LAPORAN PRAKTIKUM TAKSONOMI
TUMBUHAN
“ EKSPEDISI PEMBUATAN
HERBARIUM KERING DAN BASAH DI PULAU PENIBUNG, KABUPATEN MEMPAWAH, KALIMANTAN
BARAT “
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Media
pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang mempunyai peranan
penting dalam kegitan belajar mengajar. Istilah media berasal dari bahasa latin
yang merupakan bentuk jamak dari medium. Secara harfiah berarti perantara atau
pengantar. Pengertian umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan
informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi.
Herbarium
merupakan suatu spesimen dari bahan tumbuhan yang telah dimatikan dan diawetkan
melalui metode tertentu. Herbarium biasanya dilengkapi dengan data-data
mengenai tumbuhan yang diawetkan, baik data taksonomi, morfologi, ekologi,
maupun geografinya. Selain itu dalam herbarium juga memuat waktu dan nama
pengkoleksi.
Data-data
dan informasi yang ada pada herbarium sering dirujuk sebagai reference untuk
penelitian-penelitian. Mulai dari pengidentifikasian tumbuhan hasil studi
lapangan maupun pengambilan sampel dari spesimen untuk penelitian lanjutan.
Kegiatan ini sering memakan waktu dan tenaga yang cukup banyak ketika harus
mencari spesimen yang dimaksud diantara “tumpukan” ribuan bahkan jutaan koleksi
herbarium yang ada. Tidak jarang pula terjadi kerusakan pada koleksi jika akses
secara manual ini dilakukan tidak dengan hati-hati. Ketidak-puasan sering juga
dialami para peneliti yang mencari informasi jika ternyata data dan informasi
pada herbarium tidak sesuai dengan harapannya.
Kali
ini kami membuat herbarium dengan tanaman didaerah Pulau Penibung, Kabupaten
Mempawah, Kalimantan Barat dengan tujuan mencapai KD dari buku penuntun
Praktikum Taksonomi Tumbuhan.
B. Masalah
1. Mengapa
tumbuhan herbarium tersebut dapat berada ditempat tersebut ?
2. Bagaimana
mengetahui ciri-ciri pada tumbuhan tersebut ?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui habitus pada suatu tumbuhan.
2. Untuk
mengetahui ciri spesifik tumbuhan tersebut.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian
Herbarium
Herbarium
berasal dari kata “hortus dan botanicus”, artinya kebun botani yang
dikeringkan. Secara sederhana yang dimaksud herbarium adalah koleksi spesimen yang
telah dikeringkan, biasanya disusun berdasarkan sistim klasifikasi. ( Onrizal, 2005 ) .
Herbarium
merupakan suatu spesimen dari bahan tumbuhan yang telah dimatikan dan diawetkan
melalui metoda tertentu dan dilengkapi dengan data-data mengenai tumbuhan
tersebut. Membuat herbarium yaitu pengumpulan tanaman kering untuk keperluan
studi maupun pengertian, tidaklah boleh diabaikan. Yaitu melalui pengumpulan,
pengeringan, pengawetan, dan dilakukan pembuatan herbarium. ( Steenis, 2003 ) .
Herbarium
merupakan karya referensi tiga dimensi, herbarium bukan hanya untuk
mendefinisikan suatu pohon, namun segala sesuatu dari pohon. Mereka memegang
bagian yang sebenarnya dari bagian mereka itu. Nama latin untuk koleksi ini
ataupun Herbarium adalah Siccus Hortus, yang secara harfiah berarti taman
kering, dan setiap specimen menekan yang terpasang pada selembar kertas yang
diulisi dengan apa tanaman yang dikumpulkan itu, kapan dan dimana ditemukannya.
( Stacey, 2004 ) .
Herbarium
merupakan tempat penyimpanan contoh koleksi spesiemen tanaman atau tumbuhan
yaitu herbarium kering dan herbarium basah. Herbarium yang baik selalu disertai
identitas, pengumpul (nama pengumpul atau kolektor dan nomor koleksi). Serta
dilengkapi keterangan lokasi asal material dan keterangan tumbuhan tersebut
untuk kepentingan penelitian dan identifikasi. ( Moenandir, 1996 ) .
Pada masa
sekarang herbarium tidak hanya merupakan suatu spesimen yang diawetkan tetapi
juga mempunyai suatu lingkup kegiatan botani
tertentu, sebagai sumber informai dasar untuk para ahli taksonomi
dan sekaligus berperan sebagai pusat penelitian dan
pengajaran, juga pusat informasi bagi masyarakat umum. Herbarium diartikan juga
sebagai bank data dengan sejumlah data mentah yang belum diolah. Masing-masing
specimen dapat memberikan bermacam-macam informasi, tergantung kelengkapan
spesimen, data dan asal-usul materialnya. (
Balai Taman Nasional Baluran, 2004 ) .
Kelebihan
dari Herbarium kering dibandingkan dengan herbarium basah adalah dapat bertahan
lama hingga ratusan tahun. Terdapat beberapa kelemahan pada herbarium yaitu spesimen
mudah mengalami kerusakan akibat perawatan yang kurang memadai maupun karena
frekuensi pemakaian yang cukup tinggi untuk identifikasi dan pengecekan data
secara manual, tidak bisa diakses secara bersama-sama oleh berberapa
orang, biaya besar,tidak bisa diakses sewaktu-waktu dan tidak dapat diakses
dari jarak jauh. ( Wibobo, 2007 ).
Herbarium
kering yang baik adalah herbarium yang lengkap organ vegetatif dan organ
generatifnya. Selain itu kerapian herbarium juga akan menentukan nilai
estetikanya serta faktor-faktor yang mempengaruhi koleksi herbarium adalah lama
pembuatan herbarium, tempat penyimpanan dan faktor lingkungan seperti suhu. ( Subrahmanyam, 2002 ) .
B. Kegunaan
Herbarium
Kegunaan herbarium secara umum antara lain:
1.
Sebagai pusat
referensi: Merupakan sumber utama untuk identifikasi tumbuhan bagi para ahli
taksonomi, ekologi, petugas yang menangani jenis tumbuhan langka, pecinta alam,
para petugas yang bergerak dalam konservasi alam.
2.
Sebagai lembaga
dokumentasi : Merupakan koleksi yang mempunyai nilai sejarah, seperti tipe dari
taksa baru, contoh penemuan baru, tumbuhan yang mempunyai nilai ekonomi dan
lain lain.
3.
Sebagai pusat
penyimpanan data : Ahli kimia memanfaatkannya untuk mempelajari alkaloid, ahli
farmasi menggunakan untuk mencari bahan ramuan untuk obat kanker, dan
sebagainya. ( Onrizal, 2005 ) .
C. Pembagian
Herbarium
Herbarium
basah, setelah material herbarium diberi label gantung dan dirapikan, kemudian
dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran. Satu lipatan kertas koran untuk satu
specimen (contoh). Tidak benar digabungkan beberapa specimen di dalam satu
lipatan kertas. Selanjutnya, lipatan kertas koran berisi material herbarium
tersebut ditumpuk satu diatas lainnya. Tebal tumpukan disesuaikan dengan dengan
daya muat kantong plastik (40 × 60) yang akan digunakan. Tumpukkan tersebut
dimasukkan ke dalam kantong plastik dan disiram alcohol 70 % atau spiritus
hingga seluruh bagian tumbukan tersiram secara merata, kemudian kantong plastic
ditutup rapat dengan isolatip atau hekter supaya alcohol atau spiritus tidak
menguap keluar dari kantong plastik
Herbarium
kering, cara kering menggunakan dua macam proses yaitu:
a. Pengeringan langsung, yakni tumpukan
material herbarium yang tidak terlalu tebal di pres di dalam sasak, untuk
mendpatkan hasil yng optimum sebaiknya di pres dalam waktu dua minggu kemudian
dikeringkan diatas tungku pengeringan dengan panas yang diatur di dalam oven.
Pengeringan harus segera dilakukan karena jika terlambat akan mengakibatkan
material herbarium rontok daunnya dan cepat menjadi busuk.
b. Pengeringan
bertahap, yakni material herbarium dicelup terlebih dahulu di dalam air
mendidih selama 3 menit, kemudian dirapikan lalu dimasukkan ke dalam lipatan
kertas koran. Selanjutnya, ditempuk dan dipres, dijemur atau dikeringkan di
atas tungku pengeringan. Selama proses pengeringan material herbarium itu harus
sering diperiksa dan diupayakan agar pengeringan nya merata. Setelah kering,
material herbarium dirapikan kembali dan kertas koran bekas pengeringan tadi
diganti dengan kertas baru. Kemudian material herbarium dapat dikemas untuk
diidentifikasi.
( Onrizal, 2005 ) .
BAB III
METODE
A. Waktu
Dan Tempat
Hari : Sabtu
Tanggal : 08 Juni 2013
Waktu : 10.00-15.00 WIB
Lokasi : Pulau Penibung, kabupaten Mempawah,
Kalimantan Barat
B. Alat
Dan Bahan
Adapun alat dan bahan
yang digunakan yaitu :
1. Alat
Kardus, koran, bambu,
selotip, cutter, gunting, kertas karton, plastik, tali rafia, stoples.
2. Bahan
Alkohol 70%, formalin
4%, Hibiscus tiliaceus, Gleichenia linearis, Eugenia malacensis,
Caryota mitis L, Lygodium japonicum, Syzygium
cymosum, Codium guinense silva, Gracilaria sp,
Padina australis, Himanthalia
elongate dan Laurencia obtuse.
3. Cara
Kerja
Untuk identifikasi :
- Mahasiswa
diwajibkan untuk membawa contoh jenis tumbuhan yang belum diketahui.
- Mahasiswa
mencoba untuk mengidentifikasi dengan bantuan kunci determinasi.
(
Steeins, 1975 ) .
Untuk pembuatan herbarium dengan metode
herbarium kering :
-
Diambil contoh jenis tumbuhan lengkap
dengan ranting, daun dan bunga, dengan gunting tanaman atau pisau.
-
Contoh diberi etiket gantung.
-
Dicatat pada buku, data lapangan dari
tumbuhan :
a. Lokasi
atau tempat pengambilan.
b. Ketinggian
tempat.
c. Perawakan
tumbuhan.
d. Nama
local atau nama daerah jenis tumbuhan.
-
Catatan :
a. Lama
tumbuh.
b. Jenis
tanah.
c. Spesifikasi
habitat.
d. Kemelimpahan.
e. Asosiasi
dengan tumbuhan lain.
f. Didaerah
terbuka atau ternanung jenis pohon penaung.
-
Penataan contoh didalam pengepres.
-
Dikeringakan.
-
Ditempel.
-
Penyimpanan dilakukan agar tidak rusak.
Untuk pembuatan herbarium dengan metode
herbarium basah :
- Bersihkan
kotoran dan tanah dari tumbuhan tingkat rendah yang ingin di awetkan.
- Siapkan
larutan fiksasi : alkohol 70% dan formalin 4%.
- Siapkan
tempat berupa stoples.
- Masukkan
tumbuhan tersebut kedalam stoples yang berisi larutan fiksasi.
- Aturlah
posisi tumbuhan tersebut agar mudah di amati.
- Buatlah
label berupa nama spesies tumbuhan tersebut tanpa mengganggu penglihatan
pengamatan.
- Awetan
basah siapkan digunakan secara berkala, bila perlu.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
Herbarium
Kering
Gambar
Caryota mitis Lour
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arecales
Spesies
: Caryota mitis Lour
Deskripsi
: Daun Bipinnate, 8 sampai 10 daun hijau muda, Panjang upih daun hingga 150 cm,
hancur membentuk jalinan serabut hitam tanpa crownshaft. Tangkai daun pendek
hingga panjang, 4-150 cm ( lebih panjang waktu muda ). Anak daun sekitar 25
disetiap sisi anak tulang perbungaan, berbentuk baji, panjang 8-12 cm, berujung
terkoyak, tersusun tersusun teratur, mendatar atau ditepian, irisan dibagian
dasar berbentuk V ( induplicate ), batang clustering ditutupi dengan serat dan
sisa-sisa tangkai daun.
Habitat
:
Hutan hujan dataran rendah hingga tinggi, dari permukaan laut hingga 1500 m.
Gambar
Gleichenia linearis
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Pteridophyta
Kelas : Gleicheniopsida
Ordo : Gleicheniales
Family : Gleicheniaceae
Genus : Gleichenia
Spesies
: Gleichenia linearis
Deskripsi : Jenis paku yang besar yang biasa
tumbuh pada tebing-tebing di tepi jalan di pegunungan. Tumbuhan ini mudah
dikenal karena peletakan daunnya yang menyirip berjajar dua dan tangkainya
bercabang mendua (dikotom). Resam dikenal sebagai tumbuhan invasif di beberapa
tempat karena mendominasi permukaan tanah menyebabkan tumbuhan lain terhambat
pertumbuhannya
Habitat : Tebing teduh dan lembap mulai pada ketinggian 200m hingga 1500m di atas
permukaan laut.
Gambar
Hibiscus tiliaceus
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Malvales
Suku : Malvaceae
Deskripsi : Pohon ini cepat tumbuh sampai tinggi
5-15 meter, garis tengah batang 40-50 cm; bercabang dan berwarna coklat. Daun
merupakan daun tunggal, berangkai, , tidak berlekuk dengan diameter kurang dari
19 cm, sebagian dari tulang daun utama dengan kelenjar berbentuk celah pada
sisi bawah dan sisi pangkal. Sisi bawah daun berambut abu-abu rapat. Daun
penumpu bulat telur memanjang, panjang 2.5 cm, meninggalkan tanda bekas
berbentuk cincin.
Habitat : Terdapat di
Indonesia, di pantai yang tidak berawa, ditanah datar, dan di pegunungan hingga
ketinggian 1700 meter di atas permukaan lau
Gambar
Eugenia malacensis
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Myrtales
Suku : Myrtaceae
Marga : Eugenia
Jenis
: Eugenia
malacensis
Deskripsi
:
Pohon atau perdu tegak. Memiliki akar tunggang. Daun berhadapan, berseling atau
tersebar, tepi rata dengan kelenjar minyak. daun penumpu tidak ada, Bunga
beraturan, kelopak berdaun lekat, daun mahkota mudah lepas, benang sari banyak tetapi
mudah rontok, bakal buah menyisakan 1 kepala putik dan mahkota, buah buni, buah
kotak atau buah keras, biji 1 sampai banyak.
Habitat
: Hutan dataran rendah hingga tinggi, dari
permukaan laut hingga 1500 m.
Gambar
Lygodium japonicum
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Filicinae
Bangsa : Filicales
Suku : Schizaceae
Marga : Lygodium
Jenis
: Lygodium
japonicum
Deskripsi
:
Akar yang merayap, berambut tapi tidak bersisik. Daun-daunnya monostichous,
melilit dan pertumbuhannya tidak dapat didefinisikan. Rantingnya biasanya tidak
panjang, ranting primernya pendek, ujungnya terhenti dan ditutupi oleh rambut
dan setiap ujungnya terdapat sepasang ranting sekunder. Ranting sekunder
mengandung daun dengan bentuk menyirip, atau cabang dikotom mengandung daun
yang becuping. Terdapat pula daun yang steril berbentuk gerigi maupun berlobus,
sedangkan daun yang fertile berjumbai sepanjang tepinya dengan cuping sempit
yang pendek dan setiap cuping mengandung dua baris sporangia yang ditutupi
dengan indusium kecil.
Habitat
: Hutan campuran pada ketinggian rendah atau
sedang.
Gambar
Syzygium cymosum
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Mrytales
Suku : Mrytaceae
Marga : Syzggium
Jenis : Syzygium cymosum
Deskripsi
: Pohon atau perdu tegak. Memiliki akar tunggang. Daun berhadapan, berseling
atau tersebar, tepi rata dengan kelenjar minyak. daun penumpu tidak ada, Bunga
beraturan, kelopak berdaun lekat, daun mahkota mudah lepas, buah buni, buah
kotak atau buah keras, biji 1 sampai banyak.
Habitat
: Hutan dataran rendah hingga tinggi, dari
permukaan laut hingga 1500 m.
Herbarium
Basah
Gambar
Codium
guinense silva
Kingdom : Plantae
Divisi : Chlorophyta
Kelas : Byopsidophyce
Ordo : Byopsidales
Family : Codiaceae
Genus : Codium
Species : Codium guinense silva
Deskripsi : Alga ini termasuk alga hijau atau Chlorophyta karena
berwarna hijau, teksturnya licin, tidak begitu besar, talus lembaran yang
bercabang dikotom, percabangan dikotom.
Habitat : Hidup di
zona pasang surut hingga di subtidal. Menempel pada batu karang atau subtrat
padat lainnya. Tersebar di perairan kepulauan Nusantara. Sebagian kecil
masyarakat nelayan memanen alga ini dan
mengkonsumsinya untuk sayuran.
Gambar Gracilaria sp.
Kingdom
: Plantae
Divisi :
Rhodophyta
Kelas :
Rhodophyceae
Ordo :
Gigartinales
Famili :
Gracilariaceae
Genus : Gracilaria
Jenis : Gracilaria sp.
Deskripsi
:
Bentuk thallus silindris atau gepeng dengan percabangan mulai dari
yang sederhana sampai pada yang rumit dan rimbun, di atas percabangan umumnya
bentuk thalli ( kerangka tubuh tanaman ) agak mengecil, Panjang dapat
mencapai 30 cm atau lebih.
Habitat
:
Tumbuh di rataan terumbu karang dengan air jernih dan arus cukup dengan salinitas
ideal berkisar 20-28 per mil
Gambar
Padina australis
Kingdom :
Plantae
Divisi :
Heterokontophyta
Kelas :
Phaeophyceae
Suku :
Dictyotales
Famili :
Dictyotaceae
Genus :
Padina
Spesies : Padina australis
Deskripsi
:
Mempunyai thalus berbentuk lembaran bulat pipih seperti kipas yang berbarna
coklat dan terdiri dari epidermis dan sel parenkim. Padina australis dikenal
sebagai “kuping gajah” oleh masyarakat yang tinggal di Pulau Pramuka, Kepulauan
Seribu. hidup menempel di pasir, Habitat : batu karang, ataupun
berasosiasi dengan tumbuhan laut lainnya pada perairan dengan kedalaman 5 - 10
m.
Gambar
Himanthalia elongate
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Phaeophyta
Kelas
: Phaeophyceae
Ordo
: Fucales
Famili
: Fucaceae
Genus
: Himanthalia
Spesies
: Himanthalia elongate
Deskripsi
:
Alga ini berwarna coklat kehitaman, thallus berbentuk seperti biji pepaya
berisi cairan, permukaan licin, panjangnya antara 6 – 7 cm. Alga ini tumbuh
soliter di pasir. Thallus berbentuk
tombol, lebar 30 mm dan tinggi 25 mm, sedikit bercabang, warna coklat, reproduksi vegetatif,
panjang 2 m dan lebar sampai 10 mm.
Habitat
:
Menempel pada batu karang atau subtrat padat
lainnya. Tersebar di perairan kepulauan Nusantara.
Gambar
Laurencia obtuse
Kingdom
: Plantae
Divisi : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Ceramiales
Family : Rhodomelaceae
Genus : Laurencia
Spesies : Laurencia obtuse
Deskripsi
:
Thallus silindris, cartilaginous, diameter sekitar 1-2 mm dan panjang thallus
dapat mencapai 20 cm. Percabangan bersebelah-menyebelah (pinnate) dengan ukuran
percabangan berangsur-angsur memendek ke arah ujung sehingga penampakkan rumpun
seperti piramida.
Habitat
:
Tumbuh umumnya melekat pada batu dan tersebar luas di darah terumbu karang.
Pada tempat-tempat tertentu kadang-kadang dapat dijumpai berlimpah sehingga
mendominasi areal pertumbuhan alga lainnya.
B.
Pembahasan
Herbarium
merupakan suatu spesimen dari bahan tumbuhan yang telah dimatikan dan diawetkan
melalui metode tertentu. Herbarium biasanya dilengkapi dengan data-data
mengenai tumbuhan yang diawetkan, baik data taksonomi, morfologi, ekologi,
maupun geografinya. Selain itu dalam herbarium juga memuat waktu dan nama
pengkoleksi.
Herbarium
juga merupakan salah satu sumber pembelajaran yang penting dalam ilmu biologi
tumbuhan. Herbarium merupakan koleksi kering yang dibuat berdasarkan
prosedur-prosedur tertentu dan memiliki criteria criteria tersendiri.
Material
herbarium sangat penting artinya sebagai koleksi untuk kepentingan penelitian
dan identifikasi, hal ini dimungkinkan karena pendokumentasian tanaman dengan
cara di awetkan dapat bertahan lebih lama, fungsi herbarium yaitu :
1. bahan
peraga pelajaran botani
2. bahan
penelitian
3. alat
pembantu identifikasi tanaman
4. bukti
keanekaragaman
5. specimen
acuan untuk publikasi spesies baru
6. sebagai
pusat referensi
7. sebagai
lembaga dokumentasi
8. sebagai
pusat penyimpanan data
Cara Membuat Herbarium
1. Persiapan
koleksi yang baik di lapangan merupakan aspek penting dalam praktek pembuatan
herbarium. Specimen herbarium yang baik harus memberikan informasi terbaik
mengenai tumbuhan tersebut kepada para peneliti. Dengan kata lain,suatu koleksi
tumbuhan harus mempunyai seluruh bagian tumbuhan dan harus ada keterangan yang
memberikan seluruh informasi yang tidak Nampak pada specimen herbarium.
2. Pembuatan
awetan specimen diperlukan untuk tujuan pengamatan specimen secara praktis
tanpa harus mencari bahan segar yang baru. Terutama untuk specimen-spesimen
yang sulit ditemukan di alam. Awetan specimen dapat berupa awetan kering dan
awetan basah. Untuk awetan kering tanaman di awetkan dalam bentuk
herbarium,sedangkan untuk mengawetkan hewan dengan sebelumnya mengeluarkan
organ-organ di dalamnya. Awetan basah baik untuk hewan maupun tumbuhan biasanya
dibuat dengan merendam seluruh specimen dalam larutan formalin 4%.
Berdasarkan
data identifikasi tumbuhan tersebut, ada pula yang mempengaruhi adanya tumbuhan
tersebut di lokasi yang dituju oleh praktikan, yaitu :
Indonesia
merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Dari berbagai penelitian
menyebutkan bahwa > 10% kehidupan jenis mahkluk hidup di muka bumi ini ada
di Indonesia, sedangkan luas daratan Indonesia hanya < 1 75 dari seluruh
luas daratan di dunia. Keadaan ini menempatkan Indonesia sebagai satu di antara
tujuh negara mega biodiversity, dengan luas hutan tropis terbesar ketiga
setelah Brasil (Amerika Selatan) dan Zaire (Afrika).
Persebaran
jenis-jenis tumbuhan di Indonesia tidaklah merata. Daerah yang memiliki jenis
tumbuhan terbanyak terdapat di kawasan hutan hujan primer di dataran rendah
Kalimantan, disusul oleh Papua, Sumatra, Jawa, Sulawesi, Maluku, serta kawasan
Nusa Tenggara. Perbedaan jenis dan persebaran flora ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain, iklim, kondisi tanah, relief daratan, dan formasi
geologi.
-
Iklim
Unsur iklim
yang berpengaruh terhadap keanekaragaman flora, antara lain, curah hujan, suhu,
kelembapan udara dan angin. Ke empat unsur tersebut akan membentuk suatu
kondisi lingkungan tertentu yang memengaruhi sifat-sifat fisik dan kimia tanah.
Daerah dengan curah hujan dan kelembapan udara yang tinggi cenderung memiliki
vegetasi yang beraneka ragam, misalnya hutan hujan tropis di pedalaman
Kalimantan. Kondisi fisik hutan hujan tropis, antara lain, pohonnya
besar-besar, ketinggian pohon beragam, suasana selalu basah atau lembap, daun-daun
lebat sehingga sinar matahari terhalang dan tidak dapat menyinari lantai hutan
secara langsung, dan banyak ditemui vegetasi yang merambat.
-
Kondisi Tanah
Kondisi
tanah berpengaruh terhadap tingkat kesuburan tanah. Kondisi tanah dipengaruhi
oleh iklim dan batuan induk atau bahan penyusun lapisan tanah. Iklim dapat
mempercepat proses pelapukan dan pembentukan tanah, sedangkan batuan induk
menentukan sifat dasar tanah. Misalnya, batuan kapur akan menghasilkan tanah
laterit yang kurang subur, sedangkan endapan vulkanik akan menghasilkan jenis
tanah andosol yang subur.
-
Relief Daratan
Relief
daratan berhubungan dengan ketinggian tempat dan kemiringan lereng. Seperti
telah kita ketahui, ketinggian tempat erat kaitannya dengan suhu dan iklim
setempat, sehingga pada akhirnya akan berpengaruh terhadap jenis vegetasinya.
Junghuhn membagi iklim berdasarkan dua faktor, yaitu ketinggian tempat dan
jenis tanaman. Masing-masing ketinggian tempat memiliki suhu atau temperatur
yang berbeda-beda sehingga suatu daerah dapat dibedakan atas daerah sedang,
daerah sejuk, dan daerah dingin. Keadaan ini juga akan memengaruhi jenis
tanaman tertentu yang bisa hidup.
-
Formasi Geologi
Formasi
geologi berpengaruh terhadap persebaran jenis batuan dasar dan jenis vegetasi.
Telah kita ketahui, bahwa sejarah geologi Kepulauan Indonesia terdiri atas dua
paparan benua, yaitu paparan Benua Asia untuk wilayah Indonesia bagian Barat
(Pulau Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Bali) serta paparan Benua Australia untuk
wilayah Indonesia bagian Timur (Kepulauan Maluku, Papua, dan Aru). Di antara
kedua paparan benua tersebut terdapat zona peralihan (Kepulauan Nusa Tenggara
dan Sulawesi) yang mempunyai corak atau ciri khas tersendiri.
Flora di wilayah Indonesia bagian
Barat didominasi oleh vegetasi hutan hujan tropis yang selalu basah. Hal ini
dikarenakan pada kawasan ini mempunyai curah hujan dan kelembapan yang cukup
tinggi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Herbarium
merupakan suatu spesimen dari bahan tumbuhan yang telah dimatikan dan diawetkan
melalui metoda tertentu dan dilengkapi dengan data-data mengenai tumbuhan
tersebut. kegunaan herbarium ada tiga yaitu pusat
referensi, lembaga dokumentasi dan pusat penyimpanan data. Pada herbarium
dibagi menjadi yaitu herbarium kering dan herbarium basah.
Adanya tumbuhan tersebut dilokasi karena Indonesia
bagian Barat didominasi oleh vegetasi hutan hujan tropis yang selalu basah. Hal
ini dikarenakan pada kawasan ini mempunyai curah hujan dan kelembapan yang
cukup tinggi.
B. Saran
Praktikum
kali ini sudah dapat dikatakan berjalan dengan lancar, hal ini juga karena
terjalinnya hubungan yang baik antara asisten dengan praktikan, maupun dengan
pihak-pihak yang bersangkutan.
Namun,
seiring perjalanannya acara ini dilaksanakan terdapat beberapa kendala yang
membuat hasil identifikaasi spesies ini tidak berjalan cepat sesuai waktu yang
diharapkan karena ada beberapa hal yang tidak mendukung kelancaran tersebut
misalnya kuantitas Buku Flora yang menjadi hal esensial dalam proses
pengidentifikasian dan lamanya identifikasi tumbuhan karena sulit untuk
menentukan nama spesies tumbuhan tersebut.
Selebihnya
praktikum ini diharapkan bisa memberikan manfaat bagi pihak yang
melaksanakannya.
DAFTAR PUSTAKA
Balai Taman Nasional Baluran. 2004. Pembuatan Herbarium. http;//balurannationapar.web.id/Wpcontent/uploads/2011/04/PembuatanHerbariumFloraDiTamanNasionalBaluran04FIX.pdf.
diakses pada tanggal 19 Juni 2013.
Moenandir. 1996. Ilmu Gulma dalam Sistem
Pertanian. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.
Onrizal. 2005. Teknik
Pembuatan Herbarium. http://ocw.usu.ac.id. diakses
tanggal 19 Juni 2013.
Steenis. 2003. Flora.
Jakarta:
PT.Pradnya Paramita.
Subrahmanyam. 2002. Laboratory Manual of
Plant Taxonomy. New Delhi: University
of Delhi.
Wibobo. 2007. Desain Xml Sebagai Mekanisme Petukaran Data Dalam Herbarium Virtual.
http//eprints.undip.ac.id/1855/1/3 Adi Wibowo%2B%2B%2B.doc. diakses tanggal 19
Juni 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar