenergi tinggi ini diperoleh dari bahan bakar sel oleh kerja dehidrogenase, yang mengkatalisis pemindahan atom hidrogen dari molekul bahan bakar kepada koenzim spesifik, terutama kepada bentuk teroksidasi nikotinamida adenin dinukleotida fosfat (NADP+) (gambar 8).
Gambar 8. Nikotinamida adenin dinukleotida fosfat dalam bentuk tereduksinya NADPH. (sumber romerlabs.com).
Metabolisme Sel Merupakan Proses Ekonomis Yang Diatur Ketat
Metabolisme sel agaknya beroperasi menurut prinsip-prinsip ekonomi maksimum, kecepatan reaksi keseluruhan dari katabolisme penghasil energy dikontrol oleh kebutuhan sel akan energi dalam bentuk ATP dan NADPH,  tidak hanya oleh ketersediaan atau konsentrasi bahan bakar sel. Jadi,  sel mengkonsumsi nutrient dalam jumlah cukup (tidak berlebihan) untuk mengatasi kecepatan penggunaan energy pada setiap waktu. Demikian pula, kecepatan biosintesis molekul unit pembangun dan makromolekul sel.  Juga disesuaikan untuk tiap-tiap asam amino dari ke-20 jenis ini, pada kecepatan dan jumlah tepat yang dapat mencukupi penyusunan dari hanya protein baru yang diperlukan pada saat tersebut, sehingga tidak ada di antara ke-20 asam amino yang di produksi dalam jumlah berlebih, dan menjadi terbuang.
Lintas katabolic bersifat amat sensitive dan responsive terhadap perubahan kebutuhan energi sebagai contoh, jika seekor lalat terbang dengan kecepatan penuh, kecepatan konsumsi oksigen dan bahan bakarnya meningkat ratusan kali dengan waktu kurang dari satu detik, karena diperlukan peningkatan konsumsi ATP secara tiba-tiba, oleh otot lintas yang memberikan energy sebagai ATP mampu bereaksi terhadap kebutuhan metabolic dengan cepat dan dengan sensitivitas tinggi.
Lintas Metabolik Diatur pada Tiga Tahap
Bentuk regulasi yang pertama dan paling cepat memberikan respon adalah melalui kerja enzim alosterik, yang mampu mengubah aktivitas katalitiknya sebagai respon terhadap molekul efektor pemberi rangsangan atau penghambat. Enzim alosterik biasanya terletak pada, atau didekat permulaan dari suatu urutan multienzim, dan mengkatalisis tahap yang membatasi kecepatanya, yang biasanya merupakan reaksi tidak dapat balik, pada lintas katabolic, yang menuju kepada pembentukan ATP dari ADP produk akhir ATP seringkali berfungsi sebagai penghambat alosterik pada tahap awal katabolisme. Pada lintas anabolic, produk akhir sintetik seperti asam amino, seringkali berfungsi sebagai penghambat alosterik pada tahap awal.
Kontrol metabolik pada tahap kedua pada organisme tingkat tinggi oleh pengaturan hormone (gambar 9). Hormon adalah pembawa organ kimiawi yang disekresi oleh berbagai kelenjar endokrin dan diangkut oleh darah menuju jaringan atau organ spesifik, tempat hormone melakukan rangsangan atau hambatan beberapa aktivitas metabolic spesifik. Sebagai contoh hormone adrenalin, yang disekresi oleh bagian medulla dari kelenjar adrenal, diangkut oleh darah menuju hati. Pengikatan adrenalin merupakan isyarat yang akan disampaikan kepada bagian dalam sel, yang akhirnya menyebabkan pengubahan kovalen dari bentuk glikogen fosforilase yang kurang aktif menjadi lebih aktif. Enzim ini adalah enzim pertama di dalam urutan reaksi yang bertujuan membentuk glukosa dan produk lainnya dari glikogen.
Tahap ketiga regulasi metabolik dilaksanakan melalui pengontrolan konsentrasi enzim tertentu didalam sel. Konsentrasi suatu enzim pada waktu tertentu merupakan akibat dari kesimbangan diantara kecepatan sintesa dan kecepatan degradasinya. Sebagai contoh, jika seekor hewan diberikan diet berkarbohidrat tinggi dan berprotein rendah enzim hati yang secara normal menguraikan asam amino menjadi asetil-KoA terdapat pada konsentrasi yang rendah. Karena terdapat hanya sedikit kebutuhan bagi enzim ini selama hewan dipertahankan pada diet protein rendah, enzim dengan sendirinya tidak dibuat dalam jumlah besar. Tetapi, jika hewan diberikan diet yang kaya akan protein dalam sehari, hatinya akan memperlihatkan peningkatan cukup tinggi konsentrasi enzim yang dibutuhkan dalam degradasi asam amino yang masuk. Jadi, sel hati dapat “menghidupkan” atau “mematikan.” Biosintesis enzim-enzim tertentu, tergantung pada sifat-sifat zat makanan yang masuk. Proses ini disebut induksi enzim.
http://virtual.yosemite.cc.ca.us/rdroual/Course%20Materials/Physiology%20101/Chapter%20Notes/Fall%202007/figure_05_11_labeled.jpg
Gambar 9.Regulasi hormon terhadap suatu reaksi enzimatik. (sumber virtual.yosemite.cc.ca.us ).
Metabolisme sekunder
Terdapat lintas metabolic yang memiliki densitas aliran yang jauh lebih kecil, termasuk pembentukan dan penguraian senyawa dalam jumlah hanya milligram per hari. Lintas ini menyusun metabolisme sekunder sel, termasuk pembentukan produk-produk khusus yang diperlukan oleh sel hanya dalam jumlah sedikit. Lintas metabolic sekunder ini terlibat didalam biosintesis koenzim dan hormone, contohnya yang dibuat dan dipergunakan hanya dalam jumlah sangat sedikit. Lintas sekunder metabolisme di dalam berbagai bentuk kehidupan menghasilkan ratusan biomolekul yang sangat khusus seperti, nukleotida,pigmen,toksin,antibiotic, dan alkaloid. Produk-produk ini sangat penting bagi kehidupan organisme yang membuatnya, yang masing-masing mempunyai tujuan biologis spesifik, senyawa ini dibuat oleh lintas sekunder khusus yang tidak selalu diketahui detailnya.
Terdapat Tiga Pendekatan Utama terhadap Identifikasi Urutan Metabolik
Cara pertama dan yang paling langsung adalah mempelajari lintas “in vitro” (bahasa Latin, artinya “ didalam gelas”, yaitu didalam tabung reaksi) dalam ekstrak jaringan bebas sel yang mampu mengkatalisis proses metabolic yang alan diselidiki secara keseluruhan. Sebagai contoh, sejak pertengahan tahun 1800, telah diketahui bahwa ragi mengubah glukosa menjadi etanol dan CO2.. Selanjutnya, ditemukan bahan pemecah glukosa pada ekstrak tersebut memerlukan tambahan fosfat anorganik yang menghilang dari ekstrak dengan terkonsumsi glukosa. Lalu, ditemukan bahwa suatu senyawa turunan heksosa fosdat, terkumpul di dalam medium, yang memiliki semua sifat-sifat yang diharapkan dari suatu senyawa antara dalam pengubahan glukosa menjadi etanol dan CO2. Dengan kombinasi pendekatan tersebut, pada akhirnya dapat diisolasi dan diidentifikasi 11 metabolit yang merupakan senyawa antara di dalam pengubahan glukosa menjadi etanol pada ragi. Masing-masing dari ke-11 enzim yang terlibat di dalam urutan reaksi ini telah diisolasi dan dimurnikan.
Mutan Organisme Membantu Identifikasi Tahap-tahap Antara Di dalam metabolisme
Pendekatan penting lain untuk menerangkan lontas metabolic adalah penyelidikan mutasi genetik dari organisme yang kandungan salah satu enzimnya tidak dapat disintesis dalam bentuk aktif. Kerusakan ini, jika tidak fatal, mungkin mengakibatkan penumpukan dan ekskresi substrat oleh enzim yang rusak itu. Marilah kita lihat bagaimana mutan tersebut dipergunakan. Sel normal atau nonmutan kapang yang telah dikenal Neurospora crassa, dapat tumbuh pada medium sederhana yang mengandung glukosa sebagai satu-satunya sumber karbon dan ammonia sebagai satu-satunya sumber nitrogen. Akan tetapi jika spora Neurosporadisinaari dengan sinar-x, beberapa sel mutan akan muncul. Sel ini tidak lagi mampu tumbuh pada medium sederhana, tapi akan tumbuh jika medium tersebut di berikan suplemen metabolic spesifik. Contohnya mutan Neurospora tertentu akan tumbuh secara normal jika medium dasar diberikan suplementasi asam amino arginin, yang tidak diperlukan oleh sel normal (bukan mutan) pada mutan tersebut, salah satu dari jumlahnya kurang enzim yang diperlukan di dalam sintesis arginin dari amonia terbukti mengalami kerusakan atau jumlahnya kurang.
Mutan Neurospora yang mengalami kerusakan di dalam kemampuannya membuat arginin tidak semuanya sama, mutan-mutan ini berbeda dalam tahap spesifik pada biosintesis arginin yang bersifat defektif ini (gambar 10). Jika mutan I ditumbuhkan dengan penambahan arginin dalam jumlah sedikit dan terbatas, sel akan tumbuh sampai semua arginin habis dipergunakan pada sintesis protein sel. Bersamaan dengan itu precursor D yang terhambat akan terakumulasi pada medium kultur karena senyawa ini tidak dapat terubah menjadi arginine. Jika kita sedang memindahkan sel mutan I dari medium kulturnya dengan filtrasi dan menggantikan sel-sel ini dengan sel mutan “tanpa arginin” yang lain, yang ditunjukan sebagai mutan II yang tidak dapat membuat senyawa antara D, medium kultur dari mutan I akan menunjang pertumbuhan mutan II karena medium ini menyediakan pemula D. Akan tetapi, medium mutan II yang telah tersaing, tidak akan menunjang pertumbuhan sel mutan I. Pemula yang dihasilkan oleh mutan I karenanya dapat dianalisis pemula A,B,C,dan D bagi arginin pada akhirmya akan teridentifikasi. Lintas biosintesisberbagai asam amnio pertama-tama diketahui dengan presedur pemberian makan silangini dengan mempergunakan mutan auksotropik dari Neurospora crassa atau E.coli.
 http://www.fgsc.net/2000compendium/appendix4fig1sm.jpg
Gambar 10.Mutan auksotrof neurospora crassa dengan enzim yang mengalami kerusakan
 (warna hitam). (sumber fgsc.net).
Pelacak Isotop Memberikan Metode Ampuh Bagi Penyelidikan Metabolisme
Dengan menggunakan suatu isotop unsur tertentu. Sebagai contoh, isotop radioaktif 14C (verat atom normal atau rata-rata karbon adalah 12.01) seringkali dipergunakan untuk mencirikan atom karbon tertentu pada molekul organic. Molekul berciri 14C tersebut tidak dapat dibedakan secara kimia dari molekul normal yang tidak berciri, tetapi dapat dengan mudah dideteksi dan diukur melalui sifat radioaktivitasnya. Metode pelacakan isotope dapat juga dipergunakan untuk menentukan kecepatan proses metabolic didalam organisme utuh. Salah satu dari kemajuan bahwa komponen mikromolekuler sel dan jaringan mengalami perputaran metabolic secara terus-menerus, yaitu komponen itu berada dalam keadaan tetap-dinamik didalam sel, ditengah-tengah terjadinya biosintesis yang diatasi oleh kecepatan degradiasi yang tepat sama. Sebagai contoh pengukuran isotope telah memperlihatkan bahwa protein hati tikus mempunyai waktu paruh kira-kira 5 sampai 6 hari.
Lintas Metabolisme Dipisah-pisahkan di dalam Sel
Ada 2 kelas utama dari sel, prokaryotic dan eukaryotic, yang amat berbeda pada ukuran, struktur internal,dan susunan genetic serta metaboliknya. Sel prokaryotic, yang mencakup bakteri dan ganggang hijau-biru, berukuran amat kecil, dan merupakan sel-sel sederhana dengan hanya system membrane tunggal, yang mengeliligi sel, sel ini tidak memiliki ruang-ruang yang dipisahkan oleh membrane internal tetapi terdapat pengelompokan beberapa system enzim sampai tingkat tertentu didalam bakteri (gambar 11). Sebagai contoh, kebanyakan enzim yang berpartisipasi di dalam biosintesis protein terletak didalam ribosom, dan beberapa enzim yang berartisipasi didalam biosintesis fosfoipid terletak didalam membrane bakteri.
Sel eukaryotik, yang mencakup hewan dan tumbuhan tingkat tinggi, selain jamur, protozoa, dan ganggang tingkat tinggi, berukuran lebih jauh besar dan lebih kompleks dibandingkan dengan sel prokaryotik. Selain pembungkus sel, sel eukaryotik memiliki inti sel yang dikelilingi membran, yang mengandung beberapa atau banyak kromosom. Sel ini mengandung organel internal bermembran. Didalam sel eukaryotik, enzim yang mengkatalisis lintas metabolic seringkali terletak di dalam organel spesifik atau kompartemen. Cara mengetahuinya dengan cara jaringan hewan atau tumbuhan dihomogenasi secara perlahan-lahan didalam medium sukrosa isotonic, proses ini akan merusak membrane plasma, tetapi membiarkan hampir semua organel internalnya tetap utuh. Sukrosa dipergunakan karena senyawa ini tidak dapat melalui membrane dengan mudah, dan karenanya  tidak menyebabkan organel internal seperti kloroplas dan mitokondria menggelembung. Organela subseluler seperti inti sel dan mitokondria, dan bagian lain yang diperoleh dengan cara ini dapat diuji kemampuannya dalam melakukan katalisis suatu ukuran metabolic tertentu, dari pendekatan ini, telah ditemukan bahwa berbagai lintas metabolic berlangsung pada berbagai lokasi intraseluler didalam eukaryotik. Contoh seluruh urutan enzim yang terlibat di dalam pengubahan glukosa menjadi laktat di dalam beberapa sel terletak di dalam sitosol, yang merupakan bagian terlarut dari sitoplasma sel, sedangkan enzim-enzim siklus asam sitrat terletak di dalam mitokondria. Seperti juga enzim-enzim transport electron dan enzim-enzim yang terlibat dalam penyimpanan energy oksidatif sebagai ATP.
http://www.uic.edu/classes/bios/bios100/lectures/prok02.jpg
Gambar 11.Lokalisasi beberapa aktivitas metabolik di dalam sel bakteri.
(sumber uic.edu).

C.    RANGKUMAN
Organisme dapat diklasifikasikan berdasarkan kebutuhan karbonnya. Autrotrof dapat menggunakan karbon dioksida, sedangkan heterotrof membutuhkan karbon dalam bentuk organik tereduksi, seperti glukosa. Banyak sel autotrof, seperti sel tanaman hijau, memperoleh energinya dari sinar matahari, heterotrof memperoleh energi dari oksidasi nutrien organik.
Metabolisme antara dapat dibagi menjadi katabolisme, yang merupakan degradasi molekul nutrien yang kaya akan energi, dan anabolisme yang merupakan biosintesis komponen baru sel. Katabolisme dan anabolisme dijalankan dalam tiga tahap utama. Pada tahap pertama katabolisme, polisakarida, lipid, dan protein diuraikan secara enzimatik menjadi sebagai produk utama, dan pada tahap kedua, unit pembangun dioksidasi menjadi asetil Ko-A dioksidasi menjadi karbon dioksida. Lintas katabolik menyatu menjadi lintas akhir bersama, sedangkan lintas anabolik menyebar menghasilkan banyak produk-produk biosintetik yang berbeda, dari hanya sedikit pemula. Lintas anabolik dan katabolik yang setara tidak bersifat identik ditinjau dari segi enzimatik, lintas –lintas ini diatur secara berbeda, lintas ini seringkali terletak pada bagian-bagian sel yang tidak sama. Katabolisme molekul nutrien disertai dengan tersimpannya beberapa bagian energi nutrien dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP). ATP berfungsi sebagai pembawa energi kimia dari reaksi-reaksi katabolik menuju proses selular yang membutuhkan energi, biosintesis, kontraksi atau pergerakan, transpor melalui membran, dan transfer informasi genetik. Energi kimia dalam bentuk tenaga pereduksi juga diangkut dari lintas katabolik menuju lintas anabolik sebagai koenzim NADPH tereduksi.
Metabolisme diatur oleh enzim alosterik, oleh pengontrolan hormon, dan oleh pengaturan sintesis enzim. Lintas metabolik dipelajari didalam ekstrak sel atau jaringan, sebagai sumber isolat komponen enzim dan metabolik antara. Mikroorganisme yang menderita kelainan genetik pada suatu lintasan tertentu (auksotrof) memberikan alat ampuh untuk menganalisis lintas metabolik, seperti juga teknik pelacak isotop. Pada sel eukariotik, enzim-enzim yang mengakatalisia berbagai lintas metabolisme dipisah-pisahkan didalam organel-organel yang berbeda, seperti inti sel, mitokondria, dan retikulum andoplasmik, yang dapat diisolasi untuk penelitian langsung.

D.   TUGAS ATAU KEGIATAN

Peranan ATP sebagai sumber energi untuk metabolisme di dalam tubuh berlangsung dengan suatu mekanisme mendaur. ATP berperan sebagai alat angkut energi kimia dalam reaksi katabolisme ke berbagai proses reaksi dalam tubuh yang mem­butuhkan energi,  seperti proses biosintesis, proses pengangkutan, proses kontraksi otot, proses pengaliran listrik dalam sistem syaraf, dan proses pemancaran sinar (bioluminesensi) yang terjadi pada organisme tertentu, seperti kunang-kunang.
Bagaimanakah siklus peranan ATP sebagai alat angkut energi kimia dalam reaksi katabolisme ke berbagai proses reaksi dalam tubuh yang membutuhkan energi !

E.    TES FORMATIF

1.    Apa yang dimaksud dengan metabolisme dan berikan empat fungsi spesifiknya !
2.    Jelaskan keterkaitan katabolisme dan anabolisme !
3.    Pada penguraian enzimatik dari masing-masing nutrien penghasil energi utama pada sel (karbohidrat, lipid, dan protein) berlangsung secara bertahap melalui sejumlah reaksi enzimatik yang berurutan. Bagaimana tiga tahapan utama di dalam katabolisme aerobik ?
4.    Bagaimana tiga pendekatan utama dipergunakan secara sendiri-sendiri atau secara gabungan, untuk mengetahui rincian kimiawi metabolik ?
5.    Apa fungsi dari ATP  ?






F.    UMPAN BALIK

Kunci Jawaban :
1.    Metabolisme adalah aktifitas sel yang amat terenzim. Metabolisme memiliki empat fungsi spesifik yaitu untuk memperoleh energi kimia dari degradasi sari makanan yang kaya energi dari lingkungan atau dari energi solar, untuk mengubah molekul nutrien menjadi prekusor unit pembangun bagi makromolekul sel, untuk menggabungkan unit-unit pembangun ini menjadi protein, asam nukleat, lipida, polisakarida, dan komponen sel lain, dan untuk membentuk dan mendegradasikan biomolekul yang diperlukan didalam fungsi khusus sel.
2.    Katabolisme adalah reaksi pemecahan molekul menjadi bentuk yang paling sederhana dan hanya mengandung sedikit energi, menghasilkan ATP. Reaksi katabolisme terbagi menjadi 3 tahap atau 4 tahap. Anabolisme adalah reaksi penyusunan molekul sederhana (prekursor) menjadi bentuk yang lebih kompleks dan menyimpan energi memerlukan ATP. Proses anabolisme berhubungan dengan katabolisme pada tahap III, disebut sebagai tahap amphibolic.
3.    Tahap I, makromolekul sel dipecahkan menjadi unit-unit pembangun utamanya. Jadi polisakarida dipecahkan menjadi heksosa atau pentosa, lipid dipecahkan menjadi asam lemak, gliserol, dan komponen lain dan protein terhidrolisis menjadi ke-20 komponen asam aminonya. Tahap II, berbagai produk yang terbentuk didalam tahap I dikumpulkan dan diubah menjadi sejumlah (lebih kecil) molekul-molekul yang lebih sederhana. Jadi, heksosa, pentosa, dan gliserol dari tahap I diuraikan menjadi satu jenis senyawa antara 3-karbon, piruvat, yang lalu diubah menjadi satu jenis unit 2-karbon, yaitu gugus asetil dari asetil –koenzim A. Tahap III, gugus asetil dari asetil-KOA diberikan ke dalam siklus asam sitrat, yaitu lintas akhir yang bersifat umum yang dilalui oleh nutrien penghasil energi. Disini terjadi oksidasi nutrien, menghasilkan karbon dioksida. Air dan amonia adalah produk akhir katabolisme lainnya.
4.    Cara pertama dan yang paling langsung adalah mempelajari lintas ‘in vitro’, yaitu didalam ekstrak jaringan bebas sel yang mampu mengkatalisis proses metabolik yang akan diselidiki secara keseluruhan. Selanjutnya, ditemukan bahwa pemecahan glukosa pada ekstrak tersebut memerlukan tambahan fosfat anorganik, yang akan menghilang dari ekstrak denga terkonsumsinya glukosa. Lalu, ditemukan bahwa suatu senyawa turunan heksosa fosfat, terkumpul didalam medium, yang memiliki semua sifat-sifat yang diharapkan dari suatu senyawa antara dalam pengubahan glukosa menjadi etanol dan karbon dioksida. Dengan kombinasi pendekatan tersebut, pada akhirnya dapat diisolasi dan diidentifikasikan 11 metabolit yang merupakan senyawa antara didalam pengubahan glukosa menjadi etanol pada ragi.
5.    ATP berfungsi sebagai pembawa energi kimia dari reaksi-reaksi katabolik menuju proses selular yang membutuhkan energi, biosintesis, kontraksi atau pergerakan, transport melalui membran, dan transfer informasi genetik.

Kriteria Ketuntasan :
1.    Point benar            15
2.    Point benar            20
3.    Point benar            25
4.    Point benar            25
5.    Point benar            15






















DAFTAR PUSTAKA

Arbianto,Purwo. 1993. Konsep-Konsep Dasar Biokimia. Bandung: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jendral  Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi.

Lehninger, Albert L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Mhanafi.2010.Bioenergetika.(online).http://mhanafi123.files.wordpress.com/2010/01/bioenergetika_pp.pdf.  diakses tanggal 12 november 2012.

Nino, Ramadhan. 2011. Biooenergetika Dan Metabolisme. (online).
a91992_blogspot.com/2011/01/bioenergetika-dan-metabolisme.html. diakses tanggal 12 november 2012.

Poedjadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI-press.