LAPORAN
KULIAH LAPANGAN
EKOLOGI
PERAIRAN
“ANALISIS
KOMPOSISI DAN STRUKTUR KOMUNITAS BENTOS DAN PLANKTON DI PERAIRAN DAN
HUBUNGANNYA DENGAN FAKTOR LINGKUNGAN DI PERAIRAN KABUPATEN KUBU RAYA KECAMATAN
BATU AMPAR“
DISUSUN
RISFI
PRATIWI SUTRISNO
(
F16111004 )
JURUSAN
PENDIDIKAN MIPA
PRODI
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
TANJUNGPURA
PONTIANAK
2015
BAB
1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kabupaten
Kubu Raya terletak di Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia, dengan posisi
geografis 0013’27’’ LU - 1000’15’’ LS dan 109002’47’’- 1090 58’17’’ BT.
Kabupaten Kubu Raya berbatasan dengan Kabupaten Pontianak di sebelah Utara,
Kabupaten Kayong Utara di sebelah Selatan, Laut Natuna di sebelah Barat, serta
Kabupaten Landak dan Kabupaten Sanggau di sebelah Timur. Luas wilayah Kabupaten
Kubu Raya ± 6.985,24 Km2. Wilayah Kabupaten Kubu Raya terbagi dalam 9
kecamatan, yaitu Batu Ampar, Terentang, Kubu, Teluk Pakedai, Sungai Kakap,
Rasau Jaya, Sungai Raya, Sungai Ambawang dan Kuala Mandor. Sebagian wilayah
Kabupaten Kubu Raya merupakan pulau-pulau kecil, yaitu terdapat 39 pulau yang
tersebar di 5 kecamatan (Batu Ampar, Kubu, Sungai Kakap, Sungai Raya dan Sungai
Ambawang) (Sugiardi, dkk., 2014).
Kabupaten
Kubu Raya mengalami dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Musim
kemarau biasanya terjadi pada bulan Juni sampai dengan bulan September.
Sedangkan musim penghujan biasa terjadi pada bulan Desember sampai dengan bulan
Maret. Keadaan ini berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa
peralihan pada bulan April – Mei dan Oktober – November. Kabupaten Kubu Raya
memiliki potensi perikanan yang besar. Beberapa usaha perikanan yang telah
berkembang antara lain perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Daerah utama
penghasil ikan adalah Kecamatan Batu Ampar, Kecamatan Sungai Kakap, Kecamatan
Kubu dan Kecamatan Teluk Pakedai. Kecamatan Sungai Kakap dan Kecamatan Batu
Ampar merupakan daerah penghasil ikan laut tertinggi, disusul Kecamatan Kubu.
Kecamatan Sungai Kubu juga merupakan penghasil ikan budidaya tertinggi, disusul
Kecamatan Kubu dan Kecamatan Batu Ampar (Sugiardi, dkk., 2014).
Pada
ekosistem air laut merupakan media internal dan eksternal bagi organisme yang
hidup didalamnya. Air merupakan zat yang mengelilingi seluruh organisme laut.
Air laut sekaligus juga merupakan bagian penyusun atau pembentuk tuibuh
tumbuh-tumbuhan dan binatang bianatang laut (Dr. Abdul Razak, M.Si, dan DR. H.
Armin Arief, M.PH, 2006:65). Laut merupakan wilayah yang sangat luas, lebih
kurang dua pertiga dari permukaan bumi. Wilayah ekosistem laut sangat terbuka sehingga
pengaruh cahaya matahari sangat besar. Daya tembus cahaya matahari ke laut
terbatas, sehingga ekosistem laut terbagi menjadi dua daerah, yaitu daerah laut
yang masih dapat ditembus cahaya matahari, disebut daerah fotik, daerah laut
yang gelap gulita, disebut daerah afotik. Di antara keduanya terdapat daerah
remang-remang cahaya yang disebut daerah disfotik.
Sebagaimana
kehidupan biota lainnya, penyebaran jenis dan populasi komunitas bentos ditentukan oleh sifat fisika, kimia dan biologi
perairan. Sifat fisik perairan seperti kedalaman, kecepatan arus, warna,
kekeruhan dan suhu air. Sifat kimia perairan antara lain, kandungan gas
terlarut, bahan organik, pH, kandungan hara dan faktor biologi yang berpengaruh
adalah komposisi jenis hewan dalam perairan diantaranya adalah produsen yang
merupakan sumber makanan bagi hewan bentos dan hewan predator yang akan
mempengaruhi kelimpahan bentos (Setyobudiandi, 1997).
B. Masalah
Adapun masalah
dalam melakukan praktikum ekologi perairan ini, yaitu :
1.
Bagaimana komposisi
dan struktur komunitas bentos dan plankton di perairan dan hubungannya
dengan faktor lingkungan di perairan Kabupaten
Kubu Raya Kecamatan Batu Ampar ?
C. Tujuan
Adapun tujuan
dalam melakukan praktikum ekologi perairan ini, yaitu :
1.
Untuk mengetahui komposisi dan struktur komunitas bentos dan plankton
di perairan dan hubungannya dengan faktor lingkungan di perairan Kabupaten Kubu Raya Kecamatan Batu
Ampar.
BAB
1I
METODOLOGI
A. Waktu
dan Tempat
Pada
pratikum ekologi perairan mengenai komposisi
dan struktur komunitas bentos dan plankton di perairan dan hubungannya
dengan faktor lingkungan di perairan
Kabupaten Kubu Raya Kecamatan Batu Ampar, dilaksanakan tanggal 10
januari 2015, pukul 05.00 - selesai. Bertempat di perairan Dermaga Padang
Tikar, Nipah Panjang, dan Pantai Kupang, Kabupaten
Kubu Raya Kecamatan Batu Ampar.
B. Alat
dan Bahan
Adapun
alat dan bahan yang digunakan pada praktikum yaitu alatnya Luxmeter, Egman
Grab, Termometer, pH indicator, Plankton net, Keping Sacchi, Suntikan/syringe,
Meteran, Ember, Botol Film, Sedangkan bahannya berupa Formalin 4%.
C. Cara
Kerja
Adapun cara
kerja pada praktikum ini, yaitu :
ü Kandungan
Oksigen Terlarut
Sampel air
diambil dengan menggunakan botol sampel ( botol kraftindeng ), miringkan botol
sampel ke permukaan air, masukkan perlahan-lahan ke dalam air, tutup botol
sampel ketika masih berada di dalam air agar oksigen tidak masuk ke sampel air
yang diambil.
ü Suhu
Udara
Suhu udara
diukur disetiap titik lokasi yang telah ditentukan dengan menggunakan
termometer.
ü Suhu
Air
Suhu air diukur
dengan cara membenamkan termometer di dalam air pada ketiga titik lokasi yang
ditentukan.
ü pH
air
pH air diukur
dengan cara mengambil sampel air dan masukkan pada botol sampel, lalu masukkan
pH indikator dan amati perubahan. Lakukan pengulangan pada tiga titik lokasi
yang telah ditentukan.
ü Kekeruhan
dan kedalaman
Kekeruhan air
diukur dengan menggunakan keping secchi, yang dimasukkan ke dalam air. Diamati
warna putih pada keping secchi apakah masih terlihat dari permukaan air atau
tidak. Jika tidak, diukur kedalaman.
ü Plankton
Ember dibenamkan
ke dasar perairan, kemudian disaring dengan menggunakan net palnkton, lakukan
10 kali pengulangan dan yang terakhir dipindahkan ke botol sampel, ditetesi 10
tetes formalin 4%. Lakukan pengulangan pada setiap titik.
ü Bentos
Satu pancang
ditancapkan pada dasar perairan, buat persegi 25 x 30 cm. Dengan menggunakan
ekman grab, ambillah endapan yang terdapat di dasar perairan, diangkat, diamati
dan dicatat bentos yang ada. Lakukan pengulangan pada setiap titik.
ü Kecepatan
Arus
Garis start pada
bagian hulu dibuat dan finish pada hilir sepanjang 5 meter. Sterofoorm (5x5 cm)
dilepaskan pada garis start dan pada saat bersamaan catat waktu. Hitung
kecepatan arus dengan rumus V=s/t.
BAB
1II
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan Di
Dermaga Padang Tikar Kabupaten Kubu Raya Kecamatan Batu Ampar (Titik 1)
No
|
Parameter Pengukuran
|
Titik 1
|
Titik 2
|
1
|
Suhu air
|
290C
|
290C
|
2
|
Suhu udara
|
270C
|
270C
|
3
|
Ph
|
7
|
6
|
4
|
Intensitas cahaya
|
3304
lux
|
1900
lux
|
5
|
Salinitas
|
Asin
|
Asin
|
6
|
Kekeruhan
|
36
|
35
|
7
|
Kecepatan Arus
|
0,17 s
|
0,17 s
|
8
|
Kedalaman
|
1,60
m
|
1,50
m
|
9
|
Pengambilan sampel
plankton
a. Vertikal
|
Nittzsahia durvulik, Cypridopsis vidun, Asterionelin famaus,
Hymenomonns roseola
|
-
|
b. Horizontal
|
Closterium kuetzinggi
|
Cerotium fusus
|
|
10
|
Pengambilan sampel
bentos
|
Characium longipes Rab (3)
, Nitzschin closterium (15), Mycrocystus flosagus kirch (1), Polyedrium lobulatum Nneg (6),Rhapidium polymorphum Kuert z(1),Polyedrium trigonum Nneg (4), Sorastrum indicus Bermard (2),Stouroneis parculum(6),Bacteriastrum deliantus (4),
|
Rhizosolenia alala forma grallima
, Rhizosolenia stoltorforthi ,Pleurosigma angulatum Var.steigosa
|
11
|
Kandungan senyawa
dalam airCOD
Ulangan 1
Ulangan 2
|
0,8 ppm
0,12ppm
|
0,6
ppm
1
ppm
|
Tabel 2. Hasil Pengamatan Di Nipah
Panjang Kabupaten Kubu Raya Kecamatan Batu Ampar (Titik 2)
No
|
Parameter Pengukuran
|
Titik 1
|
Titik 2
|
Titik 3
|
1
|
Suhu air
|
27oC
|
27,5oC
|
28oC
|
2
|
Suhu udara
|
280C
|
280C
|
280C
|
3
|
Ph
|
6
|
7
|
7
|
4
|
Intensitas cahaya
|
1260
lux
|
1180
lux
|
950
lux
|
5
|
Salinitas
|
Asin
|
Asin
|
asin
|
6
|
Kekeruhan
|
44
|
71
|
64
|
7
|
Kecepatan Arus
|
0,10 m/s
|
0,11 m/s
|
0,06 m/s
|
8
|
kedalaman
|
1,38
m
|
1,72
m
|
2,57 m
|
9
|
Pengambilan sampel
plankton
a. Vertikal
|
Crysophycae prymeneciumnithaus dan Cerdium
platycorene
|
Chyrysamoba radianus, Nitzschinlorenziana,
Nittzschiaairvula dan Atachin.
|
-
|
b. Horizontal
|
Amoeba
proteus
|
Oscillatoria
linnosa Ag
|
Rabdonelln
lohuaani
|
|
10
|
Pengambilan sampel
bentos
|
Nittzcchia curvula
(28), Gamphosphaeria aponina kc (1),
|
Ceratium
fusus (7), Pinnularin legumen (1), Synedern acus (1), Lacrimarin sp (1),
Nitzsohia eosterium (1).
|
Characium
longipes rab (2),
Sorastrum
Indicus (3)
|
11
|
Kandungan senyawa
dalam airCOD
Ulangan 1
Ulangan 2
|
1 ppm
0,6 ppm
|
0,6 ppm
0,6 ppm
|
0,8 ppm
0,6 ppm
|
Tabel 3. Hasil Pengamatan Di Pantai
Kupang Kabupaten Kubu Raya Kecamatan Batu Ampar (Titik 3)
No
|
Parameter Pengukuran
|
Titik 1
|
Titik 2
|
Titik 3
|
1
|
Suhu air
|
280C
|
300C
|
280C
|
2
|
Suhu udara
|
270C
|
290C
|
270C
|
3
|
pH
|
7
|
7
|
7
|
4
|
Intensitas cahaya
|
5320
lux
|
1900
lux
|
1263
lux
|
5
|
Salinitas
|
Asin
|
Asin
|
asin
|
6
|
Kekeruhan
|
24
cm
|
24
cm
|
38
cm
|
7
|
Kecepatan Arus
|
0,05 m/s
|
0,14
m/s
|
0,12 m/s
|
8
|
Kedalaman
|
2,15
m
|
3,10
m
|
4,25
m
|
9
|
Pengambilan sampel
plankton
a. Vertikal
|
Hyaloheen undulata
|
Nittzsahia durvulik
|
Lisrpeto-cypris fascinta dan Pleurosigmane viculaeum
|
b. Horizontal
|
Closterium kuetzinggii
|
Nitzschia veruicularis,
|
Rhizosolenia
alata forma curvirolris(36) , Nitzschia veruicularis, Oscillntoria linnosa Ag
(3), Chactoceros anaslomosans (1), Chaero ceros indicium (1), Chaeloceros
mitra (1)
|
|
10
|
Pengambilan sampel
bentos
|
-
|
Pterrosagitta draca, Closterium
kuetzinggii, Pleurosigma fasciola Ehenberg ,
|
-
|
11
|
Kandungan
senyawa dalam air COD
Ulangan 1
Ulangan 2
|
0,4
ppm
0,4
ppm
|
1
ppm
2
ppm
|
0,8
ppm
0,8
ppm
|
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan, pada tabel 1, tabel 2,
dan tabel 3, kandungan senyawa dalam air COD berkisaran antara 0,4 ppm – 2 ppm,
dimana kandungan senyawa tersebut dapat dikategorikan tidak tinggi. Apabila semakin tinggi COD, berarti air makin tercemar. Air
yang mempunyai COD tinggi, berarti kandungan oksigen terlarutnya rendah. Hal
ini dapat membahayakan kehidupan biologis dalam air.
Berdasarkan hasil
pengamatan, pada tabel 1, tabel 2, dan tabel 3, kekeruhan berkisaran antara 35
– 71 dan kedalaman berkisaran antara 1,38 meter – 4,25 meter, dimana kecerahan
perairan dipengaruhi langsung oleh partikel yang tersuspensi didalamnya,
semakin kurang partikel yang tersuspensi maka kecerahan air akan semakin tinggi.
Selanjutnya dijelaskan bahwa penetrasi cahaya semakin rendah, karena
meningkatnya kedalaman, sehingga cahaya yang dibutuhkan untuk proses
fotosintesis oleh tumbuhan air berkurang. Oleh karena itu, secara tidak
langsung kedalaman akan mempengaruhi pertumbuhan fauna bentos yang hidup
didalamnya. Disamping itu kedalaman suatu perairan akan membatasi kelarutan
oksigen yang dibutuhkan untuk respirasi.
Dari hasil pengukuran suhu air maupun suhu udara
diketahui bahwa suhu pada tabel 1, tabel 2, dan tabel 3 berkisaran antara 27⁰C - 30⁰C. Kisaran suhu yang
sesuai untuk pertumbuhan makrozoobentos. Menurut Hutabarat dan Evans (1985)
siklus temperatur untuk kehidupan organisme perairan berkisar 260C–310C.
Suhu dapat menjadi faktor penentu atau pengendali kehidupan flora dan fauna
akuatis, terutama suhu di dalam air yang telah melampaui ambang batas (terlalu
hangat atau dingin). Jenis, jumlah, dan keberadaan flora dan fauna akuatis
seringkali berubah dengan adanya perubahan suhu air, terutama oleh adanya
kenaikan suhu dalam air.
Menurut Welch (1980),
kecepatan arus akan mempengaruhi tipe substratum, yang selanjutnya akan
berpengaruh terhadap kepadatan dan keanekaragaman makrobentos. Berdasarkan
hasil pengukuran, kecepatan arus pada tabel 1, tabel 2, dan tabel 3 berkisaran
antara 0,05 m/s
– 0,17 m/s masih relatif kecil, jadi tidak
berpengaruh terhadap kepadatan dan keanekaragaman makrobentos.
Dari hasil pengukuran pH air, pada tabel 1, tabel 2,
dan tabel 3 berkisaran antara 6 – 7. Menurut
Widiastuti (1983) kisaran pH substrat yang layak bagi kehidupan organisme
perairan berkisar antara 6,6 sampai 8,5. pH merupakan faktor
pembatas bagi organisme yang hidup di suatu perairan. Perairan dengan pH yang
terlalu tinggi atau rendah akan mempengaruhi ketahanan hidup organisme yang hidup
didalamnya. Oksigen terlarut merupakan variabel kimia yang mempunyai peran
penting sekaligus menjadi faktor pembatas bagi kehidupan biota air.
Lebih lanjut dinyatakan bahwa daya larut oksigen
dapat berkurang dengan meningkatnya suhu air dan salinitas. Secara ekologis,
konsentrasi oksigen terlarut juga menurun dengan adanya penambahan bahan
organik, karena bahan organik tersebut akan diuraikan oleh mikroorganisme yang
mengkonsumsi oksigen yang tersedia. Pada tingkatan jenis, masing-masing biota
mempunyai respon yang berbeda terhadap penurunan oksigen terlarut.
Dari hasil pengukuran intensitas cahaya, pada tabel
1, tabel 2, dan tabel 3 berkisaran antara 950 lux – 5320 lux. Dimana, Cahaya matahari berperan penting terhadap suhu air
laut. Wilayah permukaan memiliki suhu yang lebih tinggi di bandingkan di bagian
dalam. Hal ini disebabkan karena wilayah permukaan lebih banyak terkena sinar
matahari dibandingkan bagian dalam perairan.Cahaya matahari dapat masuk hingga
kedalaman 200 sampai 1000 meter. Hal ini ditandai oleh masih hangatnya suhu air
pada kedalaman 200 meter dan pada kedalaman antara 200 sampai 1000 meter, suhu
air pun berubah secara drastis.
Berdasarkan hasil
pengamatan dari tabel 1, tabel 2, dan tabel 3, adanya kelompok bentos dan
plankton yang hidup menetap dan daya adaptasi yang bervariasi menandakan
kualitas air di dermaga Kabupaten Kubu Raya Kecamatan Batu Ampar, Nipah
Panjang, dan Pantai Kupang masih tergolong baik. Terdapat korelasi antara
faktor fisik dan kimia terhadap estimasi populasi bentos dan plankton di
perairan tersebut.
BAB
1V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan
praktikum yang dilakukan, dapat disimpulkan yaitu :
1. Kecerahan
perairan dipengaruhi langsung oleh partikel yang tersuspensi didalamnya,
semakin kurang partikel yang tersuspensi maka kecerahan air akan semakin
tinggi. Selanjutnya dijelaskan bahwa penetrasi cahaya semakin rendah, karena
meningkatnya kedalaman, sehingga cahaya yang dibutuhkan untuk proses
fotosintesis oleh tumbuhan air berkurang.
2. Kedalaman
suatu perairan akan membatasi kelarutan oksigen yang dibutuhkan untuk
respirasi.
3. Semakin tinggi COD, berarti air makin tercemar. Air
yang mempunyai COD tinggi, berarti kandungan oksigen terlarutnya rendah. Hal
ini dapat membahayakan kehidupan biologis dalam air.
4. Suhu
dapat menjadi faktor penentu atau pengendali kehidupan flora dan fauna akuatis,
terutama suhu di dalam air yang telah melampaui ambang batas (terlalu hangat
atau dingin).
5. Kecepatan arus akan mempengaruhi tipe substratum,
yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap kepadatan dan keanekaragaman
makrobentos.
6. Perairan
dengan pH yang terlalu tinggi atau rendah akan mempengaruhi ketahanan hidup
organisme yang hidup didalamnya.
7.
Daya larut oksigen dapat berkurang
dengan meningkatnya suhu air dan salinitas.
B. Saran
Adapun saran
pada praktikum ekologi perairan ini, yaitu :
Pengupayakan pencegahan dan
pengoptimalkan upaya pelestarian lingkungan di perairan Kabupaten Kubu Raya
Kecamatan Batu Ampar, khususnya di Nipah Panjang dan Pantai Kupang.
DAFTAR
PUSTAKA
Razak, Abdul dan Armin
Arief. 2006. Pengetahauan lingkungan II.
Padang: FMIPA UNP.
Setyobudiandi, I. 1997. Makrozoobentos. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Sugiardi, dkk. 2014. Laporan Akhir Kegiatan Tahun 2013 (Proyek
Pembangunan Masyarakat Pesisir Kabupaten Kubu Raya). Kubu Raya: Kementerian
Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia.
Welch,
S. 1980. Limnology. New York: Mc
Graw Hill Book Company.
Widiastuti,
E. 1983. Kualitas Air Kali Talung
Rintingan dan Kelimpahan Hewan Makrozoobentos. Thesis. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar