Senin, 12 Januari 2015

laporan kuliah lapangan taksonomi tumbuhan

LAPORAN PRAKTIKUM TAKSONOMI TUMBUHAN
EKSPEDISI PEMBUATAN HERBARIUM KERING DAN BASAH DI PULAU PENIBUNG, KABUPATEN MEMPAWAH, KALIMANTAN BARAT

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang mempunyai peranan penting dalam kegitan belajar mengajar. Istilah media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari medium. Secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Pengertian umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi.
Herbarium merupakan suatu spesimen dari bahan tumbuhan yang telah dimatikan dan diawetkan melalui metode tertentu. Herbarium biasanya dilengkapi dengan data-data mengenai tumbuhan yang diawetkan, baik data taksonomi, morfologi, ekologi, maupun geografinya. Selain itu dalam herbarium juga memuat waktu dan nama pengkoleksi.
Data-data dan informasi yang ada pada herbarium sering dirujuk sebagai reference untuk penelitian-penelitian. Mulai dari pengidentifikasian tumbuhan hasil studi lapangan maupun pengambilan sampel dari spesimen untuk penelitian lanjutan. Kegiatan ini sering memakan waktu dan tenaga yang cukup banyak ketika harus mencari spesimen yang dimaksud diantara “tumpukan” ribuan bahkan jutaan koleksi herbarium yang ada. Tidak jarang pula terjadi kerusakan pada koleksi jika akses secara manual ini dilakukan tidak dengan hati-hati. Ketidak-puasan sering juga dialami para peneliti yang mencari informasi jika ternyata data dan informasi pada herbarium tidak sesuai dengan harapannya.
Kali ini kami membuat herbarium dengan tanaman didaerah Pulau Penibung, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat dengan tujuan mencapai KD dari buku penuntun Praktikum Taksonomi Tumbuhan.



B.  Masalah
1.    Mengapa tumbuhan herbarium tersebut dapat berada ditempat tersebut ?
2.    Bagaimana mengetahui ciri-ciri pada tumbuhan tersebut ?

C.  Tujuan
1.    Untuk mengetahui habitus pada suatu tumbuhan.
2.    Untuk mengetahui ciri spesifik tumbuhan tersebut.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.  Pengertian Herbarium
Herbarium berasal dari kata “hortus dan botanicus”, artinya kebun botani yang dikeringkan. Secara sederhana yang dimaksud herbarium adalah koleksi spesimen yang telah dikeringkan, biasanya disusun berdasarkan sistim klasifikasi. ( Onrizal, 2005 ) .
Herbarium merupakan suatu spesimen dari bahan tumbuhan yang telah dimatikan dan diawetkan melalui metoda tertentu dan dilengkapi dengan data-data mengenai tumbuhan tersebut. Membuat herbarium yaitu pengumpulan tanaman kering untuk keperluan studi maupun pengertian, tidaklah boleh diabaikan. Yaitu melalui pengumpulan, pengeringan, pengawetan, dan dilakukan pembuatan herbarium. ( Steenis, 2003 ) .
Herbarium merupakan karya referensi tiga dimensi, herbarium bukan hanya untuk mendefinisikan suatu pohon, namun segala sesuatu dari pohon. Mereka memegang bagian yang sebenarnya dari bagian mereka itu. Nama latin untuk koleksi ini ataupun Herbarium adalah Siccus Hortus, yang secara harfiah berarti taman kering, dan setiap specimen menekan yang terpasang pada selembar kertas yang diulisi dengan apa tanaman yang dikumpulkan itu, kapan dan dimana ditemukannya. ( Stacey, 2004 ) .
Herbarium merupakan tempat penyimpanan contoh koleksi spesiemen tanaman atau tumbuhan yaitu herbarium kering dan herbarium basah. Herbarium yang baik selalu disertai identitas, pengumpul (nama pengumpul atau kolektor dan nomor koleksi). Serta dilengkapi keterangan lokasi asal material dan keterangan tumbuhan tersebut untuk kepentingan penelitian dan    identifikasi. ( Moenandir, 1996 ) .
Pada masa sekarang herbarium tidak hanya merupakan suatu spesimen yang diawetkan tetapi juga mempunyai suatu lingkup kegiatan  botani tertentu,  sebagai sumber informai dasar untuk para ahli taksonomi dan sekaligus berperan  sebagai pusat penelitian  dan pengajaran, juga pusat informasi bagi masyarakat umum. Herbarium diartikan juga sebagai bank data dengan sejumlah data mentah yang belum diolah. Masing-masing specimen dapat memberikan bermacam-macam informasi, tergantung kelengkapan spesimen, data dan asal-usul materialnya. ( Balai Taman Nasional Baluran,  2004 ) .
Kelebihan dari Herbarium kering dibandingkan dengan herbarium basah adalah dapat bertahan lama hingga ratusan tahun. Terdapat beberapa kelemahan pada herbarium yaitu spesimen mudah mengalami kerusakan akibat perawatan yang kurang memadai maupun karena frekuensi pemakaian yang cukup tinggi untuk identifikasi dan pengecekan data secara manual,  tidak bisa diakses secara bersama-sama oleh berberapa orang, biaya besar,tidak bisa diakses sewaktu-waktu dan tidak dapat diakses dari jarak jauh. ( Wibobo, 2007 ).
Herbarium kering yang baik adalah herbarium yang lengkap organ vegetatif dan organ generatifnya. Selain itu kerapian herbarium juga akan menentukan nilai estetikanya serta faktor-faktor yang mempengaruhi koleksi herbarium adalah lama pembuatan herbarium, tempat penyimpanan dan faktor lingkungan seperti suhu. ( Subrahmanyam, 2002 ) .

B.  Kegunaan Herbarium
Kegunaan herbarium secara umum antara lain:
1.    Sebagai pusat referensi: Merupakan sumber utama untuk identifikasi tumbuhan bagi para ahli taksonomi, ekologi, petugas yang menangani jenis tumbuhan langka, pecinta alam, para petugas yang bergerak dalam konservasi alam.
2.    Sebagai lembaga dokumentasi : Merupakan koleksi yang mempunyai nilai sejarah, seperti tipe dari taksa baru, contoh penemuan baru, tumbuhan yang mempunyai nilai ekonomi dan lain lain.
3.    Sebagai pusat penyimpanan data : Ahli kimia memanfaatkannya untuk mempelajari alkaloid, ahli farmasi menggunakan untuk mencari bahan ramuan untuk obat kanker, dan sebagainya. ( Onrizal, 2005 ) .
C.  Pembagian Herbarium
Herbarium basah, setelah material herbarium diberi label gantung dan dirapikan, kemudian dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran. Satu lipatan kertas koran untuk satu specimen (contoh). Tidak benar digabungkan beberapa specimen di dalam satu lipatan kertas. Selanjutnya, lipatan kertas koran berisi material herbarium tersebut ditumpuk satu diatas lainnya. Tebal tumpukan disesuaikan dengan dengan daya muat kantong plastik (40 × 60) yang akan digunakan. Tumpukkan tersebut dimasukkan ke dalam kantong plastik dan disiram alcohol 70 % atau spiritus hingga seluruh bagian tumbukan tersiram secara merata, kemudian kantong plastic ditutup rapat dengan isolatip atau hekter supaya alcohol atau spiritus tidak menguap keluar dari kantong plastik
Herbarium kering, cara kering menggunakan dua macam proses yaitu:
 a. Pengeringan langsung, yakni tumpukan material herbarium yang tidak terlalu tebal di pres di dalam sasak, untuk mendpatkan hasil yng optimum sebaiknya di pres dalam waktu dua minggu kemudian dikeringkan diatas tungku pengeringan dengan panas yang diatur di dalam oven. Pengeringan harus segera dilakukan karena jika terlambat akan mengakibatkan material herbarium rontok daunnya dan cepat menjadi busuk.
 b.  Pengeringan bertahap, yakni material herbarium dicelup terlebih dahulu di dalam air mendidih selama 3 menit, kemudian dirapikan lalu dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran. Selanjutnya, ditempuk dan dipres, dijemur atau dikeringkan di atas tungku pengeringan. Selama proses pengeringan material herbarium itu harus sering diperiksa dan diupayakan agar pengeringan nya merata. Setelah kering, material herbarium dirapikan kembali dan kertas koran bekas pengeringan tadi diganti dengan kertas baru. Kemudian material herbarium dapat dikemas untuk diidentifikasi.
( Onrizal, 2005 ) .
BAB III
METODE
A.  Waktu Dan Tempat
Hari            : Sabtu
Tanggal       : 08 Juni 2013
Waktu         : 10.00-15.00 WIB
Lokasi         : Pulau Penibung, kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat

B.  Alat Dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu :
1.    Alat
Kardus, koran, bambu, selotip, cutter, gunting, kertas karton, plastik, tali rafia, stoples.
2.    Bahan
Alkohol 70%, formalin 4%, Hibiscus tiliaceus, Gleichenia linearis, Eugenia malacensis, Caryota mitis L, Lygodium japonicum, Syzygium cymosum, Codium guinense silva, Gracilaria sp, Padina australis, Himanthalia elongate dan Laurencia obtuse.
3.    Cara Kerja
Untuk identifikasi :
-       Mahasiswa diwajibkan untuk membawa contoh jenis tumbuhan yang belum diketahui.
-       Mahasiswa mencoba untuk mengidentifikasi dengan bantuan kunci determinasi.
( Steeins, 1975 ) .

Untuk pembuatan herbarium dengan metode herbarium kering :
-          Diambil contoh jenis tumbuhan lengkap dengan ranting, daun dan bunga, dengan gunting tanaman atau pisau.
-          Contoh diberi etiket gantung.
-          Dicatat pada buku, data lapangan dari tumbuhan :
a.    Lokasi atau tempat pengambilan.
b.    Ketinggian tempat.
c.    Perawakan tumbuhan.
d.   Nama local atau nama daerah jenis tumbuhan.
-          Catatan :
a.     Lama tumbuh.
b.    Jenis tanah.
c.     Spesifikasi habitat.
d.    Kemelimpahan.
e.     Asosiasi dengan tumbuhan lain.
f.     Didaerah terbuka atau ternanung jenis pohon penaung.
-          Penataan contoh didalam pengepres.
-          Dikeringakan.
-          Ditempel.
-          Penyimpanan dilakukan agar tidak rusak.

Untuk pembuatan herbarium dengan metode herbarium basah :
-       Bersihkan kotoran dan tanah dari tumbuhan tingkat rendah yang ingin di awetkan.
-       Siapkan larutan fiksasi : alkohol 70% dan formalin 4%.
-       Siapkan tempat berupa stoples.
-       Masukkan tumbuhan tersebut kedalam stoples yang berisi larutan fiksasi.
-       Aturlah posisi tumbuhan tersebut agar mudah di amati.
-       Buatlah label berupa nama spesies tumbuhan tersebut tanpa mengganggu penglihatan pengamatan.
-       Awetan basah siapkan digunakan secara berkala, bila perlu.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.  Hasil Pengamatan
Herbarium Kering

Gambar Caryota mitis Lour

         Kingdom         :      Plantae                         
       Divisi              :      Magnoliophyta 
       Kelas               :      Liliopsida 
       Ordo               :      Arecales
       Famili              :      Arecaceae 
       Genus              :      Caryota
       Spesies            :      Caryota mitis Lour

Deskripsi : Daun Bipinnate, 8 sampai 10 daun hijau muda, Panjang upih daun hingga 150 cm, hancur membentuk jalinan serabut hitam tanpa crownshaft. Tangkai daun pendek hingga panjang, 4-150 cm ( lebih panjang waktu muda ). Anak daun sekitar 25 disetiap sisi anak tulang perbungaan, berbentuk baji, panjang 8-12 cm, berujung terkoyak, tersusun tersusun teratur, mendatar atau ditepian, irisan dibagian dasar berbentuk V ( induplicate ), batang clustering ditutupi dengan serat dan sisa-sisa tangkai daun.
Habitat : Hutan hujan dataran rendah hingga tinggi, dari permukaan laut hingga 1500 m.

Gambar Gleichenia linearis   

Kingdom         : Plantae
Divisi              : Pteridophyta
Kelas               : Gleicheniopsida 
Ordo               : Gleicheniales
Family             : Gleicheniaceae
Genus              : Gleichenia
Spesies            : Gleichenia linearis    

Deskripsi :  Jenis paku yang besar yang biasa tumbuh pada tebing-tebing di tepi jalan di pegunungan. Tumbuhan ini mudah dikenal karena peletakan daunnya yang menyirip berjajar dua dan tangkainya bercabang mendua (dikotom). Resam dikenal sebagai tumbuhan invasif di beberapa tempat karena mendominasi permukaan tanah menyebabkan tumbuhan lain terhambat pertumbuhannya
                Habitat : Tebing teduh dan lembap mulai pada ketinggian 200m hingga 1500m di atas permukaan laut.

Gambar Hibiscus tiliaceus

         Kingdom         :    Plantae
       Divisi              :    Spermatophyta
       Kelas               :    Dicotyledonae
       Bangsa            :    Malvales
       Suku                :    Malvaceae
       Marga              :    Hibiscus
       Jenis                :    Hibiscus tiliaceus

Deskripsi : Pohon ini cepat tumbuh sampai tinggi 5-15 meter, garis tengah batang 40-50 cm; bercabang dan berwarna coklat. Daun merupakan daun tunggal, berangkai, , tidak berlekuk dengan diameter kurang dari 19 cm, sebagian dari tulang daun utama dengan kelenjar berbentuk celah pada sisi bawah dan sisi pangkal. Sisi bawah daun berambut abu-abu rapat. Daun penumpu bulat telur memanjang, panjang 2.5 cm, meninggalkan tanda bekas berbentuk cincin.
                Habitat : Terdapat di Indonesia, di pantai yang tidak berawa, ditanah datar, dan di pegunungan hingga ketinggian 1700 meter di atas permukaan lau

Gambar Eugenia malacensis

Kingdom         :    Plantae
       Divisi              :    Magnoliophyta
       Kelas               :    Magnoliopsida
       Bangsa            :    Myrtales
       Suku                :    Myrtaceae
       Marga              :   Eugenia
       Jenis                :    Eugenia malacensis
Deskripsi : Pohon atau perdu tegak. Memiliki akar tunggang. Daun berhadapan, berseling atau tersebar, tepi rata dengan kelenjar minyak. daun penumpu tidak ada, Bunga beraturan, kelopak berdaun lekat, daun mahkota mudah lepas, benang sari banyak tetapi mudah rontok, bakal buah menyisakan 1 kepala putik dan mahkota, buah buni, buah kotak atau buah keras, biji 1 sampai banyak.
Habitat :  Hutan dataran rendah hingga tinggi, dari permukaan laut hingga 1500 m.

Gambar Lygodium japonicum

Kingdom         :    Plantae
       Divisi              :    Pteridophyta
       Kelas               :    Filicinae
       Bangsa            :    Filicales
       Suku                :    Schizaceae
       Marga              :   Lygodium  
       Jenis                :    Lygodium japonicum
Deskripsi : Akar yang merayap, berambut tapi tidak bersisik. Daun-daunnya monostichous, melilit dan pertumbuhannya tidak dapat didefinisikan. Rantingnya biasanya tidak panjang, ranting primernya pendek, ujungnya terhenti dan ditutupi oleh rambut dan setiap ujungnya terdapat sepasang ranting sekunder. Ranting sekunder mengandung daun dengan bentuk menyirip, atau cabang dikotom mengandung daun yang becuping. Terdapat pula daun yang steril berbentuk gerigi maupun berlobus, sedangkan daun yang fertile berjumbai sepanjang tepinya dengan cuping sempit yang pendek dan setiap cuping mengandung dua baris sporangia yang ditutupi dengan indusium kecil.
Habitat :  Hutan campuran pada ketinggian rendah atau sedang.

Gambar Syzygium cymosum

Kingdom         :    Plantae
       Divisi              :    Magnoliophyta
       Kelas               :    Magnoliopsida
       Bangsa            :    Mrytales
       Suku                :    Mrytaceae
       Marga              :   Syzggium
       Jenis                :    Syzygium cymosum
Deskripsi : Pohon atau perdu tegak. Memiliki akar tunggang. Daun berhadapan, berseling atau tersebar, tepi rata dengan kelenjar minyak. daun penumpu tidak ada, Bunga beraturan, kelopak berdaun lekat, daun mahkota mudah lepas, buah buni, buah kotak atau buah keras, biji 1 sampai banyak.
Habitat :  Hutan dataran rendah hingga tinggi, dari permukaan laut hingga 1500 m.

Herbarium Basah

Gambar Codium guinense silva

Kingdom         : Plantae
Divisi              : Chlorophyta  
Kelas               : Byopsidophyce
Ordo               : Byopsidales 
Family             : Codiaceae 
Genus              : Codium
Species            : Codium guinense silva
Deskripsi : Alga ini termasuk alga hijau atau Chlorophyta karena berwarna hijau, teksturnya licin, tidak begitu besar, talus lembaran yang bercabang dikotom, percabangan dikotom. 
Habitat : Hidup di zona pasang surut hingga di subtidal. Menempel pada batu karang atau subtrat padat lainnya. Tersebar di perairan kepulauan Nusantara. Sebagian kecil masyarakat nelayan memanen alga ini dan mengkonsumsinya untuk sayuran.

Gambar Gracilaria sp.

Kingdom          : Plantae
Divisi                : Rhodophyta
Kelas                : Rhodophyceae
Ordo                 : Gigartinales
Famili                : Gracilariaceae
Genus               : Gracilaria
Jenis                 : Gracilaria sp.
Deskripsi : Bentuk thallus silindris atau gepeng dengan percabangan mulai dari yang sederhana sampai pada yang rumit dan rimbun, di atas percabangan umumnya bentuk thalli ( kerangka tubuh tanaman ) agak mengecil, Panjang dapat mencapai 30 cm atau lebih.
Habitat : Tumbuh di rataan terumbu karang dengan air jernih dan arus cukup dengan salinitas ideal berkisar 20-28 per mil

Gambar Padina australis
Kingdom         : Plantae
Divisi               : Heterokontophyta
      Kelas               : Phaeophyceae
      Suku                : Dictyotales
      Famili   : Dictyotaceae
      Genus              : Padina
            Spesies            : Padina australis

Deskripsi : Mempunyai thalus berbentuk lembaran bulat pipih seperti kipas yang berbarna coklat dan terdiri dari epidermis dan sel parenkim. Padina australis dikenal sebagai “kuping gajah” oleh masyarakat yang tinggal di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. hidup menempel di pasir, Habitat : batu karang, ataupun berasosiasi dengan tumbuhan laut lainnya pada perairan dengan kedalaman 5 - 10 m.




Gambar Himanthalia elongate

Kingdom         : Plantae
Divisi              : Phaeophyta
Kelas               : Phaeophyceae
Ordo               : Fucales
Famili              : Fucaceae
Genus              : Himanthalia
Spesies            : Himanthalia elongate

Deskripsi : Alga ini berwarna coklat kehitaman, thallus berbentuk seperti biji pepaya berisi cairan, permukaan licin, panjangnya antara 6 – 7 cm. Alga ini tumbuh soliter di pasir.  Thallus berbentuk tombol, lebar 30 mm dan tinggi 25 mm, sedikit  bercabang, warna coklat, reproduksi vegetatif, panjang 2 m dan lebar sampai 10  mm.
Habitat : Menempel pada batu karang atau subtrat padat lainnya. Tersebar di perairan kepulauan Nusantara. 






Gambar Laurencia obtuse

Kingdom         : Plantae
Divisi              : Rhodophyta
Kelas               : Rhodophyceae
Ordo               : Ceramiales
Family             : Rhodomelaceae
Genus              : Laurencia
Spesies            : Laurencia obtuse
Deskripsi : Thallus silindris, cartilaginous, diameter sekitar 1-2 mm dan panjang thallus dapat mencapai 20 cm. Percabangan bersebelah-menyebelah (pinnate) dengan ukuran percabangan berangsur-angsur memendek ke arah ujung sehingga penampakkan rumpun seperti piramida.
Habitat : Tumbuh umumnya melekat pada batu dan tersebar luas di darah terumbu karang. Pada tempat-tempat tertentu kadang-kadang dapat dijumpai berlimpah sehingga mendominasi areal pertumbuhan alga lainnya.
               
B.  Pembahasan
Herbarium merupakan suatu spesimen dari bahan tumbuhan yang telah dimatikan dan diawetkan melalui metode tertentu. Herbarium biasanya dilengkapi dengan data-data mengenai tumbuhan yang diawetkan, baik data taksonomi, morfologi, ekologi, maupun geografinya. Selain itu dalam herbarium juga memuat waktu dan nama pengkoleksi.
Herbarium juga merupakan salah satu sumber pembelajaran yang penting dalam ilmu biologi tumbuhan. Herbarium merupakan koleksi kering yang dibuat berdasarkan prosedur-prosedur tertentu dan memiliki criteria criteria tersendiri.
Material herbarium sangat penting artinya sebagai koleksi untuk kepentingan penelitian dan identifikasi, hal ini dimungkinkan karena pendokumentasian tanaman dengan cara di awetkan dapat bertahan lebih lama, fungsi herbarium yaitu :
1.    bahan peraga pelajaran botani
2.    bahan penelitian
3.    alat pembantu identifikasi tanaman
4.    bukti keanekaragaman
5.    specimen acuan untuk publikasi spesies baru
6.    sebagai pusat referensi
7.    sebagai lembaga dokumentasi
8.    sebagai pusat penyimpanan data

Cara Membuat Herbarium
1.    Persiapan koleksi yang baik di lapangan merupakan aspek penting dalam praktek pembuatan herbarium. Specimen herbarium yang baik harus memberikan informasi terbaik mengenai tumbuhan tersebut kepada para peneliti. Dengan kata lain,suatu koleksi tumbuhan harus mempunyai seluruh bagian tumbuhan dan harus ada keterangan yang memberikan seluruh informasi yang tidak Nampak pada specimen herbarium.
2.    Pembuatan awetan specimen diperlukan untuk tujuan pengamatan specimen secara praktis tanpa harus mencari bahan segar yang baru. Terutama untuk specimen-spesimen yang sulit ditemukan di alam. Awetan specimen dapat berupa awetan kering dan awetan basah. Untuk awetan kering tanaman di awetkan dalam bentuk herbarium,sedangkan untuk mengawetkan hewan dengan sebelumnya mengeluarkan organ-organ di dalamnya. Awetan basah baik untuk hewan maupun tumbuhan biasanya dibuat dengan merendam seluruh specimen dalam larutan formalin 4%.

Berdasarkan data identifikasi tumbuhan tersebut, ada pula yang mempengaruhi adanya tumbuhan tersebut di lokasi yang dituju oleh praktikan, yaitu :
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Dari berbagai penelitian menyebutkan bahwa > 10% kehidupan jenis mahkluk hidup di muka bumi ini ada di Indonesia, sedangkan luas daratan Indonesia hanya < 1 75 dari seluruh luas daratan di dunia. Keadaan ini menempatkan Indonesia sebagai satu di antara tujuh negara mega biodiversity, dengan luas hutan tropis terbesar ketiga setelah Brasil (Amerika Selatan) dan Zaire (Afrika).
Persebaran jenis-jenis tumbuhan di Indonesia tidaklah merata. Daerah yang memiliki jenis tumbuhan terbanyak terdapat di kawasan hutan hujan primer di dataran rendah Kalimantan, disusul oleh Papua, Sumatra, Jawa, Sulawesi, Maluku, serta kawasan Nusa Tenggara. Perbedaan jenis dan persebaran flora ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain, iklim, kondisi tanah, relief daratan, dan formasi geologi.
-       Iklim
Unsur iklim yang berpengaruh terhadap keanekaragaman flora, antara lain, curah hujan, suhu, kelembapan udara dan angin. Ke empat unsur tersebut akan membentuk suatu kondisi lingkungan tertentu yang memengaruhi sifat-sifat fisik dan kimia tanah. Daerah dengan curah hujan dan kelembapan udara yang tinggi cenderung memiliki vegetasi yang beraneka ragam, misalnya hutan hujan tropis di pedalaman Kalimantan. Kondisi fisik hutan hujan tropis, antara lain, pohonnya besar-besar, ketinggian pohon beragam, suasana selalu basah atau lembap, daun-daun lebat sehingga sinar matahari terhalang dan tidak dapat menyinari lantai hutan secara langsung, dan banyak ditemui vegetasi yang merambat.
-       Kondisi Tanah
Kondisi tanah berpengaruh terhadap tingkat kesuburan tanah. Kondisi tanah dipengaruhi oleh iklim dan batuan induk atau bahan penyusun lapisan tanah. Iklim dapat mempercepat proses pelapukan dan pembentukan tanah, sedangkan batuan induk menentukan sifat dasar tanah. Misalnya, batuan kapur akan menghasilkan tanah laterit yang kurang subur, sedangkan endapan vulkanik akan menghasilkan jenis tanah andosol yang subur.
-       Relief Daratan
Relief daratan berhubungan dengan ketinggian tempat dan kemiringan lereng. Seperti telah kita ketahui, ketinggian tempat erat kaitannya dengan suhu dan iklim setempat, sehingga pada akhirnya akan berpengaruh terhadap jenis vegetasinya. Junghuhn membagi iklim berdasarkan dua faktor, yaitu ketinggian tempat dan jenis tanaman. Masing-masing ketinggian tempat memiliki suhu atau temperatur yang berbeda-beda sehingga suatu daerah dapat dibedakan atas daerah sedang, daerah sejuk, dan daerah dingin. Keadaan ini juga akan memengaruhi jenis tanaman tertentu yang bisa hidup.
-       Formasi Geologi
Formasi geologi berpengaruh terhadap persebaran jenis batuan dasar dan jenis vegetasi. Telah kita ketahui, bahwa sejarah geologi Kepulauan Indonesia terdiri atas dua paparan benua, yaitu paparan Benua Asia untuk wilayah Indonesia bagian Barat (Pulau Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Bali) serta paparan Benua Australia untuk wilayah Indonesia bagian Timur (Kepulauan Maluku, Papua, dan Aru). Di antara kedua paparan benua tersebut terdapat zona peralihan (Kepulauan Nusa Tenggara dan Sulawesi) yang mempunyai corak atau ciri khas tersendiri.

Flora di wilayah Indonesia bagian Barat didominasi oleh vegetasi hutan hujan tropis yang selalu basah. Hal ini dikarenakan pada kawasan ini mempunyai curah hujan dan kelembapan yang cukup tinggi.
BAB V
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Herbarium merupakan suatu spesimen dari bahan tumbuhan yang telah dimatikan dan diawetkan melalui metoda tertentu dan dilengkapi dengan data-data mengenai tumbuhan tersebut. kegunaan herbarium ada tiga yaitu pusat referensi, lembaga dokumentasi dan pusat penyimpanan data. Pada herbarium dibagi menjadi yaitu herbarium kering dan herbarium basah.
Adanya tumbuhan tersebut dilokasi karena Indonesia bagian Barat didominasi oleh vegetasi hutan hujan tropis yang selalu basah. Hal ini dikarenakan pada kawasan ini mempunyai curah hujan dan kelembapan yang cukup tinggi.

B.  Saran
Praktikum kali ini sudah dapat dikatakan berjalan dengan lancar, hal ini juga karena terjalinnya hubungan yang baik antara asisten dengan praktikan, maupun dengan pihak-pihak yang bersangkutan.
Namun, seiring perjalanannya acara ini dilaksanakan terdapat beberapa kendala yang membuat hasil identifikaasi spesies ini tidak berjalan cepat sesuai waktu yang diharapkan karena ada beberapa hal yang tidak mendukung kelancaran tersebut misalnya kuantitas Buku Flora yang menjadi hal esensial dalam proses pengidentifikasian dan lamanya identifikasi tumbuhan karena sulit untuk menentukan nama spesies tumbuhan tersebut.
Selebihnya praktikum ini diharapkan bisa memberikan manfaat bagi pihak yang melaksanakannya.

DAFTAR PUSTAKA
Balai Taman Nasional Baluran. 2004. Pembuatan Herbarium. http;//balurannationapar.web.id/Wpcontent/uploads/2011/04/PembuatanHerbariumFloraDiTamanNasionalBaluran04FIX.pdf. diakses pada tanggal 19 Juni 2013.
Moenandir. 1996. Ilmu Gulma  dalam Sistem Pertanian. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.
Onrizal.  2005.  Teknik Pembuatan Herbarium.  http://ocw.usu.ac.id.   diakses tanggal 19 Juni 2013.
Steenis. 2003. Flora. Jakarta: PT.Pradnya Paramita.
Subrahmanyam. 2002. Laboratory  Manual  of Plant Taxonomy. New Delhi:  University of Delhi.
Wibobo.  2007.  Desain  Xml  Sebagai  Mekanisme  Petukaran Data Dalam Herbarium Virtual. http//eprints.undip.ac.id/1855/1/3 Adi Wibowo%2B%2B%2B.doc. diakses tanggal 19 Juni 2013.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar