LAPORAN
PRAKTIKUM EMBRIOLOGI HEWAN
“
PENGAMATAN APUSAN VAGINA MENCIT DAN PENGAMATAN SUMBAT VAGINA MENCIT “
OLEH
RISFI PRATIWI SUTRISNO
F16111004
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2014
PENGAMATAN
APUSAN VAGINA MENCIT DAN PENGAMATAN SUMBAT VAGINA MENCIT
A. Tujuan
Adapun
tujuan pada praktikum mengenai pengamatan apusan vagina mencit dan pengamatan
sumbat vagina mencit, yaitu:
1.
Mengamati apusan
vagina mencit.
2.
Mengamati adanya
sumbat vagina pada mencit betina.
B. Dasar Teori
Tahap yang mengawali proses
perkembangan hewan setelah gametogenesis adalah fertilisasi. Proses ini
mempertemukan kedua macam gamet dan sekaligus mempertahankan jumlah kromosom
anakan tetap diploid seperti induknya. Proses perkawinan pada mamalia
melibatkan perilaku seksual yang khas yang dikendalikan oleh hormon seks.
Selain itu, hormon seks juga mempengaruhi siklus reproduksi pada hewan betina.
Hewan betina pada umumnya menjadi reseptif terhadap hewan jantan pada saat
berada pada tahap atau masa estrus. Setelah diketahui bahwa mencit betina
berada pada tahap atau masa estrus, maka mencit betina dipelihara dalam satu
kandang dengan seekor mencit jantan agar terjadi perkawinan. Mencit betina yang
bunting dipisahkan dari mencit jantan dan dipelihara hingga melahirkan.
Fertilitas betina diamati berdasarkan jumlah implantasi dan jumlah anakan
(Adnan, 2010).
Struktur reproduksi eksternal betina adalah klitoris, dan dua
pasang labia yang mengelilingi klitoris dan lubang vagina. Sedangkan organ
reproduksi internal terdiri dari sepasang gonad dan sebuah sistem yang terdiri
dari duktus dan ruangan untuk menghantarkan gamet dan menampung embrio dan
fetus. Gonad betina (ovarium) berada di dalam rongga abdomen, dan bertaut
melalui mesenterium ke uterus. Masing-masing ovarium terbungkus dalam kapsul
pelindung yang keras dan mengandung banyak folikel. Folikel terdiri atas satu
sel telur yang dikelilingi oleh satu atau lebih lapisan sel-sel folikel.
Sel-sel folkel juga menghasilkan hormon seks utama betina yaitu estrogen (Campbell,
2004).
Daur estrus, terutama pada polyestrus dapat dibedakan atas tahap :
proestrus, estrus, dan diestrus. Proestrus adalah periode pertumbuhan folikel
dan dihasilkannya banyak estrogen. Estrogen ini merangsang pertumbuhan selluler
pada alat kelamin tambahan, terutama pada vagina dan uterus. Estrus merupakan
klimaks fase folikel. Pada masa inilah betina siap menerima jantan, dan pada
saat ini pula terjadi ovulasi (kecuali pada hewan yang memerlukan rangsangan
sexual lebih dulu untuk terjadinya ovulasi). Waktu ini betina jadi berahi atau
panas. Apabila terjadi coitus dan pembuahan, estrus diiringi oleh masa hamil.
Kalau tidak terjadi pembuahan, terjadi masa haid. Di masa hamil atau haid
berlangsunglah fase lutein. Pada fase ini corpus luteum dalam ovarium giat
menghasilkan progesteron. Ciri-ciri dari fase siklus estrus tersebut adalah
sebagai berikut :
ü Proestrus
: terdapat sel epitel biasa.
ü Estrus :
terdapat sel menanduk (cornified).
ü Diestrus
: terdapat sel epitel biasa dan banyak lekosit.
ü Matestrus
(kalau ada) : terdapat banyak sel epitel menanduk dan lekosit, kemudian juga
sel epitel biasa (Yatim, 1994).
Siklus ini dapat dengan
mudah diamati dengan melihat perubahan sel-sel penyusun lapisan epitel vagina
yang dapat dideteksi dengan metode apus vagina pewarnaan Giemsa (Brancroft,1996
dalam Agung, 2014).
Estrogen merupakan
hormon seks steroid yang berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan
seksual sekunder betina, seperti kelenjar mammae dan organ reproduksi yang
lain. Pengaruh estrogen dalam jaringan reproduksi, terutama memacu proliferasi
sel. Aksi estrogen dalam jaringan atau sel target, membutuhkan reseptor
estrogen yang dikendalikan oleh gen pada kromosom (Ganong, 2003).
C. Alat Dan Bahan
Adapun
alat dan bahan yang digunakan pada praktikum mengenai pengamatan apusan vagina
mencit dan pengamatan sumbat vagina mencit, yaitu:
ü Pengamatan Apusan Vagina Mencit
Alat : kaca objek, kaca penutup, mikroskop,
dan gelas kimia.
Bahan : mencit betina, metilen blue 1%, pipet
tetes, dan NaCl 0,9%.
ü Pengamatan Sumbat Vagina Mencit
Alat : kandang mencit.
Bahan : mencit betina dan mencit jantan.
D. Langkah Kerja
Adapun
langkah kerja pada praktikum mengenai pengamatan apusan vagina mencit dan
pengamatan sumbat vagina mencit, yaitu:
ü Pengamatan Apusan Vagina Mencit
Ø Ambil mencit
betina.
Ø Bagian
vagina disemprotkan NaCL 0,9%, kemudian dihisap cairan yang keluar 3 sampai 4
kali dengan hati-hati.
Ø Cairan
yang dihisap pada pipet berwarna keruh.
Ø Teteskan
pada kaca objek.
Ø Biarkan
sampai kering kemudian diwarnai dengan metilen blue.
Ø Ditutup
dengan kaca penutup.
Ø Amati
dibawah mikroskop.
ü Pengamatan Sumbat Vagina Mencit
Ø Satukan mencit
betina yang sudah siap kawin dengan mencit jantan.
Ø Keesokan
harinya (±12jam) ambil mencit betina, kemudian pegang dengan tangan kiri, ibu
jari dan telunjuk memegang tengkuknya atau leher dorsal. Dengan jari tengah,
jari manis, dan kelingking memegang badan dan ekor.
Ø Amati
terjadi tidaknya sumbat vagina pada mencit.
No.
|
Pengamatan
|
Gambar atau foto
|
keterangan
|
1.
|
Apusan vagina mencit
|
Perbesaran
: 4 x 10
|
Terjadi
tahap Diestrus.
|
2.
|
Sumbat vagina mencit
|
-
|
Tidak terdapat sumbat vagina pada mencit
betina.
|
E.
Hasil Pengamatan
F.
Pembahasan
Sistem
reproduksi memiliki empat dasar yaitu untuk menghasilkan sel telur yang membawa
setengah dari sifat genetik keturunan, untuk menyediakan tempat pembuahan
selama pemberian nutrisi dan perkembangan fetus dan untuk mekanisme kelahiran.
Lokasi sistem reproduksi terletak paralel diatas rektum. Sistem reproduksi
dalam terdiri dari ovari, oviduct, dan uterus. Pada ovari merupakan organ
reproduksi yanag penting, dimana ovari bertanggung jawab pada sekresi hormon
estrogen dan progesterone dan produksi telur baik untuk dibuahi. Oviduct
merupakan tabung panjang yang menghubungkan ovari dengan uterus. Sedangkan
uterus berfungsi untuk membawa sel sperma menuju oviduct dan membawa nutrisi
dan menyediakan tempat perkembangan janin.
Siklus
estrus pada mencit terdiri dari empat fase utama, yaitu proestrus, estrus,
metestrus, dan diestrus. Pada pengamatan apusan vagina mencit,
didapatkan hasil yaitu pada fase diestrus. Dimana, diestrus yaitu terdapat sel
epitel biasa dan banyak lekosit. Pada kebanyakan mamalia, jika tiada kehamilan,
ovarium dan alat kelamin tambahan mengalami perubahan berangsur kembali kepada
suasana istirahat, tenang, yang disebut diestrus.
Maka, pada apusan vagina mencit yang terdapat adanya diestrus, menandakan bahwa
mencit betina belum siap menerima jantan atau belum siap kawin.
Sumbat vagina ini merupakan pengerasan lendir yang dikeluarkan oleh
mencit betina. Berdasarkan pengamatan sumbat vagina mencit, setelah disatukan
selama ± 12 jam,
tidak terdapat sumbat vagina pada mencit betina. Hal ini menunjukkan bahwa belum
terjadi perkawinan, dikarenakan pada saat ini pula tidak terjadi ovulasi yang
pada masa ini merupakan klimaks fase folikel.
G. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan
dan pembahasan pada praktikum mengenai pengamatan
apusan vagina mencit dan pengamatan sumbat vagina mencit dapat di simpulkan,
yaitu:
ü Pada
hewan mamalia terjadi fase proestrus, estrus, diestrus, dan metestrus.
ü Hewan
yang sudah siap kawin ditandai dengan adanya proestrus dan estrus pada apusan
vagina.
ü Mencit
yang sudah kawin ditandai dengan adanya sumbat vagina.
ü Sumbat
vagina yang dihasilkan merupakan pengerasan lendir atau cairan yang dihasilkan mencit
betina.
ü Berdasarkan
pengamatan apusan vagina mencit, yaitu diestrus. Dimana mencit belum siap
kawin.
ü Berdasarkan
pengamatan sumbat vagina mencit, tidak terjadi adanya perkawinan antara mencit
betina dengan mencit jantan, dikarenakan pada saat ini pula tidak terjadi
ovulasi yang pada masa ini merupakan klimaks fase folikel.
Daftar
Pustaka
Adnan. 2010.
Penuntun Praktikum Perkembangan Hewan. Makassar: Jurusan Biologi Fmipa
UNM.
Agung.
2014. Hubungan Kadar Hormon
Estradiol 17-β dan Tebal Endometrium Uterus Mencit (Mus musculus l.) selama
Satu Siklus Estrus. Semarang: Laboratorium Biologi
Struktur dan Fungsi Hewan Jurusan Biologi FMIPA UNDIP.
Campbell.
2004. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Ganong.
2003. Review of Medical Physiology.
International Edition. San Francisco : Mc Graw Hill Book.
Yatim.
1994. Reproduksi dan Embriologi. Bandung: Tarsito.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar