Kamis, 12 Februari 2015

LAPORAN KULIAH LAPANGAN EKOLOGI PERAIRAN

LAPORAN KULIAH LAPANGAN
EKOLOGI PERAIRAN
“ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR KOMUNITAS BENTOS DAN PLANKTON DI PERAIRAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN FAKTOR LINGKUNGAN DI PERAIRAN KABUPATEN KUBU RAYA KECAMATAN BATU AMPAR“


DISUSUN
RISFI PRATIWI SUTRISNO
( F16111004 )

Untan1.tif

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK

2015


BAB 1
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Kabupaten Kubu Raya terletak di Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia, dengan posisi geografis 0013’27’’ LU - 1000’15’’ LS dan 109002’47’’- 1090 58’17’’ BT. Kabupaten Kubu Raya berbatasan dengan Kabupaten Pontianak di sebelah Utara, Kabupaten Kayong Utara di sebelah Selatan, Laut Natuna di sebelah Barat, serta Kabupaten Landak dan Kabupaten Sanggau di sebelah Timur. Luas wilayah Kabupaten Kubu Raya ± 6.985,24 Km2. Wilayah Kabupaten Kubu Raya terbagi dalam 9 kecamatan, yaitu Batu Ampar, Terentang, Kubu, Teluk Pakedai, Sungai Kakap, Rasau Jaya, Sungai Raya, Sungai Ambawang dan Kuala Mandor. Sebagian wilayah Kabupaten Kubu Raya merupakan pulau-pulau kecil, yaitu terdapat 39 pulau yang tersebar di 5 kecamatan (Batu Ampar, Kubu, Sungai Kakap, Sungai Raya dan Sungai Ambawang) (Sugiardi, dkk., 2014).
Kabupaten Kubu Raya mengalami dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Juni sampai dengan bulan September. Sedangkan musim penghujan biasa terjadi pada bulan Desember sampai dengan bulan Maret. Keadaan ini berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan pada bulan April – Mei dan Oktober – November. Kabupaten Kubu Raya memiliki potensi perikanan yang besar. Beberapa usaha perikanan yang telah berkembang antara lain perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Daerah utama penghasil ikan adalah Kecamatan Batu Ampar, Kecamatan Sungai Kakap, Kecamatan Kubu dan Kecamatan Teluk Pakedai. Kecamatan Sungai Kakap dan Kecamatan Batu Ampar merupakan daerah penghasil ikan laut tertinggi, disusul Kecamatan Kubu. Kecamatan Sungai Kubu juga merupakan penghasil ikan budidaya tertinggi, disusul Kecamatan Kubu dan Kecamatan Batu Ampar (Sugiardi, dkk., 2014).
Pada ekosistem air laut merupakan media internal dan eksternal bagi organisme yang hidup didalamnya. Air merupakan zat yang mengelilingi seluruh organisme laut. Air laut sekaligus juga merupakan bagian penyusun atau pembentuk tuibuh tumbuh-tumbuhan dan binatang bianatang laut (Dr. Abdul Razak, M.Si, dan DR. H. Armin Arief, M.PH, 2006:65). Laut merupakan wilayah yang sangat luas, lebih kurang dua pertiga dari permukaan bumi. Wilayah ekosistem laut sangat terbuka sehingga pengaruh cahaya matahari sangat besar. Daya tembus cahaya matahari ke laut terbatas, sehingga ekosistem laut terbagi menjadi dua daerah, yaitu daerah laut yang masih dapat ditembus cahaya matahari, disebut daerah fotik, daerah laut yang gelap gulita, disebut daerah afotik. Di antara keduanya terdapat daerah remang-remang cahaya yang disebut daerah disfotik.
Sebagaimana kehidupan biota lainnya, penyebaran jenis dan populasi komunitas bentos ditentukan oleh sifat fisika, kimia dan biologi perairan. Sifat fisik perairan seperti kedalaman, kecepatan arus, warna, kekeruhan dan suhu air. Sifat kimia perairan antara lain, kandungan gas terlarut, bahan organik, pH, kandungan hara dan faktor biologi yang berpengaruh adalah komposisi jenis hewan dalam perairan diantaranya adalah produsen yang merupakan sumber makanan bagi hewan bentos dan hewan predator yang akan mempengaruhi kelimpahan bentos (Setyobudiandi, 1997).
B.  Masalah
Adapun masalah dalam melakukan praktikum ekologi perairan ini, yaitu :
1.    Bagaimana komposisi dan struktur komunitas bentos dan plankton di perairan dan hubungannya dengan faktor lingkungan di perairan Kabupaten Kubu Raya Kecamatan Batu Ampar ?
C.  Tujuan
Adapun tujuan dalam melakukan praktikum ekologi perairan ini, yaitu :
1.    Untuk mengetahui komposisi dan struktur komunitas bentos dan plankton di perairan dan hubungannya dengan faktor lingkungan di perairan Kabupaten Kubu Raya Kecamatan Batu Ampar.




BAB 1I
METODOLOGI

A.  Waktu dan Tempat
Pada pratikum ekologi perairan mengenai komposisi dan struktur komunitas bentos dan plankton di perairan dan hubungannya dengan faktor lingkungan di perairan Kabupaten Kubu Raya Kecamatan Batu Ampar, dilaksanakan tanggal 10 januari 2015, pukul 05.00 - selesai. Bertempat di perairan Dermaga Padang Tikar, Nipah Panjang, dan Pantai Kupang, Kabupaten Kubu Raya Kecamatan Batu Ampar.
B.  Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum yaitu alatnya Luxmeter, Egman Grab, Termometer, pH indicator, Plankton net, Keping Sacchi, Suntikan/syringe, Meteran, Ember, Botol Film, Sedangkan bahannya berupa Formalin 4%.
C.  Cara Kerja
Adapun cara kerja pada praktikum ini, yaitu :
ü Kandungan Oksigen Terlarut
Sampel air diambil dengan menggunakan botol sampel ( botol kraftindeng ), miringkan botol sampel ke permukaan air, masukkan perlahan-lahan ke dalam air, tutup botol sampel ketika masih berada di dalam air agar oksigen tidak masuk ke sampel air yang diambil.
ü Suhu Udara
Suhu udara diukur disetiap titik lokasi yang telah ditentukan dengan menggunakan termometer.
ü Suhu Air
Suhu air diukur dengan cara membenamkan termometer di dalam air pada ketiga titik lokasi yang ditentukan.


ü pH air
pH air diukur dengan cara mengambil sampel air dan masukkan pada botol sampel, lalu masukkan pH indikator dan amati perubahan. Lakukan pengulangan pada tiga titik lokasi yang telah ditentukan.
ü Kekeruhan dan kedalaman
Kekeruhan air diukur dengan menggunakan keping secchi, yang dimasukkan ke dalam air. Diamati warna putih pada keping secchi apakah masih terlihat dari permukaan air atau tidak. Jika tidak, diukur kedalaman.
ü Plankton
Ember dibenamkan ke dasar perairan, kemudian disaring dengan menggunakan net palnkton, lakukan 10 kali pengulangan dan yang terakhir dipindahkan ke botol sampel, ditetesi 10 tetes formalin 4%. Lakukan pengulangan pada setiap titik.
ü Bentos
Satu pancang ditancapkan pada dasar perairan, buat persegi 25 x 30 cm. Dengan menggunakan ekman grab, ambillah endapan yang terdapat di dasar perairan, diangkat, diamati dan dicatat bentos yang ada. Lakukan pengulangan pada setiap titik.
ü Kecepatan Arus
Garis start pada bagian hulu dibuat dan finish pada hilir sepanjang 5 meter. Sterofoorm (5x5 cm) dilepaskan pada garis start dan pada saat bersamaan catat waktu. Hitung kecepatan arus dengan rumus V=s/t.







BAB 1II
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan Di Dermaga Padang Tikar Kabupaten Kubu Raya Kecamatan Batu Ampar (Titik 1)
No
Parameter Pengukuran
Titik 1
Titik 2
1
Suhu air
290C
290C
2
Suhu udara
270C
270C
3
Ph
7
6
4
Intensitas cahaya
3304 lux
1900 lux
5
Salinitas
Asin
Asin
6
Kekeruhan
36
35
7
Kecepatan Arus
0,17 s
0,17 s
8
Kedalaman
1,60 m
1,50 m
9
Pengambilan sampel plankton
a.   Vertikal



Nittzsahia durvulik, Cypridopsis vidun, Asterionelin famaus, Hymenomonns roseola
-
b.   Horizontal
Closterium kuetzinggi
Cerotium fusus
10
Pengambilan sampel bentos
Characium longipes Rab (3) , Nitzschin closterium (15), Mycrocystus flosagus kirch (1), Polyedrium lobulatum Nneg (6),Rhapidium polymorphum Kuert z(1),Polyedrium trigonum Nneg (4), Sorastrum indicus Bermard (2),Stouroneis parculum(6),Bacteriastrum deliantus (4),
Rhizosolenia alala forma grallima , Rhizosolenia stoltorforthi ,Pleurosigma angulatum Var.steigosa
11
Kandungan senyawa dalam airCOD
Ulangan 1
Ulangan 2


0,8 ppm
0,12ppm


0,6 ppm
1 ppm

Tabel 2. Hasil Pengamatan Di Nipah Panjang Kabupaten Kubu Raya Kecamatan Batu Ampar (Titik 2)
No
Parameter Pengukuran
Titik 1
Titik 2
Titik 3
1
Suhu air
27oC
27,5oC
28oC
2
Suhu udara
280C
280C
280C
3
Ph
6
7
7
4
Intensitas cahaya
1260 lux
1180 lux
950 lux
5
Salinitas
Asin
Asin
asin
6
Kekeruhan
44
71
64
7
Kecepatan Arus
0,10 m/s
0,11 m/s
0,06 m/s
8
kedalaman
1,38 m
1,72 m
2,57  m
9
Pengambilan sampel plankton
a.   Vertikal



Crysophycae prymeneciumnithaus dan Cerdium platycorene


Chyrysamoba radianus, Nitzschinlorenziana, Nittzschiaairvula dan Atachin.
-
b.      Horizontal
Amoeba proteus
Oscillatoria linnosa Ag
Rabdonelln lohuaani
10
Pengambilan sampel bentos
Nittzcchia curvula (28), Gamphosphaeria aponina kc (1),
Ceratium fusus (7), Pinnularin legumen (1), Synedern acus (1), Lacrimarin sp (1), Nitzsohia eosterium (1).
Characium longipes rab (2),
Sorastrum Indicus (3)

11
Kandungan senyawa dalam airCOD
Ulangan 1
Ulangan 2


1 ppm
0,6 ppm


0,6 ppm
0,6 ppm


0,8 ppm
0,6 ppm

Tabel 3. Hasil Pengamatan Di Pantai Kupang Kabupaten Kubu Raya Kecamatan Batu Ampar (Titik 3)
No
Parameter Pengukuran
Titik 1
Titik 2
Titik 3
1
Suhu air
280C
300C
280C
2
Suhu udara
270C
290C
270C
3
pH
7
7
7
4
Intensitas cahaya
5320 lux
1900 lux
1263 lux
5
Salinitas
Asin
Asin
asin
6
Kekeruhan
24 cm
24 cm
38 cm
7
Kecepatan Arus
0,05 m/s
0,14 m/s
0,12 m/s
8
Kedalaman
2,15 m
3,10 m
4,25 m
9
Pengambilan sampel plankton
a.   Vertikal



Hyaloheen undulata


Nittzsahia durvulik


Lisrpeto-cypris fascinta dan Pleurosigmane viculaeum
b.   Horizontal
Closterium kuetzinggii
Nitzschia veruicularis,
Rhizosolenia alata forma curvirolris(36) , Nitzschia veruicularis, Oscillntoria linnosa Ag (3), Chactoceros anaslomosans (1), Chaero ceros indicium (1), Chaeloceros mitra (1)
10
Pengambilan sampel bentos
-
Pterrosagitta draca, Closterium kuetzinggii, Pleurosigma fasciola Ehenberg ,
-
11
Kandungan senyawa dalam air COD
Ulangan 1
Ulangan 2


0,4 ppm
0,4 ppm


1 ppm
2 ppm


0,8 ppm
0,8 ppm


B.  Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan, pada tabel 1, tabel 2, dan tabel 3, kandungan senyawa dalam air COD berkisaran antara 0,4 ppm – 2 ppm, dimana kandungan senyawa tersebut dapat dikategorikan tidak tinggi. Apabila semakin tinggi COD, berarti air makin tercemar. Air yang mempunyai COD tinggi, berarti kandungan oksigen terlarutnya rendah. Hal ini dapat membahayakan kehidupan biologis dalam air.
Berdasarkan hasil pengamatan, pada tabel 1, tabel 2, dan tabel 3, kekeruhan berkisaran antara 35 – 71 dan kedalaman berkisaran antara 1,38 meter – 4,25 meter, dimana kecerahan perairan dipengaruhi langsung oleh partikel yang tersuspensi didalamnya, semakin kurang partikel yang tersuspensi maka kecerahan air akan semakin tinggi. Selanjutnya dijelaskan bahwa penetrasi cahaya semakin rendah, karena meningkatnya kedalaman, sehingga cahaya yang dibutuhkan untuk proses fotosintesis oleh tumbuhan air berkurang. Oleh karena itu, secara tidak langsung kedalaman akan mempengaruhi pertumbuhan fauna bentos yang hidup didalamnya. Disamping itu kedalaman suatu perairan akan membatasi kelarutan oksigen yang dibutuhkan untuk respirasi.
Dari hasil pengukuran suhu air maupun suhu udara diketahui bahwa suhu pada tabel 1, tabel 2, dan tabel 3 berkisaran antara 27C - 30C. Kisaran suhu yang sesuai untuk pertumbuhan makrozoobentos. Menurut Hutabarat dan Evans (1985) siklus temperatur untuk kehidupan organisme perairan berkisar 260C–310C. Suhu dapat menjadi faktor penentu atau pengendali kehidupan flora dan fauna akuatis, terutama suhu di dalam air yang telah melampaui ambang batas (terlalu hangat atau dingin). Jenis, jumlah, dan keberadaan flora dan fauna akuatis seringkali berubah dengan adanya perubahan suhu air, terutama oleh adanya kenaikan suhu dalam air.
Menurut Welch (1980), kecepatan arus akan mempengaruhi tipe substratum, yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap kepadatan dan keanekaragaman makrobentos. Berdasarkan hasil pengukuran, kecepatan arus pada tabel 1, tabel 2, dan tabel 3 berkisaran antara 0,05 m/s – 0,17 m/s masih relatif kecil, jadi tidak berpengaruh terhadap kepadatan dan keanekaragaman makrobentos.
Dari hasil pengukuran pH air, pada tabel 1, tabel 2, dan tabel 3 berkisaran antara 6 – 7. Menurut Widiastuti (1983) kisaran pH substrat yang layak bagi kehidupan organisme perairan berkisar antara 6,6 sampai 8,5. pH merupakan faktor pembatas bagi organisme yang hidup di suatu perairan. Perairan dengan pH yang terlalu tinggi atau rendah akan mempengaruhi ketahanan hidup organisme yang hidup didalamnya. Oksigen terlarut merupakan variabel kimia yang mempunyai peran penting sekaligus menjadi faktor pembatas bagi kehidupan biota air.
Lebih lanjut dinyatakan bahwa daya larut oksigen dapat berkurang dengan meningkatnya suhu air dan salinitas. Secara ekologis, konsentrasi oksigen terlarut juga menurun dengan adanya penambahan bahan organik, karena bahan organik tersebut akan diuraikan oleh mikroorganisme yang mengkonsumsi oksigen yang tersedia. Pada tingkatan jenis, masing-masing biota mempunyai respon yang berbeda terhadap penurunan oksigen terlarut.
Dari hasil pengukuran intensitas cahaya, pada tabel 1, tabel 2, dan tabel 3 berkisaran antara 950 lux – 5320 lux. Dimana, Cahaya matahari berperan penting terhadap suhu air laut. Wilayah permukaan memiliki suhu yang lebih tinggi di bandingkan di bagian dalam. Hal ini disebabkan karena wilayah permukaan lebih banyak terkena sinar matahari dibandingkan bagian dalam perairan.Cahaya matahari dapat masuk hingga kedalaman 200 sampai 1000 meter. Hal ini ditandai oleh masih hangatnya suhu air pada kedalaman 200 meter dan pada kedalaman antara 200 sampai 1000 meter, suhu air pun berubah secara drastis.
Berdasarkan hasil pengamatan dari tabel 1, tabel 2, dan tabel 3, adanya kelompok bentos dan plankton yang hidup menetap dan daya adaptasi yang bervariasi menandakan kualitas air di dermaga Kabupaten Kubu Raya Kecamatan Batu Ampar, Nipah Panjang, dan Pantai Kupang masih tergolong baik. Terdapat korelasi antara faktor fisik dan kimia terhadap estimasi populasi bentos dan plankton di perairan tersebut.
























BAB 1V
PENUTUP

A.  Simpulan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan, dapat disimpulkan yaitu :
1.    Kecerahan perairan dipengaruhi langsung oleh partikel yang tersuspensi didalamnya, semakin kurang partikel yang tersuspensi maka kecerahan air akan semakin tinggi. Selanjutnya dijelaskan bahwa penetrasi cahaya semakin rendah, karena meningkatnya kedalaman, sehingga cahaya yang dibutuhkan untuk proses fotosintesis oleh tumbuhan air berkurang.
2.    Kedalaman suatu perairan akan membatasi kelarutan oksigen yang dibutuhkan untuk respirasi.
3.    Semakin tinggi COD, berarti air makin tercemar. Air yang mempunyai COD tinggi, berarti kandungan oksigen terlarutnya rendah. Hal ini dapat membahayakan kehidupan biologis dalam air.
4.    Suhu dapat menjadi faktor penentu atau pengendali kehidupan flora dan fauna akuatis, terutama suhu di dalam air yang telah melampaui ambang batas (terlalu hangat atau dingin).
5.    Kecepatan arus akan mempengaruhi tipe substratum, yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap kepadatan dan keanekaragaman makrobentos.
6.    Perairan dengan pH yang terlalu tinggi atau rendah akan mempengaruhi ketahanan hidup organisme yang hidup didalamnya.
7.    Daya larut oksigen dapat berkurang dengan meningkatnya suhu air dan salinitas.
B.  Saran
Adapun saran pada praktikum ekologi perairan ini, yaitu :
Pengupayakan pencegahan dan pengoptimalkan upaya pelestarian lingkungan di perairan Kabupaten Kubu Raya Kecamatan Batu Ampar, khususnya di Nipah Panjang dan Pantai Kupang.

DAFTAR PUSTAKA

Razak, Abdul dan Armin Arief. 2006. Pengetahauan lingkungan II. Padang: FMIPA UNP.
Setyobudiandi, I. 1997. Makrozoobentos. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Sugiardi, dkk. 2014. Laporan Akhir Kegiatan Tahun 2013 (Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir Kabupaten Kubu Raya). Kubu Raya: Kementerian Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia.
Welch, S. 1980. Limnology. New York: Mc Graw Hill Book Company.
Widiastuti, E. 1983. Kualitas Air Kali Talung Rintingan dan Kelimpahan Hewan Makrozoobentos. Thesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
















LAMPIRAN

 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar