Senin, 12 Januari 2015

laporan praktikum embriologi hewan

LAPORAN PRAKTIKUM EMBRIOLOGI HEWAN
“ PENGAMATAN APUSAN VAGINA MENCIT DAN PENGAMATAN SUMBAT VAGINA MENCIT “



OLEH
                             RISFI PRATIWI SUTRISNO
                             F16111004



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2014


PENGAMATAN APUSAN VAGINA MENCIT DAN PENGAMATAN SUMBAT VAGINA MENCIT

A.  Tujuan
Adapun tujuan pada praktikum mengenai pengamatan apusan vagina mencit dan pengamatan sumbat vagina mencit, yaitu:
1.    Mengamati apusan vagina mencit.
2.    Mengamati adanya sumbat vagina pada mencit betina.

B.  Dasar Teori
Tahap yang mengawali proses perkembangan hewan setelah gametogenesis adalah fertilisasi. Proses ini mempertemukan kedua macam gamet dan sekaligus mempertahankan jumlah kromosom anakan tetap diploid seperti induknya. Proses perkawinan pada mamalia melibatkan perilaku seksual yang khas yang dikendalikan oleh hormon seks. Selain itu, hormon seks juga mempengaruhi siklus reproduksi pada hewan betina. Hewan betina pada umumnya menjadi reseptif terhadap hewan jantan pada saat berada pada tahap atau masa estrus. Setelah diketahui bahwa mencit betina berada pada tahap atau masa estrus, maka mencit betina dipelihara dalam satu kandang dengan seekor mencit jantan agar terjadi perkawinan. Mencit betina yang bunting dipisahkan dari mencit jantan dan dipelihara hingga melahirkan. Fertilitas betina diamati berdasarkan jumlah implantasi dan jumlah anakan (Adnan, 2010).
Struktur reproduksi eksternal betina adalah klitoris, dan dua pasang labia yang mengelilingi klitoris dan lubang vagina. Sedangkan organ reproduksi internal terdiri dari sepasang gonad dan sebuah sistem yang terdiri dari duktus dan ruangan untuk menghantarkan gamet dan menampung embrio dan fetus. Gonad betina (ovarium) berada di dalam rongga abdomen, dan bertaut melalui mesenterium ke uterus. Masing-masing ovarium terbungkus dalam kapsul pelindung yang keras dan mengandung banyak folikel. Folikel terdiri atas satu sel telur yang dikelilingi oleh satu atau lebih lapisan sel-sel folikel. Sel-sel folkel juga menghasilkan hormon seks utama betina yaitu estrogen (Campbell, 2004).
Daur estrus, terutama pada polyestrus dapat dibedakan atas tahap : proestrus, estrus, dan diestrus. Proestrus adalah periode pertumbuhan folikel dan dihasilkannya banyak estrogen. Estrogen ini merangsang pertumbuhan selluler pada alat kelamin tambahan, terutama pada vagina dan uterus. Estrus merupakan klimaks fase folikel. Pada masa inilah betina siap menerima jantan, dan pada saat ini pula terjadi ovulasi (kecuali pada hewan yang memerlukan rangsangan sexual lebih dulu untuk terjadinya ovulasi). Waktu ini betina jadi berahi atau panas. Apabila terjadi coitus dan pembuahan, estrus diiringi oleh masa hamil. Kalau tidak terjadi pembuahan, terjadi masa haid. Di masa hamil atau haid berlangsunglah fase lutein. Pada fase ini corpus luteum dalam ovarium giat menghasilkan progesteron. Ciri-ciri dari fase siklus estrus tersebut adalah sebagai berikut :
ü Proestrus : terdapat sel epitel biasa.
ü Estrus : terdapat sel menanduk (cornified).
ü Diestrus : terdapat sel epitel biasa dan banyak lekosit.
ü Matestrus (kalau ada) : terdapat banyak sel epitel menanduk dan lekosit, kemudian juga sel epitel biasa (Yatim, 1994).
Siklus ini dapat dengan mudah diamati dengan melihat perubahan sel-sel penyusun lapisan epitel vagina yang dapat dideteksi dengan metode apus vagina pewarnaan Giemsa (Brancroft,1996 dalam Agung, 2014).
Estrogen merupakan hormon seks steroid yang berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan seksual sekunder betina, seperti kelenjar mammae dan organ reproduksi yang lain. Pengaruh estrogen dalam jaringan reproduksi, terutama memacu proliferasi sel. Aksi estrogen dalam jaringan atau sel target, membutuhkan reseptor estrogen yang dikendalikan oleh gen pada kromosom (Ganong, 2003).

C.  Alat Dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum mengenai pengamatan apusan vagina mencit dan pengamatan sumbat vagina mencit, yaitu:
ü Pengamatan Apusan Vagina Mencit
Alat        : kaca objek, kaca penutup, mikroskop, dan gelas kimia.
Bahan    : mencit betina, metilen blue 1%, pipet tetes, dan NaCl 0,9%.
ü Pengamatan Sumbat Vagina Mencit
Alat        : kandang mencit.
Bahan    : mencit betina dan mencit jantan.

D.  Langkah Kerja
Adapun langkah kerja pada praktikum mengenai pengamatan apusan vagina mencit dan pengamatan sumbat vagina mencit, yaitu:
ü Pengamatan Apusan Vagina Mencit
Ø Ambil mencit betina.
Ø Bagian vagina disemprotkan NaCL 0,9%, kemudian dihisap cairan yang keluar 3 sampai 4 kali dengan hati-hati.
Ø Cairan yang dihisap pada pipet berwarna keruh.
Ø Teteskan pada kaca objek.
Ø Biarkan sampai kering kemudian diwarnai dengan metilen blue.
Ø Ditutup dengan kaca penutup.
Ø Amati dibawah mikroskop.
ü Pengamatan Sumbat Vagina Mencit
Ø Satukan mencit betina yang sudah siap kawin dengan mencit jantan.
Ø Keesokan harinya (±12jam) ambil mencit betina, kemudian pegang dengan tangan kiri, ibu jari dan telunjuk memegang tengkuknya atau leher dorsal. Dengan jari tengah, jari manis, dan kelingking memegang badan dan ekor.
Ø Amati terjadi tidaknya sumbat vagina pada mencit.

No.
Pengamatan
Gambar atau foto
keterangan
1.
Apusan vagina mencit
Perbesaran : 4 x 10




Terjadi tahap Diestrus.
2.
Sumbat vagina mencit
-

Tidak terdapat sumbat vagina pada mencit betina.
E.   Hasil Pengamatan

F.   Pembahasan
Sistem reproduksi memiliki empat dasar yaitu untuk menghasilkan sel telur yang membawa setengah dari sifat genetik keturunan, untuk menyediakan tempat pembuahan selama pemberian nutrisi dan perkembangan fetus dan untuk mekanisme kelahiran. Lokasi sistem reproduksi terletak paralel diatas rektum. Sistem reproduksi dalam terdiri dari ovari, oviduct, dan uterus. Pada ovari merupakan organ reproduksi yanag penting, dimana ovari bertanggung jawab pada sekresi hormon estrogen dan progesterone dan produksi telur baik untuk dibuahi. Oviduct merupakan tabung panjang yang menghubungkan ovari dengan uterus. Sedangkan uterus berfungsi untuk membawa sel sperma menuju oviduct dan membawa nutrisi dan menyediakan tempat perkembangan janin.
Siklus estrus pada mencit terdiri dari empat fase utama, yaitu proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus. Pada pengamatan apusan vagina mencit, didapatkan hasil yaitu pada fase diestrus. Dimana, diestrus yaitu terdapat sel epitel biasa dan banyak lekosit. Pada kebanyakan mamalia, jika tiada kehamilan, ovarium dan alat kelamin tambahan mengalami perubahan berangsur kembali kepada suasana istirahat, tenang, yang disebut diestrus. Maka, pada apusan vagina mencit yang terdapat adanya diestrus, menandakan bahwa mencit betina belum siap menerima jantan atau belum siap kawin.
Sumbat vagina ini merupakan pengerasan lendir yang dikeluarkan oleh mencit betina. Berdasarkan pengamatan sumbat vagina mencit, setelah disatukan selama ± 12 jam, tidak terdapat sumbat vagina pada mencit betina. Hal ini menunjukkan bahwa belum terjadi perkawinan, dikarenakan pada saat ini pula tidak terjadi ovulasi yang pada masa ini merupakan klimaks fase folikel.

G.  Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan pada praktikum mengenai pengamatan apusan vagina mencit dan pengamatan sumbat vagina mencit dapat di simpulkan, yaitu:
ü Pada hewan mamalia terjadi fase proestrus, estrus, diestrus, dan metestrus.
ü Hewan yang sudah siap kawin ditandai dengan adanya proestrus dan estrus pada apusan vagina.
ü Mencit yang sudah kawin ditandai dengan adanya sumbat vagina.
ü Sumbat vagina yang dihasilkan merupakan pengerasan lendir atau cairan yang dihasilkan mencit betina.
ü Berdasarkan pengamatan apusan vagina mencit, yaitu diestrus. Dimana mencit belum siap kawin.
ü Berdasarkan pengamatan sumbat vagina mencit, tidak terjadi adanya perkawinan antara mencit betina dengan mencit jantan, dikarenakan pada saat ini pula tidak terjadi ovulasi yang pada masa ini merupakan klimaks fase folikel.

Daftar Pustaka
Adnan. 2010. Penuntun Praktikum Perkembangan Hewan. Makassar: Jurusan Biologi Fmipa UNM.
Agung. 2014. Hubungan Kadar Hormon Estradiol 17-β dan Tebal Endometrium Uterus Mencit (Mus musculus l.) selama Satu Siklus Estrus. Semarang: Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi Hewan Jurusan Biologi FMIPA UNDIP.
Campbell. 2004. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Ganong. 2003. Review of Medical Physiology. International Edition. San Francisco : Mc Graw Hill Book.
Yatim. 1994. Reproduksi dan Embriologi. Bandung: Tarsito.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar