LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI
TUMBUHAN
“ JARINGAN PADA AKAR DAN BATANG
MONOKOTIL DAN DIKOTIL “
OLEH
RISFI
PRATIWI SUTRISNO (F16111004)
PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013
ABSTRAK
Tumbuhan adalah tonggak dari sebagian besar ekosistem
terestrial. Kajian mengenai tumbuhan muncul dari kemampuan awal manusia untuk
bisa membedakan antara tumbuhan yang bisa dimakan dan tumbuhan yang beracun.
Biologi tumbuhan modern selalu mengadakan perkembangan sehingga pada masa
sekarang ini tumbuhan tidak hanya dibedakan berdasarkan tumbuhan yang bisa
dimakan atau tidak, tetapi tumbuhan pada saat ini dibedakan berdasarkan banyak
hal, salah satunya adalah berdasarkan
ada atau tidak adanya kambium sehingga tumbuhan dibedakan menjadi
tumbuhan dikotil dan tumbuhan monokotil.
Tumbuhan
dikotil merupakan tumbuhan yang berkambium yang dapat mengadakan pertumbuhan sekunder sedangkan tumbuhan
monokotil tidak memiliki kambium. Selain hal tersebut perbedaan juga terdapat
pada tipe ikatan pembuluh pada batang dikotil memiliki ikatan pembuluh bertipe
koleteral terbuka dan bikolateral yang letaknya teratur sedangkan monokotil
tipe pembuluhnya adalah koleteral tertutup atau amphivasal yang letak ikatan
pembulunya tersebar. Ikatan pembuluh akar dikotil letaknya tersebar sedangkan
monokotil letak ikatan pembuluhnya sangat teratur.
Kata kunci : Batang dan Akar
dikotil dan monokotil, Bertipe Koleteral Terbuka, Bertipe Koleteral
Tertutup.
PENDAHULUAN
Pada
batang dikotil, jaringan dewasa primer berasal dari sistem apikal (protoderm,
ground meristem, dan procambium) dan terdiri dari jaringan epidermis, korteks,
endodermis, dan ikatan pembuluh (floem, xylem, dan kambium). Pada tumbuhan
dikotil terdapat kambium. Adanya kambium dikotil dapat mengadakan pertumbuhan
sekunder dan periderm. Pada batang monokotil, jaringan permanen primer selain
dari meristem apikal juga berasal dari meristem interkalar. Jaringan monokotil
primer terdiri dari jaringan dasar fundamental dimana letak ikatan pembuluh
terbesar. Pada batang monokotil tidak terdapat kambium, kecuali pada beberapa
spesies. Karena itu tidak mempunyai jaringan sekunder, walaupun tidak dapat
mengadakan pertumbuhan sekunder, batang monokotil dapat mempunyai batang yang
besar karena adanya pertumbuhan meristem menebal. Pada anatomi batang dikotil
dan monokotil tersebut, memiliki perbedaan pada tipe ikatan pembuluh pada
batang. Pada dikotil, tipe ikatan pembuluhnya yaitu tipe kolateral terbuka dan
bikolateral. Sedangkan pada monokotil, tipe ikatan pembuluhnya yaitu bertipe
kolateral tertutup yang umumnya di bungkus oleh sarung sklerenkim. Susunan
anatomi akar lebih sederhana daripada susunan anatomi batang walaupun susunan
anatomi akar bervariasi. Pada penampang melintang akar primer dijumpai tiga
sistem jaringan pokok yaitu epidermis, korteks, dan sistem jaringan pengangkut.
Di ujung akar terdapat bagian akar primer yang lain, yaitu akar yang berfungsi
melindungi promeristem akar. Berdasarkan hal
tersebut, tujuan dari percobaan ini yaitu mempelajari sistem jaringan pada
batang dikotil dan monokotil serta pada akar tumbuhan, mempelajari tipe berkas
pengangkut pada batang dikotil dan monokotil serta pada akar tumbuhan, dan
mempelajari tipe stele pada batang dikotil dan monokotil serta pada akar
tumbuhan. Pada pengamatan preparat segar, tujuannya yaitu mengamati
slide awetan akar dan batang tumbuhan monokotil dan dikotil dan membuat
preparat segar dengan menggunakan tumbuhan dikotil dan monokotil yang ada
disekitar kampus atau disekitar laboratorium pendidikan biologi.
Tanaman
memproduksi semua struktur ini melalui pertumbuhan dari kelompok diskrit sel
membagi disebut meristem. Jaringan herba adalah pertumbuhan panjang dari meristem
apikal, yang terjadi pada akhir setiap tunas dan akar, dan meristem kabisat di
dasar daun rumput. Jaringan kayu ini disebabkan pertumbuhan diameter dari kambium
vaskular, yang memproduksi xilem sekunder (kayu) dan floem, dan phellogen, yang
menghasilkan periderm (kulit kayu). Hampir semua tanaman kita bertumbuh dalam
hortikultura adalah monokotil (daun linier, contoh Rumput, jagung, dracaena,
dan kelapa), dikotil (tanaman berdaun lebar, contoh Oak, selada, apel) atau
gymnosperma (daun sebagai jarum dan skala ,contoh pinus, juniper). Anatomi
internal monokotil, dikotil dan gymnosperma kadang-kadang sama dan
kadang-kadang berbeda.
STEM
ANATOMI
Herba
monokotil - Pertumbuhan Primer
ANATOMI
AKAR
Herba
dikotil, Gymnosperm atau monokotil - Pertumbuhan Primer
( David, 2013 ) .
Filogenetik
studi angiosperma berdasarkan teknik RAPD untuk menemukan pemecahan dikotil
monokotil-dan tingkat perbedaan genetik di antara garis keturunan yang berbeda
dari tanaman angiospermic jelas menunjukkan bahwa sementara monokotil membentuk
clade semua dikotil tidak membentuk kelompok yang berbeda yang terpisah dari
monokotil. Sebaliknya, monokotil yang tertanam dalam clade garis keturunan
percabangan awal tanaman berbunga, biasanya disebut sebagai magnoliids, yang
semuanya memiliki karakteristik dikotil tradisional (Ray, 1703). Cabang-cabang
awal angiosperma, termasuk monokotil, ditandai dengan jenis serbuk sari yang
berasal dari ini bentuk tunggal-bukaan (Cronquist, A. 1981). Gulnel (Tinospora
cordifolia V-3) adalah eudicot (APG sistem II, 2003) dan membentuk clade yang
berbeda terpisah dari monokotil dan dikotil. Eudicots ditandai dengan serbuk
sari yang biasanya memiliki tiga lubang tidak ada struktur morfologi atau
anatomi lain yang menandai kelompok ini telah diidentifikasi, meskipun
pengelompokan eudicots sangat didukung oleh analisis berdasarkan data urutan
DNA (Soltis dan Soltis. 1999). Hasil kami mengkonfirmasi semua kesimpulan
sebelumnya diusulkan oleh Ray (1703) yang pertama kali diidentifikasi sebagai
kelompok monokotil, sebagian besar didasarkan pada kepemilikan mereka kotiledon
tunggal. Temuan ini menunjukkan bahwa tidak ada perpecahan dikotil
monokotil-dikotil bukan tidak membentuk kelompok monofiletik (mereka tidak
mengandung semua keturunan nenek moyang mereka) dan ditolak sebagai kelompok
formal, beberapa dikotil lebih mirip dengan monokotil dari mereka dikotil ke
lain paraphyletic, monokotil dapat didefinisikan oleh beberapa synapomorphies
sedangkan eudicots membentuk kelompok monofiletik. Mutasi menumpuk pada tingkat
konstan sepanjang sistem kehidupan (hipotesis jam molekuler), dalam penelitian
kami dapat diamati bahwa hal yang sama berlaku untuk berkembang pesat markes
(penghapusan dan duplikasi dalam genom) terdeteksi dengan teknik RAPD. Ahli botani
lama berteori bahwa monokotil berasal dari kelompok kuno dikotil selama
diversifikasi awal angiosperma (Donoghue dan Doyle, 1989). Pohon filogenetik
hubungan yang berasal dari data molekuler didasarkan pada teknik RAPD
mengkonfirmasi hipotesis ini berlangsung lama dan menentukan dikotil kerabat
dekat mungkin dari monokotil. ( Mir Abid, 2007 ) .
Morfologi
dasar tumbuhan menunjukan evolusinya sebagai organisme terrestrial. Suatu
tumbuhan darat harus menempati dua lingkungan yang
berbeda, yaitu tanah dan udara. Tanah menyediakan air dan mineral, udara
merupakan sumber utama CO2, namun cahaya tidak bisa menembus
jauh kedalam tanah. Solusi evolusioner terhadap pemisahan sumber daya ini
adalah diferensiasi tubuh tumbuhan menjadi dua system utama, yaitu system akar
(root system) yang berada dibawah permukaan tanah dan system tunas (shoot
system) yang berada diatas permukaan tanah yang terdiri dari batang, daun, dan
bunga. Banyak tumbuhan dikotil
memiliki system akar tunggang (taproot) yang terdiri dari satu akar vertical
yang besar (akar tunggangnya) yang menghasilkan banyak akar lateral yang lebih
kecil. Monokotil, yang meliputi rumput-rumputan, umumnya memiliki system akar
serabut (fibrous root) yang terdiri dari suatu anyaman akar yang mirip benang,
yang menyebar di bawah permukaan tanah.
( Campbell, 2003 ) .
Pada akar
dikotil maupun monokotil sel-sel yang berada dilapisan paling luar akar adalah
epidermis. Sel-sel ini umumnya berbentuk agak pipih.beberapa sel epidermis
membentuk suatu tonjolan yang panjang yang dikenal sebagai bulu akar. Bulu-bulu
akar ini menyusup diantara partikel-partikel tanah hingga memperluas permukaan
kontak antara akar dengan tanah. Hal ini akan lebih memacu penyerapan air oleh
akar karena semakin banyak bagian matrik tanah yang di jangkau oleh akar. Lapisan sel setelah epidermis adalah sel-sel korteks
yang memiliki ukuran yang relative besar dan berdinding tipis. Dinding sel
korteks ini sangat parmeabel, sehingga besar kemungkinan air dari permukaan
akar bergerak menuju pembuluh xilem melalui dinding sel-sel korteks ini. Lapisan paling dalam pada korteks adalah endodermis,
yaitu suatu silender setebal satu sel yang membentuk perbatasan antara korteks
dan stele. ( Lakitan, 2007 ) .
Pada batang herba, tumbuhan dikotil mempunyai berkas
pembuluh dengan xilem dan floem terbuka. Sedangkan pada tumbuhan monokotil
sering tertutup. Berkas pembuluh terbuka berarti terbuka untuk tumbuh, sebab
berkas tersebut mempunyai selapis sel kambium yang dapat menghasilkan xilem dan
floem sekunder. Berkas pembuluh tertutup tidak mempunyai kambium seperti itu,
dan juga tertutup dalam arti bahwa berkas tersebut sering dikelilingi oleh
seludang berkas yang terdiri dari sel serat berdinding tebal. Berkas pembuluh
pada monokotil tersebar secara khas, hampir secara acak, pada empulur (seperti
pada jagung), tapi kadang (pada gandum dan jenis rumputan lain, yang batangnya
berongga) membentuk cincin yang hampir serupa dengan pada batang dikotil.
Irisan melintang
batang monokotil yang khas
Irisan melintang batang dikotil herba
yang khas
( Salisbury, 1995 ) .
Jaringan penyokong atau jaringan penguat pada
tumbuhan terdiri atas sel-sel kolenkim dan sklerenkim. Kedua bentuk jaringan
ini merupakan jaringan sederhana, karena sel-sel penyusunnya hanya terdiri atas
satu tipe sel. Kolenkim terdiri atas sel-sel berdinding tebal sebagai jaringan
penyokong, sangat berhubungan erat dengan parenkim. Kolenkim seperti halnya
parenkim masih mempunyai protoplas, mampu mengadakan aktivitas meristematis.
Dinding selnya merupakan dinding primer, tidak berlignin. Kolenkim berbeda dengan
jaringan penyokong lainnya yaitu dengan sklerenkim dalam hal struktur dinding
dan kondisi protoplas. Kolenkim mempunyai dinding yang lunak, plastis, dinding
primer yang tidak berlignin, mempunyai protoplas yang aktif, mampu
menghilangkan penebalan dinding jika sel diinduksi untuk aktivitas
meristematis, seperti pembentukan kambium gabus atau kalau ada rangsangan luka.
Sklerenkim mempunyai dinding yang keras, kaku, dinding sekunder yang biasanya
berlignin. Dinding sekunder terdapat pada sel-sel untuk mengalirkan air dari
xilem, dan sering terdapat pula pada sel-sel parenkim xilem. Selain itu sel-sel
parenkim dalam daerah jaringan lainnya dapat pula bersifat sklereid (sclereid)
yang berfungsi untuk mengalirkan air batasannya tidak begitu jelas. (Suradinata,
1998) .
Antara xilem
dan floem terdapat kambium
intravasikuler, pada perkembangan selanjutnya jaringan parenkim yang
terdapat di antara berkas pembuluh angkut juga berubah menjadi kambium, yang
disebut kambium intervasikuler. Keduanya
dapat mengadakan pertumbuhan sekunder yang mengakibatkan bertambah besarnya
diameter batang. Pada
tumbuhan Dikotil, berkayu keras dan hidupnya menahun, pertumbuhan menebal
sekunder tidak berlangsung terus-menerus, tetapi hanya pada saat air dan zat
hara tersedia cukup, sedang pada musim kering tidak terjadi pertumbuhan
sehingga pertumbuhan menebalnya pada batang tampak berlapis-lapis, setiap lapis
menunjukkan aktivitas pertumbuhan selama satu tahun, lapis-lapis lingkaran
tersebut dinamakan Lingkaran Tahun. ( Zhao, 2005 ) .
Kambium pada preparat batang Pluchea indica tidak
terlihat karena organ batang Pluchea indica yang diambil masih muda
sehingga kambium masih belum terlihat jelas karena masih pada perkembangan
struktur primer (Gambar 1). Selain itu pada dikotil basah seperti Pluchea
indica ini aktivitas pembelahan kambium tidak sepesat pada dikotil
berkayu sehingga sering kali tidak tampak, lebih-lebih bila sedang
tidak membelah. Jaringan yang paling efektif menyerap warna dan
terwarnai pada preparat batang Pluchea indica adalah parenkim
karena dinding sel parenkim yang lebih tipis dibandingkan sklerenkim
sehingga pewarna mudah masuk.
Penampang
melintang batang Plucea indica
Perisikel
pada preparat akar Glycine max tidak terlihat karena sayatan pada bagian
perisikel kemungkinan kurang tipis. Mengiris suatu obyek menjadi irisan-irisan
yang tipis merupakan pekerjaan yang sulit, memerlukan kesabaran dan
keterampilan disamping latihan. Selain itu pewarnaan pada bagian stele tidak menimbulkan
kontras karena semua terlihat merah dengan intensitas penyerapan warna yang
sama sehingga sulit untuk membedakan dan mengidentifikasi jaringan pada bagian
stele termasuk perisikel. Parenkim dan floem pada preparat batang Panicum sp
tidak menyerap warna dan tidak terwarnai menurut penelaah, tetapi menurut
peneliti terwarnai meskipun intensitas pewarnaannya tidak setajam sklerenkim.
Selain itu kemungkinan pewarna filtrat daun muda jati tidak dapat mewarnai jaringan
secara permanen sehingga saat penelaah mengamati preparat tersebut pewarnanya
sudah mulai pudar. Epidermis pada preparat akar Ordchidae tidak terwarnai
karena yang terwarnai adalah velamen. Pada akar Ordchidae epidermisnya
berlapis-lapis dan disebut velamen. Endodermis tidak terlihat karena epidermis
hanya terdiri dari satu sel saja dan ukurannya lebih kecil dari parenkim
sehingga sulit diamati. Endodermis menurut peneliti terwarnai tetapi intensitas
pewarnaannya sama dengan perisikel sehingga sulit membedakan diantara keduanya.
( Mita, 2013 ) .
Jaringan parenkim dijumpai pada kulit batang, kulit
akar, daging, daun, daging buah dan endosperm. Bentuk sel parenkim
bermacam-macam. Sel parenkim yang mengandung klorofil disebut klorenkim,
yang mengandung rongga-rongga udara disebut aerenkim. Penyimpanan
cadangan makanan dan air oleh tubuh tumbuhan dilakukan oleh jaringan parenkim. ( Arif, 2010 ) .
METODOLOGI
Praktikum
mengenai jaringan pada akar dan batang monokotil dan dikotil, dilaksanakan pada
tanggal 11 april 2013 di laboratorium pendidikan biologi, fakultas keguruan dan
ilmu pendidikan, universitas tanjungpura pontianak, pukul 07.30-selesai WIB.
Adapun
alat dan bahan yang digunakan saat praktikum ini, yaitu Alat yang digunakan
berupa mikroskop, silet, pipet tetes, beaker glass, gelas objek, dan kaca
penutup. Sedangkan bahan yang digunakan berupa preparat akar dan batang
monokotil Zea mays, preparat akar dan
batang dikotil Arachis hypogea,
preparat segar akar dan batang monokotil Caladium
sp dan air.
Metode
pada praktikum ini yaitu preparat yang telah disiapkan berupa preparat akar dan
batang monokotil Zea mays, preparat
akar dan batang dikotil Arachis hypogea
kemudian diamati dengan mikroskop dari perbesaran lemah hingga perbesaran yang
kuat. Setelah jaringan akar dan batang yang tampak, digambar dan diberi
keterangan. Pada preparat segar berupa preparat segar akar dan batang monokotil
Caladium sp, kemudian akar dan batang
masing-masing disiapkan untuk disayat setipis mungkin dengan silet dan
diletakkan pada gelas objek dan ditetesi dengan air secukupnya serta ditutup
dengan kaca penutup. Kemudian diamati dengan mikroskop dengan perbesaran yang lemah
ke perbesaran yang besar. Kemudian diamati jaringan akar dan batang yang
tampak, digambar dan diberi keterangan.
DATA DAN PEMBAHASAN
Data
Pengamatan :
a. Preparat
akar Zea mays ( Monokotil )
Perbesaran
10×10
Keterangan
: 1. Empulur 4.
Endodermis
2. Floem 5. Korteks
3. Xylem 6. Epidermis
b. Preparat
batang Zea mays ( Monokotil )
Perbesaran
4×10
Keterangan
: 1.Epidermis 4.
Xylem
2. Korteks 5.
Empulur
3. Floem
c.
Preparat akar Arachis hypogea ( Dikotil )
Perbesaran
10×10
Keterangan
: 1.Epidermis 4.
Xylem
2. Korteks 5.
Empulur
3. Floem
d. Preparat
batang Arachis hypogea ( Dikotil )
Perbesaran
10×10
Keterangan
: 1.Epidermis
2. Korteks
3. Endodermis
-
Floem dan Xylem tidak terlihat jelas di objek.
e. Preparat
segar
Akar
Caladium sp. ( Monokotil )
Perbesaran
4×10
Keterangan
: 1. Epidermis
2. Korteks
f. Preparat segar
Batang
Caladium sp. ( Monokotil )
Perbesaran
4×10
Keterangan
: 1.Epidermis 4.
Floem
2. Korteks 5.
Xylem
3. Endodermis
Pembahasan
:
Dalam
praktikum mengenai jaringan pada akar dan batang monokotil dan dikotil,
pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop. Preparat yang telah
disediakan yaitu akar dan batang Zea mays
merupakan tumbuhan monokotil sedangkan
akar dan batang Arachis hypogea
merupakan tumbuhan dikotil.
Gambar
akar monokotil “Zea mays “
Gambar akar dikotil “Arachis
hypogea”
Pada
jaringan akar monokotil yang tampak yaitu empulur, floem, xylem,endodermis,
korteks, dan epidermis. Sedangkan akar dikotil yang tampak yaitu epidermis,
korteks, floem, xylem, dan empulur. Pengamatan yang dilakukan, bila di
bandingkan dengan referensi, empulur terdapat pada akar seperti tumbuhan
monokotil yang tidak membentuk xilem dipusat akar. Dapat dilihat data
pengamatan tersebut, bahwa akar dikotil memiliki bagian empulur, hal tersebut
kemungkinan kesalahan dalam menentukan bagian-bagiannya.
Menurut (
Campbell,
2003
) Perbedaan
antara akar dikotil dan monokotil adalah terletak pada susunan berkas pembuluhnya.
Pada akar dikotil berkas pembuluh xilem memencar seperti jari-jari dari pusat
roda hal ini dapat diartikan bahwa letak pembuluh angkut pada akar dikotil ini
tersebar,
sedangkan pada akar
monokotil letak pembuluh floem dan xilemnya bergantian didalam stele yang dapat
diartikan bahwa letak pembuluh pada akar monokotil adalah teratur.
Pada korteks akar tumbuhan monokotil biasanya terdapat skelerenkim. Protofloem
akar tumbuhan dikotil tidak mempunyai sel pengiring sedangkan metafloem
mempunyai.
Gambar batang monokotil “Zea mays “ Gambar batang dikotil “Arachis hypogea”
Pada jaringan
batang monokotil yang tampak yaitu epidermis, korteks, floem, xylem, dan
empulur. Sedangkan batang dikotil yang tampak yaitu epidermis, korteks, dan
endodermis, floem dan xylem tidak terlihat jelas pada objek. Perbedaan susunan
keduanya terletak pada letak jaringan pembuluh yaitu xylem dan floem.
Pada batang Zea mays, jaringan pembuluh terletak di
seluruh jaringan dasar (tersebar), sehingga tumbuhan monokotil tidak mempunyai
kambium. Hal ini sesuai
dengan teori yakni dikemukakan ( Budi. 2008 ) yaitu Pada stele
monokotil terdapat ikatan pembuluh yang menyebar dan bertipe kolateral tertutup yang artinya
di antara xilem dan floem tidak ditemukan kambium.
Tidak adanya
kambium pada Monokotil menyebabkan batang Monokotil tidak dapat tumbuh
membesar, dengan perkataan lain tidak terjadi pertumbuhan menebal sekunder.
Meskipun demikian, ada Monokotil yang dapat mengadakan pertumbuhan menebal
sekunder, misalnya pada pohon Hanjuang (Cordyline sp) dan pohon Nenas
seberang (Agave sp).
Pada batang Arachis hypogea,
jaringan dewasa primer berasal dari sistem apikal ( protoderm, ground meristem,
dan prokambium ) dan terdiri dari jaringan epidermis, korteks, endodermis, dan
ikatan pembuluh ( floem, xylem, dan kambium ).
Menurut ( Salisbury, 1995 ) yaitu irisan
melintang batang monokotil yang khas. bila diperhatikan gambar yang di kajian
pustaka mengenai irisan melintang tersebut, dimana berkas pembuluh yang
tersebar pada jaringan dasar empulur. Masing-masingnya dikelilingi sebuah
seludang sel. Sedangkan pada irisan melintang batang dikotil herba yang khas.
Pada gambar yang di kajian pustaka mengenai irisan melintang dikotil ini,
berkas pembuluh membentuk sebuah cincin dengan empulur dibagian dalam dan
korteks ( khususnya dengan sel kolenkima yang bersudut tebal pada irisan
melintang ) dibagian luar di bawah epidermis.
Pada batang
monokotil dan dikotil, biasanya ( tapi tidak selalu ) xylem berada disebelah
dalam floem.
Preparat segar
yang diambil di sekitar kampus atau di depan laboratorium pendidikan biologi,
yang dijadikan awetan segar yaitu akar dan batang Caladium sp. Bila dilihat hasil pengamatan yang dilakukan, akar dan
batangnya merupakan tumbuhan monokotil. Akar monokotil ini dengan bagian-bagian
yang tampak yaitu epidermis dan korteks, sedangkan pada batang monokotilnya
yang tampak yaitu epidermis, korteks, endodermis, floem, dan xylem.
Gambar akar monokotil “Caladium sp. “ Gambar batang monokotil
“Caladium sp.”
Pada pengamatan yang dilakukan, akar Caladium sp. Bagian-bagiannya tidak
terlalu jelas, hal ini dikarenakan menurut ( Mita Nurwanti, J. Djoko Budiono,
Rinie Pratiwi P. 2013 ) yaitu sayatan pada bagian perisikel kemungkinan kurang
tipis dan pada organ batang yang diambil masih muda sehingga kambium masih
belum terlihat jelas karena masih pada perkembangan struktur primer. Endodermis
tidak terlihat karena epidermis hanya terdiri dari satu sel saja dan ukurannya
lebih kecil dari parenkim sehingga sulit diamati.
Gambar
preparat awetan kering
Gambar
preparat awetan segar
Bila dibandingkan awetan kering dengan awetan segar
yaitu pada awetan yang segar, sulit dalam menentukan bagiannya hal ini
dikarenakan dalam mengiris suatu objek menjadi irisan-irisan yang tipis
merupakan pekerjaan yang sulit, memerlukan kesabaran dan keterampilan latihan
serta ketelitian. Walaupun demikian, awetan segar seharusnya mudah untuk di
amati karena preparat yang digunakan masih hidup/segar dan awetan segar
tersebut masih memiliki sedikit pergerakan pada sitoplasmanya, bila
dibandingkan dengan awetan kering.
KESIMPULAN
Perbedaan antara preparat awetan akar dan monokotil
tumbuhan Zea mays, dan akar dan batang dikotil
tumbuhan Arachis hypogaea terletak
pada susunan ikatan pembuluhnya. Pada batang dikotil ikatan pembuluhnya adalah
koleteral terbuka dan letaknya teratur sedangkan pada akar dikotil letak berkas
pembuluhnya tersebar dan bertipe koleteral tertutup. Untuk tumbuhan monokotil, batangnya berupa ikatan
pembuluh yang kolateral
tertutup dan letaknya tersebar sedangkan pada akar monokotil letak berkas
pembuluhnya tersebar dan bertipe koleteral tertutup. Pada preparat segar batang Caladium sp. yang merupakan preparat segar. batang
tumbuhan monokotil ikatan pembuluhnya kolateral tertutup dan letak berkas
pembuluhnya tersebar.
Sedangkan pada akar Caladium sp. belum terlihat jelas
bagian-bagiannya karena sayatan pada bagian perisikel kemungkinan
kurang tipis. Perbandingan
antara awetan kering dengan awetan segar yaitu pada awetan segar masih
memiliki sedikit pergerakan pada sitoplasmanya, bila dibandingkan dengan awetan
kering. Dalam pembuatan awetan segar harus diperhatikan dalam mengiris suatu
objek menjadi irisan-irisan yang tipis merupakan pekerjaan yang sulit,
memerlukan kesabaran dan keterampilan latihan serta ketelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Arif. 2010. Biologi. Jakarta: Yudhistira.
Budi. 2008 .
Batang Dikotil Dan Monokotil . http:
//setracrew.multipl.com/journal /item/12 .
diakses tanggal 12 april 2013.
Campbell.
2003. Biologi Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
David. 2013. Anatomy Morphology http://generalhorticulture.tamu.edu/HORT604/.../AnatomyMorphology.pdf.
diakses tanggal 12 april 2013.
Lakitan. 2007 . Dasar-dasar
Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Mir Abid.
2007. African Journal of
Plant Science. Volume 2. Halaman 1. Available online at
http://www.academicjournals.org/AJPS. ISSN 1996-0824 © 2008 Academic Journals.
Mita.
2013. Pemanfaatan Filtrat Daun Muda Jati Sebagai Bahan Pewarna
Alternatif Dalam Pembuatan Preparat Jaringan Tumbuhan. http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioedu. diakses tanggal
12 april 2013.
Salisbury.
1995. Fisiologi tumbuhan jilid 1.
Bandung: ITB.
Suradinata.
1998. Struktur Tumbuhan. Bandung: Angkasa.
Zhao. 2005. The
Xylem
and Phloem Transcriptomes from Secondary Tissues of the Arabidopsis
Root-Hypocotyl1 . http://jxb.oxfordjournals.org /content/51 /351/1721 . full . diakses tanggal 12 april 2013.
LAMPIRAN
1. Apakah
perbedaan letak jaringan pada tumbuhan monokotil dan dikotil baik pada akar
maupun batang?
Jawab:
Letak perbedaannya adalah pada
tumbuhan dikotil letak jaringannya beraturan sedangkan pada tumbuhan monokotil
tidak beraturan dan ada atau tidaknya kambium dan letak
dari berkas pembuluh angkut.
2. Bagaimana
air masuk ke dalam xilem?
Jawab : Secara osmosis (simplas) dan difusi
(apoplas) melalui dinding selnya.
3. Jelaskan
bagaimana air masuk ke dalam xilem melalui beberapa jaringan akar!
Jawab
: Pertama-tama air diserap oleh rambut akar dengan cara osmosis, kemudian air
masuk dengan cara difusi didaerah simplas selanjutnya melewati
corpus
(apoplas) dan korteks
menuju silinder pusat tapi terlebih dahulu melewati endodermis yang terletak di
antara korteks dan stele (silinder pusat). Dimana di endodermis terdapat pita
kaspari. Setelah itu air pun diterima oleh xilem dan diangkut ke daun.
4. Bagaimana
hasil pengamatan pada preparat segar dengan preparat awetan?
Jawab:
Bila dibandingkan awetan kering dengan awetan segar yaitu pada awetan yang segar, sulit dalam menentukan
bagiannya hal ini dikarenakan dalam mengiris suatu objek menjadi irisan-irisan
yang tipis merupakan pekerjaan yang sulit, memerlukan kesabaran dan
keterampilan latihan serta ketelitian. Walaupun demikian, awetan segar
seharusnya mudah untuk di amati karena preparat yang digunakan masih
hidup/segar dan awetan segar tersebut masih memiliki sedikit pergerakan pada
sitoplasmanya, bila dibandingkan dengan awetan kering.
LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI
TUMBUHAN
“ JARINGAN PADA AKAR DAN BATANG
MONOKOTIL DAN DIKOTIL “
OLEH
RISFI
PRATIWI SUTRISNO (F16111004)
PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013
ABSTRAK
Tumbuhan adalah tonggak dari sebagian besar ekosistem
terestrial. Kajian mengenai tumbuhan muncul dari kemampuan awal manusia untuk
bisa membedakan antara tumbuhan yang bisa dimakan dan tumbuhan yang beracun.
Biologi tumbuhan modern selalu mengadakan perkembangan sehingga pada masa
sekarang ini tumbuhan tidak hanya dibedakan berdasarkan tumbuhan yang bisa
dimakan atau tidak, tetapi tumbuhan pada saat ini dibedakan berdasarkan banyak
hal, salah satunya adalah berdasarkan
ada atau tidak adanya kambium sehingga tumbuhan dibedakan menjadi
tumbuhan dikotil dan tumbuhan monokotil.
Tumbuhan
dikotil merupakan tumbuhan yang berkambium yang dapat mengadakan pertumbuhan sekunder sedangkan tumbuhan
monokotil tidak memiliki kambium. Selain hal tersebut perbedaan juga terdapat
pada tipe ikatan pembuluh pada batang dikotil memiliki ikatan pembuluh bertipe
koleteral terbuka dan bikolateral yang letaknya teratur sedangkan monokotil
tipe pembuluhnya adalah koleteral tertutup atau amphivasal yang letak ikatan
pembulunya tersebar. Ikatan pembuluh akar dikotil letaknya tersebar sedangkan
monokotil letak ikatan pembuluhnya sangat teratur.
Kata kunci : Batang dan Akar
dikotil dan monokotil, Bertipe Koleteral Terbuka, Bertipe Koleteral
Tertutup.
PENDAHULUAN
Pada
batang dikotil, jaringan dewasa primer berasal dari sistem apikal (protoderm,
ground meristem, dan procambium) dan terdiri dari jaringan epidermis, korteks,
endodermis, dan ikatan pembuluh (floem, xylem, dan kambium). Pada tumbuhan
dikotil terdapat kambium. Adanya kambium dikotil dapat mengadakan pertumbuhan
sekunder dan periderm. Pada batang monokotil, jaringan permanen primer selain
dari meristem apikal juga berasal dari meristem interkalar. Jaringan monokotil
primer terdiri dari jaringan dasar fundamental dimana letak ikatan pembuluh
terbesar. Pada batang monokotil tidak terdapat kambium, kecuali pada beberapa
spesies. Karena itu tidak mempunyai jaringan sekunder, walaupun tidak dapat
mengadakan pertumbuhan sekunder, batang monokotil dapat mempunyai batang yang
besar karena adanya pertumbuhan meristem menebal. Pada anatomi batang dikotil
dan monokotil tersebut, memiliki perbedaan pada tipe ikatan pembuluh pada
batang. Pada dikotil, tipe ikatan pembuluhnya yaitu tipe kolateral terbuka dan
bikolateral. Sedangkan pada monokotil, tipe ikatan pembuluhnya yaitu bertipe
kolateral tertutup yang umumnya di bungkus oleh sarung sklerenkim. Susunan
anatomi akar lebih sederhana daripada susunan anatomi batang walaupun susunan
anatomi akar bervariasi. Pada penampang melintang akar primer dijumpai tiga
sistem jaringan pokok yaitu epidermis, korteks, dan sistem jaringan pengangkut.
Di ujung akar terdapat bagian akar primer yang lain, yaitu akar yang berfungsi
melindungi promeristem akar. Berdasarkan hal
tersebut, tujuan dari percobaan ini yaitu mempelajari sistem jaringan pada
batang dikotil dan monokotil serta pada akar tumbuhan, mempelajari tipe berkas
pengangkut pada batang dikotil dan monokotil serta pada akar tumbuhan, dan
mempelajari tipe stele pada batang dikotil dan monokotil serta pada akar
tumbuhan. Pada pengamatan preparat segar, tujuannya yaitu mengamati
slide awetan akar dan batang tumbuhan monokotil dan dikotil dan membuat
preparat segar dengan menggunakan tumbuhan dikotil dan monokotil yang ada
disekitar kampus atau disekitar laboratorium pendidikan biologi.
Tanaman
memproduksi semua struktur ini melalui pertumbuhan dari kelompok diskrit sel
membagi disebut meristem. Jaringan herba adalah pertumbuhan panjang dari meristem
apikal, yang terjadi pada akhir setiap tunas dan akar, dan meristem kabisat di
dasar daun rumput. Jaringan kayu ini disebabkan pertumbuhan diameter dari kambium
vaskular, yang memproduksi xilem sekunder (kayu) dan floem, dan phellogen, yang
menghasilkan periderm (kulit kayu). Hampir semua tanaman kita bertumbuh dalam
hortikultura adalah monokotil (daun linier, contoh Rumput, jagung, dracaena,
dan kelapa), dikotil (tanaman berdaun lebar, contoh Oak, selada, apel) atau
gymnosperma (daun sebagai jarum dan skala ,contoh pinus, juniper). Anatomi
internal monokotil, dikotil dan gymnosperma kadang-kadang sama dan
kadang-kadang berbeda.
STEM
ANATOMI
Herba
monokotil - Pertumbuhan Primer
ANATOMI
AKAR
Herba
dikotil, Gymnosperm atau monokotil - Pertumbuhan Primer
( David, 2013 ) .
Filogenetik
studi angiosperma berdasarkan teknik RAPD untuk menemukan pemecahan dikotil
monokotil-dan tingkat perbedaan genetik di antara garis keturunan yang berbeda
dari tanaman angiospermic jelas menunjukkan bahwa sementara monokotil membentuk
clade semua dikotil tidak membentuk kelompok yang berbeda yang terpisah dari
monokotil. Sebaliknya, monokotil yang tertanam dalam clade garis keturunan
percabangan awal tanaman berbunga, biasanya disebut sebagai magnoliids, yang
semuanya memiliki karakteristik dikotil tradisional (Ray, 1703). Cabang-cabang
awal angiosperma, termasuk monokotil, ditandai dengan jenis serbuk sari yang
berasal dari ini bentuk tunggal-bukaan (Cronquist, A. 1981). Gulnel (Tinospora
cordifolia V-3) adalah eudicot (APG sistem II, 2003) dan membentuk clade yang
berbeda terpisah dari monokotil dan dikotil. Eudicots ditandai dengan serbuk
sari yang biasanya memiliki tiga lubang tidak ada struktur morfologi atau
anatomi lain yang menandai kelompok ini telah diidentifikasi, meskipun
pengelompokan eudicots sangat didukung oleh analisis berdasarkan data urutan
DNA (Soltis dan Soltis. 1999). Hasil kami mengkonfirmasi semua kesimpulan
sebelumnya diusulkan oleh Ray (1703) yang pertama kali diidentifikasi sebagai
kelompok monokotil, sebagian besar didasarkan pada kepemilikan mereka kotiledon
tunggal. Temuan ini menunjukkan bahwa tidak ada perpecahan dikotil
monokotil-dikotil bukan tidak membentuk kelompok monofiletik (mereka tidak
mengandung semua keturunan nenek moyang mereka) dan ditolak sebagai kelompok
formal, beberapa dikotil lebih mirip dengan monokotil dari mereka dikotil ke
lain paraphyletic, monokotil dapat didefinisikan oleh beberapa synapomorphies
sedangkan eudicots membentuk kelompok monofiletik. Mutasi menumpuk pada tingkat
konstan sepanjang sistem kehidupan (hipotesis jam molekuler), dalam penelitian
kami dapat diamati bahwa hal yang sama berlaku untuk berkembang pesat markes
(penghapusan dan duplikasi dalam genom) terdeteksi dengan teknik RAPD. Ahli botani
lama berteori bahwa monokotil berasal dari kelompok kuno dikotil selama
diversifikasi awal angiosperma (Donoghue dan Doyle, 1989). Pohon filogenetik
hubungan yang berasal dari data molekuler didasarkan pada teknik RAPD
mengkonfirmasi hipotesis ini berlangsung lama dan menentukan dikotil kerabat
dekat mungkin dari monokotil. ( Mir Abid, 2007 ) .
Morfologi
dasar tumbuhan menunjukan evolusinya sebagai organisme terrestrial. Suatu
tumbuhan darat harus menempati dua lingkungan yang
berbeda, yaitu tanah dan udara. Tanah menyediakan air dan mineral, udara
merupakan sumber utama CO2, namun cahaya tidak bisa menembus
jauh kedalam tanah. Solusi evolusioner terhadap pemisahan sumber daya ini
adalah diferensiasi tubuh tumbuhan menjadi dua system utama, yaitu system akar
(root system) yang berada dibawah permukaan tanah dan system tunas (shoot
system) yang berada diatas permukaan tanah yang terdiri dari batang, daun, dan
bunga. Banyak tumbuhan dikotil
memiliki system akar tunggang (taproot) yang terdiri dari satu akar vertical
yang besar (akar tunggangnya) yang menghasilkan banyak akar lateral yang lebih
kecil. Monokotil, yang meliputi rumput-rumputan, umumnya memiliki system akar
serabut (fibrous root) yang terdiri dari suatu anyaman akar yang mirip benang,
yang menyebar di bawah permukaan tanah.
( Campbell, 2003 ) .
Pada akar
dikotil maupun monokotil sel-sel yang berada dilapisan paling luar akar adalah
epidermis. Sel-sel ini umumnya berbentuk agak pipih.beberapa sel epidermis
membentuk suatu tonjolan yang panjang yang dikenal sebagai bulu akar. Bulu-bulu
akar ini menyusup diantara partikel-partikel tanah hingga memperluas permukaan
kontak antara akar dengan tanah. Hal ini akan lebih memacu penyerapan air oleh
akar karena semakin banyak bagian matrik tanah yang di jangkau oleh akar. Lapisan sel setelah epidermis adalah sel-sel korteks
yang memiliki ukuran yang relative besar dan berdinding tipis. Dinding sel
korteks ini sangat parmeabel, sehingga besar kemungkinan air dari permukaan
akar bergerak menuju pembuluh xilem melalui dinding sel-sel korteks ini. Lapisan paling dalam pada korteks adalah endodermis,
yaitu suatu silender setebal satu sel yang membentuk perbatasan antara korteks
dan stele. ( Lakitan, 2007 ) .
Pada batang herba, tumbuhan dikotil mempunyai berkas
pembuluh dengan xilem dan floem terbuka. Sedangkan pada tumbuhan monokotil
sering tertutup. Berkas pembuluh terbuka berarti terbuka untuk tumbuh, sebab
berkas tersebut mempunyai selapis sel kambium yang dapat menghasilkan xilem dan
floem sekunder. Berkas pembuluh tertutup tidak mempunyai kambium seperti itu,
dan juga tertutup dalam arti bahwa berkas tersebut sering dikelilingi oleh
seludang berkas yang terdiri dari sel serat berdinding tebal. Berkas pembuluh
pada monokotil tersebar secara khas, hampir secara acak, pada empulur (seperti
pada jagung), tapi kadang (pada gandum dan jenis rumputan lain, yang batangnya
berongga) membentuk cincin yang hampir serupa dengan pada batang dikotil.
Irisan melintang
batang monokotil yang khas
Irisan melintang batang dikotil herba
yang khas
( Salisbury, 1995 ) .
Jaringan penyokong atau jaringan penguat pada
tumbuhan terdiri atas sel-sel kolenkim dan sklerenkim. Kedua bentuk jaringan
ini merupakan jaringan sederhana, karena sel-sel penyusunnya hanya terdiri atas
satu tipe sel. Kolenkim terdiri atas sel-sel berdinding tebal sebagai jaringan
penyokong, sangat berhubungan erat dengan parenkim. Kolenkim seperti halnya
parenkim masih mempunyai protoplas, mampu mengadakan aktivitas meristematis.
Dinding selnya merupakan dinding primer, tidak berlignin. Kolenkim berbeda dengan
jaringan penyokong lainnya yaitu dengan sklerenkim dalam hal struktur dinding
dan kondisi protoplas. Kolenkim mempunyai dinding yang lunak, plastis, dinding
primer yang tidak berlignin, mempunyai protoplas yang aktif, mampu
menghilangkan penebalan dinding jika sel diinduksi untuk aktivitas
meristematis, seperti pembentukan kambium gabus atau kalau ada rangsangan luka.
Sklerenkim mempunyai dinding yang keras, kaku, dinding sekunder yang biasanya
berlignin. Dinding sekunder terdapat pada sel-sel untuk mengalirkan air dari
xilem, dan sering terdapat pula pada sel-sel parenkim xilem. Selain itu sel-sel
parenkim dalam daerah jaringan lainnya dapat pula bersifat sklereid (sclereid)
yang berfungsi untuk mengalirkan air batasannya tidak begitu jelas. (Suradinata,
1998) .
Antara xilem
dan floem terdapat kambium
intravasikuler, pada perkembangan selanjutnya jaringan parenkim yang
terdapat di antara berkas pembuluh angkut juga berubah menjadi kambium, yang
disebut kambium intervasikuler. Keduanya
dapat mengadakan pertumbuhan sekunder yang mengakibatkan bertambah besarnya
diameter batang. Pada
tumbuhan Dikotil, berkayu keras dan hidupnya menahun, pertumbuhan menebal
sekunder tidak berlangsung terus-menerus, tetapi hanya pada saat air dan zat
hara tersedia cukup, sedang pada musim kering tidak terjadi pertumbuhan
sehingga pertumbuhan menebalnya pada batang tampak berlapis-lapis, setiap lapis
menunjukkan aktivitas pertumbuhan selama satu tahun, lapis-lapis lingkaran
tersebut dinamakan Lingkaran Tahun. ( Zhao, 2005 ) .
Kambium pada preparat batang Pluchea indica tidak
terlihat karena organ batang Pluchea indica yang diambil masih muda
sehingga kambium masih belum terlihat jelas karena masih pada perkembangan
struktur primer (Gambar 1). Selain itu pada dikotil basah seperti Pluchea
indica ini aktivitas pembelahan kambium tidak sepesat pada dikotil
berkayu sehingga sering kali tidak tampak, lebih-lebih bila sedang
tidak membelah. Jaringan yang paling efektif menyerap warna dan
terwarnai pada preparat batang Pluchea indica adalah parenkim
karena dinding sel parenkim yang lebih tipis dibandingkan sklerenkim
sehingga pewarna mudah masuk.
Penampang
melintang batang Plucea indica
Perisikel
pada preparat akar Glycine max tidak terlihat karena sayatan pada bagian
perisikel kemungkinan kurang tipis. Mengiris suatu obyek menjadi irisan-irisan
yang tipis merupakan pekerjaan yang sulit, memerlukan kesabaran dan
keterampilan disamping latihan. Selain itu pewarnaan pada bagian stele tidak menimbulkan
kontras karena semua terlihat merah dengan intensitas penyerapan warna yang
sama sehingga sulit untuk membedakan dan mengidentifikasi jaringan pada bagian
stele termasuk perisikel. Parenkim dan floem pada preparat batang Panicum sp
tidak menyerap warna dan tidak terwarnai menurut penelaah, tetapi menurut
peneliti terwarnai meskipun intensitas pewarnaannya tidak setajam sklerenkim.
Selain itu kemungkinan pewarna filtrat daun muda jati tidak dapat mewarnai jaringan
secara permanen sehingga saat penelaah mengamati preparat tersebut pewarnanya
sudah mulai pudar. Epidermis pada preparat akar Ordchidae tidak terwarnai
karena yang terwarnai adalah velamen. Pada akar Ordchidae epidermisnya
berlapis-lapis dan disebut velamen. Endodermis tidak terlihat karena epidermis
hanya terdiri dari satu sel saja dan ukurannya lebih kecil dari parenkim
sehingga sulit diamati. Endodermis menurut peneliti terwarnai tetapi intensitas
pewarnaannya sama dengan perisikel sehingga sulit membedakan diantara keduanya.
( Mita, 2013 ) .
Jaringan parenkim dijumpai pada kulit batang, kulit
akar, daging, daun, daging buah dan endosperm. Bentuk sel parenkim
bermacam-macam. Sel parenkim yang mengandung klorofil disebut klorenkim,
yang mengandung rongga-rongga udara disebut aerenkim. Penyimpanan
cadangan makanan dan air oleh tubuh tumbuhan dilakukan oleh jaringan parenkim. ( Arif, 2010 ) .
METODOLOGI
Praktikum
mengenai jaringan pada akar dan batang monokotil dan dikotil, dilaksanakan pada
tanggal 11 april 2013 di laboratorium pendidikan biologi, fakultas keguruan dan
ilmu pendidikan, universitas tanjungpura pontianak, pukul 07.30-selesai WIB.
Adapun
alat dan bahan yang digunakan saat praktikum ini, yaitu Alat yang digunakan
berupa mikroskop, silet, pipet tetes, beaker glass, gelas objek, dan kaca
penutup. Sedangkan bahan yang digunakan berupa preparat akar dan batang
monokotil Zea mays, preparat akar dan
batang dikotil Arachis hypogea,
preparat segar akar dan batang monokotil Caladium
sp dan air.
Metode
pada praktikum ini yaitu preparat yang telah disiapkan berupa preparat akar dan
batang monokotil Zea mays, preparat
akar dan batang dikotil Arachis hypogea
kemudian diamati dengan mikroskop dari perbesaran lemah hingga perbesaran yang
kuat. Setelah jaringan akar dan batang yang tampak, digambar dan diberi
keterangan. Pada preparat segar berupa preparat segar akar dan batang monokotil
Caladium sp, kemudian akar dan batang
masing-masing disiapkan untuk disayat setipis mungkin dengan silet dan
diletakkan pada gelas objek dan ditetesi dengan air secukupnya serta ditutup
dengan kaca penutup. Kemudian diamati dengan mikroskop dengan perbesaran yang lemah
ke perbesaran yang besar. Kemudian diamati jaringan akar dan batang yang
tampak, digambar dan diberi keterangan.
DATA DAN PEMBAHASAN
Data
Pengamatan :
a. Preparat
akar Zea mays ( Monokotil )
Perbesaran
10×10
Keterangan
: 1. Empulur 4.
Endodermis
2. Floem 5. Korteks
3. Xylem 6. Epidermis
b. Preparat
batang Zea mays ( Monokotil )
Perbesaran
4×10
Keterangan
: 1.Epidermis 4.
Xylem
2. Korteks 5.
Empulur
3. Floem
c.
Preparat akar Arachis hypogea ( Dikotil )
Perbesaran
10×10
Keterangan
: 1.Epidermis 4.
Xylem
2. Korteks 5.
Empulur
3. Floem
d. Preparat
batang Arachis hypogea ( Dikotil )
Perbesaran
10×10
Keterangan
: 1.Epidermis
2. Korteks
3. Endodermis
-
Floem dan Xylem tidak terlihat jelas di objek.
e. Preparat
segar
Akar
Caladium sp. ( Monokotil )
Perbesaran
4×10
Keterangan
: 1. Epidermis
2. Korteks
f. Preparat segar
Batang
Caladium sp. ( Monokotil )
Perbesaran
4×10
Keterangan
: 1.Epidermis 4.
Floem
2. Korteks 5.
Xylem
3. Endodermis
Pembahasan
:
Dalam
praktikum mengenai jaringan pada akar dan batang monokotil dan dikotil,
pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop. Preparat yang telah
disediakan yaitu akar dan batang Zea mays
merupakan tumbuhan monokotil sedangkan
akar dan batang Arachis hypogea
merupakan tumbuhan dikotil.
Gambar
akar monokotil “Zea mays “
Gambar akar dikotil “Arachis
hypogea”
Pada
jaringan akar monokotil yang tampak yaitu empulur, floem, xylem,endodermis,
korteks, dan epidermis. Sedangkan akar dikotil yang tampak yaitu epidermis,
korteks, floem, xylem, dan empulur. Pengamatan yang dilakukan, bila di
bandingkan dengan referensi, empulur terdapat pada akar seperti tumbuhan
monokotil yang tidak membentuk xilem dipusat akar. Dapat dilihat data
pengamatan tersebut, bahwa akar dikotil memiliki bagian empulur, hal tersebut
kemungkinan kesalahan dalam menentukan bagian-bagiannya.
Menurut (
Campbell,
2003
) Perbedaan
antara akar dikotil dan monokotil adalah terletak pada susunan berkas pembuluhnya.
Pada akar dikotil berkas pembuluh xilem memencar seperti jari-jari dari pusat
roda hal ini dapat diartikan bahwa letak pembuluh angkut pada akar dikotil ini
tersebar,
sedangkan pada akar
monokotil letak pembuluh floem dan xilemnya bergantian didalam stele yang dapat
diartikan bahwa letak pembuluh pada akar monokotil adalah teratur.
Pada korteks akar tumbuhan monokotil biasanya terdapat skelerenkim. Protofloem
akar tumbuhan dikotil tidak mempunyai sel pengiring sedangkan metafloem
mempunyai.
Gambar batang monokotil “Zea mays “ Gambar batang dikotil “Arachis hypogea”
Pada jaringan
batang monokotil yang tampak yaitu epidermis, korteks, floem, xylem, dan
empulur. Sedangkan batang dikotil yang tampak yaitu epidermis, korteks, dan
endodermis, floem dan xylem tidak terlihat jelas pada objek. Perbedaan susunan
keduanya terletak pada letak jaringan pembuluh yaitu xylem dan floem.
Pada batang Zea mays, jaringan pembuluh terletak di
seluruh jaringan dasar (tersebar), sehingga tumbuhan monokotil tidak mempunyai
kambium. Hal ini sesuai
dengan teori yakni dikemukakan ( Budi. 2008 ) yaitu Pada stele
monokotil terdapat ikatan pembuluh yang menyebar dan bertipe kolateral tertutup yang artinya
di antara xilem dan floem tidak ditemukan kambium.
Tidak adanya
kambium pada Monokotil menyebabkan batang Monokotil tidak dapat tumbuh
membesar, dengan perkataan lain tidak terjadi pertumbuhan menebal sekunder.
Meskipun demikian, ada Monokotil yang dapat mengadakan pertumbuhan menebal
sekunder, misalnya pada pohon Hanjuang (Cordyline sp) dan pohon Nenas
seberang (Agave sp).
Pada batang Arachis hypogea,
jaringan dewasa primer berasal dari sistem apikal ( protoderm, ground meristem,
dan prokambium ) dan terdiri dari jaringan epidermis, korteks, endodermis, dan
ikatan pembuluh ( floem, xylem, dan kambium ).
Menurut ( Salisbury, 1995 ) yaitu irisan
melintang batang monokotil yang khas. bila diperhatikan gambar yang di kajian
pustaka mengenai irisan melintang tersebut, dimana berkas pembuluh yang
tersebar pada jaringan dasar empulur. Masing-masingnya dikelilingi sebuah
seludang sel. Sedangkan pada irisan melintang batang dikotil herba yang khas.
Pada gambar yang di kajian pustaka mengenai irisan melintang dikotil ini,
berkas pembuluh membentuk sebuah cincin dengan empulur dibagian dalam dan
korteks ( khususnya dengan sel kolenkima yang bersudut tebal pada irisan
melintang ) dibagian luar di bawah epidermis.
Pada batang
monokotil dan dikotil, biasanya ( tapi tidak selalu ) xylem berada disebelah
dalam floem.
Preparat segar
yang diambil di sekitar kampus atau di depan laboratorium pendidikan biologi,
yang dijadikan awetan segar yaitu akar dan batang Caladium sp. Bila dilihat hasil pengamatan yang dilakukan, akar dan
batangnya merupakan tumbuhan monokotil. Akar monokotil ini dengan bagian-bagian
yang tampak yaitu epidermis dan korteks, sedangkan pada batang monokotilnya
yang tampak yaitu epidermis, korteks, endodermis, floem, dan xylem.
Gambar akar monokotil “Caladium sp. “ Gambar batang monokotil
“Caladium sp.”
Pada pengamatan yang dilakukan, akar Caladium sp. Bagian-bagiannya tidak
terlalu jelas, hal ini dikarenakan menurut ( Mita Nurwanti, J. Djoko Budiono,
Rinie Pratiwi P. 2013 ) yaitu sayatan pada bagian perisikel kemungkinan kurang
tipis dan pada organ batang yang diambil masih muda sehingga kambium masih
belum terlihat jelas karena masih pada perkembangan struktur primer. Endodermis
tidak terlihat karena epidermis hanya terdiri dari satu sel saja dan ukurannya
lebih kecil dari parenkim sehingga sulit diamati.
Gambar
preparat awetan kering
Gambar
preparat awetan segar
Bila dibandingkan awetan kering dengan awetan segar
yaitu pada awetan yang segar, sulit dalam menentukan bagiannya hal ini
dikarenakan dalam mengiris suatu objek menjadi irisan-irisan yang tipis
merupakan pekerjaan yang sulit, memerlukan kesabaran dan keterampilan latihan
serta ketelitian. Walaupun demikian, awetan segar seharusnya mudah untuk di
amati karena preparat yang digunakan masih hidup/segar dan awetan segar
tersebut masih memiliki sedikit pergerakan pada sitoplasmanya, bila
dibandingkan dengan awetan kering.
KESIMPULAN
Perbedaan antara preparat awetan akar dan monokotil
tumbuhan Zea mays, dan akar dan batang dikotil
tumbuhan Arachis hypogaea terletak
pada susunan ikatan pembuluhnya. Pada batang dikotil ikatan pembuluhnya adalah
koleteral terbuka dan letaknya teratur sedangkan pada akar dikotil letak berkas
pembuluhnya tersebar dan bertipe koleteral tertutup. Untuk tumbuhan monokotil, batangnya berupa ikatan
pembuluh yang kolateral
tertutup dan letaknya tersebar sedangkan pada akar monokotil letak berkas
pembuluhnya tersebar dan bertipe koleteral tertutup. Pada preparat segar batang Caladium sp. yang merupakan preparat segar. batang
tumbuhan monokotil ikatan pembuluhnya kolateral tertutup dan letak berkas
pembuluhnya tersebar.
Sedangkan pada akar Caladium sp. belum terlihat jelas
bagian-bagiannya karena sayatan pada bagian perisikel kemungkinan
kurang tipis. Perbandingan
antara awetan kering dengan awetan segar yaitu pada awetan segar masih
memiliki sedikit pergerakan pada sitoplasmanya, bila dibandingkan dengan awetan
kering. Dalam pembuatan awetan segar harus diperhatikan dalam mengiris suatu
objek menjadi irisan-irisan yang tipis merupakan pekerjaan yang sulit,
memerlukan kesabaran dan keterampilan latihan serta ketelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Arif. 2010. Biologi. Jakarta: Yudhistira.
Budi. 2008 .
Batang Dikotil Dan Monokotil . http:
//setracrew.multipl.com/journal /item/12 .
diakses tanggal 12 april 2013.
Campbell.
2003. Biologi Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
David. 2013. Anatomy Morphology http://generalhorticulture.tamu.edu/HORT604/.../AnatomyMorphology.pdf.
diakses tanggal 12 april 2013.
Lakitan. 2007 . Dasar-dasar
Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Mir Abid.
2007. African Journal of
Plant Science. Volume 2. Halaman 1. Available online at
http://www.academicjournals.org/AJPS. ISSN 1996-0824 © 2008 Academic Journals.
Mita.
2013. Pemanfaatan Filtrat Daun Muda Jati Sebagai Bahan Pewarna
Alternatif Dalam Pembuatan Preparat Jaringan Tumbuhan. http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioedu. diakses tanggal
12 april 2013.
Salisbury.
1995. Fisiologi tumbuhan jilid 1.
Bandung: ITB.
Suradinata.
1998. Struktur Tumbuhan. Bandung: Angkasa.
Zhao. 2005. The
Xylem
and Phloem Transcriptomes from Secondary Tissues of the Arabidopsis
Root-Hypocotyl1 . http://jxb.oxfordjournals.org /content/51 /351/1721 . full . diakses tanggal 12 april 2013.
LAMPIRAN
1. Apakah
perbedaan letak jaringan pada tumbuhan monokotil dan dikotil baik pada akar
maupun batang?
Jawab:
Letak perbedaannya adalah pada
tumbuhan dikotil letak jaringannya beraturan sedangkan pada tumbuhan monokotil
tidak beraturan dan ada atau tidaknya kambium dan letak
dari berkas pembuluh angkut.
2. Bagaimana
air masuk ke dalam xilem?
Jawab : Secara osmosis (simplas) dan difusi
(apoplas) melalui dinding selnya.
3. Jelaskan
bagaimana air masuk ke dalam xilem melalui beberapa jaringan akar!
Jawab
: Pertama-tama air diserap oleh rambut akar dengan cara osmosis, kemudian air
masuk dengan cara difusi didaerah simplas selanjutnya melewati
corpus
(apoplas) dan korteks
menuju silinder pusat tapi terlebih dahulu melewati endodermis yang terletak di
antara korteks dan stele (silinder pusat). Dimana di endodermis terdapat pita
kaspari. Setelah itu air pun diterima oleh xilem dan diangkut ke daun.
4. Bagaimana
hasil pengamatan pada preparat segar dengan preparat awetan?
Jawab:
Bila dibandingkan awetan kering dengan awetan segar yaitu pada awetan yang segar, sulit dalam menentukan
bagiannya hal ini dikarenakan dalam mengiris suatu objek menjadi irisan-irisan
yang tipis merupakan pekerjaan yang sulit, memerlukan kesabaran dan
keterampilan latihan serta ketelitian. Walaupun demikian, awetan segar
seharusnya mudah untuk di amati karena preparat yang digunakan masih
hidup/segar dan awetan segar tersebut masih memiliki sedikit pergerakan pada
sitoplasmanya, bila dibandingkan dengan awetan kering.
LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI
TUMBUHAN
“ JARINGAN PADA AKAR DAN BATANG
MONOKOTIL DAN DIKOTIL “
OLEH
RISFI
PRATIWI SUTRISNO (F16111004)
PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013
ABSTRAK
Tumbuhan adalah tonggak dari sebagian besar ekosistem
terestrial. Kajian mengenai tumbuhan muncul dari kemampuan awal manusia untuk
bisa membedakan antara tumbuhan yang bisa dimakan dan tumbuhan yang beracun.
Biologi tumbuhan modern selalu mengadakan perkembangan sehingga pada masa
sekarang ini tumbuhan tidak hanya dibedakan berdasarkan tumbuhan yang bisa
dimakan atau tidak, tetapi tumbuhan pada saat ini dibedakan berdasarkan banyak
hal, salah satunya adalah berdasarkan
ada atau tidak adanya kambium sehingga tumbuhan dibedakan menjadi
tumbuhan dikotil dan tumbuhan monokotil.
Tumbuhan
dikotil merupakan tumbuhan yang berkambium yang dapat mengadakan pertumbuhan sekunder sedangkan tumbuhan
monokotil tidak memiliki kambium. Selain hal tersebut perbedaan juga terdapat
pada tipe ikatan pembuluh pada batang dikotil memiliki ikatan pembuluh bertipe
koleteral terbuka dan bikolateral yang letaknya teratur sedangkan monokotil
tipe pembuluhnya adalah koleteral tertutup atau amphivasal yang letak ikatan
pembulunya tersebar. Ikatan pembuluh akar dikotil letaknya tersebar sedangkan
monokotil letak ikatan pembuluhnya sangat teratur.
Kata kunci : Batang dan Akar
dikotil dan monokotil, Bertipe Koleteral Terbuka, Bertipe Koleteral
Tertutup.
PENDAHULUAN
Pada
batang dikotil, jaringan dewasa primer berasal dari sistem apikal (protoderm,
ground meristem, dan procambium) dan terdiri dari jaringan epidermis, korteks,
endodermis, dan ikatan pembuluh (floem, xylem, dan kambium). Pada tumbuhan
dikotil terdapat kambium. Adanya kambium dikotil dapat mengadakan pertumbuhan
sekunder dan periderm. Pada batang monokotil, jaringan permanen primer selain
dari meristem apikal juga berasal dari meristem interkalar. Jaringan monokotil
primer terdiri dari jaringan dasar fundamental dimana letak ikatan pembuluh
terbesar. Pada batang monokotil tidak terdapat kambium, kecuali pada beberapa
spesies. Karena itu tidak mempunyai jaringan sekunder, walaupun tidak dapat
mengadakan pertumbuhan sekunder, batang monokotil dapat mempunyai batang yang
besar karena adanya pertumbuhan meristem menebal. Pada anatomi batang dikotil
dan monokotil tersebut, memiliki perbedaan pada tipe ikatan pembuluh pada
batang. Pada dikotil, tipe ikatan pembuluhnya yaitu tipe kolateral terbuka dan
bikolateral. Sedangkan pada monokotil, tipe ikatan pembuluhnya yaitu bertipe
kolateral tertutup yang umumnya di bungkus oleh sarung sklerenkim. Susunan
anatomi akar lebih sederhana daripada susunan anatomi batang walaupun susunan
anatomi akar bervariasi. Pada penampang melintang akar primer dijumpai tiga
sistem jaringan pokok yaitu epidermis, korteks, dan sistem jaringan pengangkut.
Di ujung akar terdapat bagian akar primer yang lain, yaitu akar yang berfungsi
melindungi promeristem akar. Berdasarkan hal
tersebut, tujuan dari percobaan ini yaitu mempelajari sistem jaringan pada
batang dikotil dan monokotil serta pada akar tumbuhan, mempelajari tipe berkas
pengangkut pada batang dikotil dan monokotil serta pada akar tumbuhan, dan
mempelajari tipe stele pada batang dikotil dan monokotil serta pada akar
tumbuhan. Pada pengamatan preparat segar, tujuannya yaitu mengamati
slide awetan akar dan batang tumbuhan monokotil dan dikotil dan membuat
preparat segar dengan menggunakan tumbuhan dikotil dan monokotil yang ada
disekitar kampus atau disekitar laboratorium pendidikan biologi.
Tanaman
memproduksi semua struktur ini melalui pertumbuhan dari kelompok diskrit sel
membagi disebut meristem. Jaringan herba adalah pertumbuhan panjang dari meristem
apikal, yang terjadi pada akhir setiap tunas dan akar, dan meristem kabisat di
dasar daun rumput. Jaringan kayu ini disebabkan pertumbuhan diameter dari kambium
vaskular, yang memproduksi xilem sekunder (kayu) dan floem, dan phellogen, yang
menghasilkan periderm (kulit kayu). Hampir semua tanaman kita bertumbuh dalam
hortikultura adalah monokotil (daun linier, contoh Rumput, jagung, dracaena,
dan kelapa), dikotil (tanaman berdaun lebar, contoh Oak, selada, apel) atau
gymnosperma (daun sebagai jarum dan skala ,contoh pinus, juniper). Anatomi
internal monokotil, dikotil dan gymnosperma kadang-kadang sama dan
kadang-kadang berbeda.
STEM
ANATOMI
Herba
monokotil - Pertumbuhan Primer
ANATOMI
AKAR
Herba
dikotil, Gymnosperm atau monokotil - Pertumbuhan Primer
( David, 2013 ) .
Filogenetik
studi angiosperma berdasarkan teknik RAPD untuk menemukan pemecahan dikotil
monokotil-dan tingkat perbedaan genetik di antara garis keturunan yang berbeda
dari tanaman angiospermic jelas menunjukkan bahwa sementara monokotil membentuk
clade semua dikotil tidak membentuk kelompok yang berbeda yang terpisah dari
monokotil. Sebaliknya, monokotil yang tertanam dalam clade garis keturunan
percabangan awal tanaman berbunga, biasanya disebut sebagai magnoliids, yang
semuanya memiliki karakteristik dikotil tradisional (Ray, 1703). Cabang-cabang
awal angiosperma, termasuk monokotil, ditandai dengan jenis serbuk sari yang
berasal dari ini bentuk tunggal-bukaan (Cronquist, A. 1981). Gulnel (Tinospora
cordifolia V-3) adalah eudicot (APG sistem II, 2003) dan membentuk clade yang
berbeda terpisah dari monokotil dan dikotil. Eudicots ditandai dengan serbuk
sari yang biasanya memiliki tiga lubang tidak ada struktur morfologi atau
anatomi lain yang menandai kelompok ini telah diidentifikasi, meskipun
pengelompokan eudicots sangat didukung oleh analisis berdasarkan data urutan
DNA (Soltis dan Soltis. 1999). Hasil kami mengkonfirmasi semua kesimpulan
sebelumnya diusulkan oleh Ray (1703) yang pertama kali diidentifikasi sebagai
kelompok monokotil, sebagian besar didasarkan pada kepemilikan mereka kotiledon
tunggal. Temuan ini menunjukkan bahwa tidak ada perpecahan dikotil
monokotil-dikotil bukan tidak membentuk kelompok monofiletik (mereka tidak
mengandung semua keturunan nenek moyang mereka) dan ditolak sebagai kelompok
formal, beberapa dikotil lebih mirip dengan monokotil dari mereka dikotil ke
lain paraphyletic, monokotil dapat didefinisikan oleh beberapa synapomorphies
sedangkan eudicots membentuk kelompok monofiletik. Mutasi menumpuk pada tingkat
konstan sepanjang sistem kehidupan (hipotesis jam molekuler), dalam penelitian
kami dapat diamati bahwa hal yang sama berlaku untuk berkembang pesat markes
(penghapusan dan duplikasi dalam genom) terdeteksi dengan teknik RAPD. Ahli botani
lama berteori bahwa monokotil berasal dari kelompok kuno dikotil selama
diversifikasi awal angiosperma (Donoghue dan Doyle, 1989). Pohon filogenetik
hubungan yang berasal dari data molekuler didasarkan pada teknik RAPD
mengkonfirmasi hipotesis ini berlangsung lama dan menentukan dikotil kerabat
dekat mungkin dari monokotil. ( Mir Abid, 2007 ) .
Morfologi
dasar tumbuhan menunjukan evolusinya sebagai organisme terrestrial. Suatu
tumbuhan darat harus menempati dua lingkungan yang
berbeda, yaitu tanah dan udara. Tanah menyediakan air dan mineral, udara
merupakan sumber utama CO2, namun cahaya tidak bisa menembus
jauh kedalam tanah. Solusi evolusioner terhadap pemisahan sumber daya ini
adalah diferensiasi tubuh tumbuhan menjadi dua system utama, yaitu system akar
(root system) yang berada dibawah permukaan tanah dan system tunas (shoot
system) yang berada diatas permukaan tanah yang terdiri dari batang, daun, dan
bunga. Banyak tumbuhan dikotil
memiliki system akar tunggang (taproot) yang terdiri dari satu akar vertical
yang besar (akar tunggangnya) yang menghasilkan banyak akar lateral yang lebih
kecil. Monokotil, yang meliputi rumput-rumputan, umumnya memiliki system akar
serabut (fibrous root) yang terdiri dari suatu anyaman akar yang mirip benang,
yang menyebar di bawah permukaan tanah.
( Campbell, 2003 ) .
Pada akar
dikotil maupun monokotil sel-sel yang berada dilapisan paling luar akar adalah
epidermis. Sel-sel ini umumnya berbentuk agak pipih.beberapa sel epidermis
membentuk suatu tonjolan yang panjang yang dikenal sebagai bulu akar. Bulu-bulu
akar ini menyusup diantara partikel-partikel tanah hingga memperluas permukaan
kontak antara akar dengan tanah. Hal ini akan lebih memacu penyerapan air oleh
akar karena semakin banyak bagian matrik tanah yang di jangkau oleh akar. Lapisan sel setelah epidermis adalah sel-sel korteks
yang memiliki ukuran yang relative besar dan berdinding tipis. Dinding sel
korteks ini sangat parmeabel, sehingga besar kemungkinan air dari permukaan
akar bergerak menuju pembuluh xilem melalui dinding sel-sel korteks ini. Lapisan paling dalam pada korteks adalah endodermis,
yaitu suatu silender setebal satu sel yang membentuk perbatasan antara korteks
dan stele. ( Lakitan, 2007 ) .
Pada batang herba, tumbuhan dikotil mempunyai berkas
pembuluh dengan xilem dan floem terbuka. Sedangkan pada tumbuhan monokotil
sering tertutup. Berkas pembuluh terbuka berarti terbuka untuk tumbuh, sebab
berkas tersebut mempunyai selapis sel kambium yang dapat menghasilkan xilem dan
floem sekunder. Berkas pembuluh tertutup tidak mempunyai kambium seperti itu,
dan juga tertutup dalam arti bahwa berkas tersebut sering dikelilingi oleh
seludang berkas yang terdiri dari sel serat berdinding tebal. Berkas pembuluh
pada monokotil tersebar secara khas, hampir secara acak, pada empulur (seperti
pada jagung), tapi kadang (pada gandum dan jenis rumputan lain, yang batangnya
berongga) membentuk cincin yang hampir serupa dengan pada batang dikotil.
Irisan melintang
batang monokotil yang khas
Irisan melintang batang dikotil herba
yang khas
( Salisbury, 1995 ) .
Jaringan penyokong atau jaringan penguat pada
tumbuhan terdiri atas sel-sel kolenkim dan sklerenkim. Kedua bentuk jaringan
ini merupakan jaringan sederhana, karena sel-sel penyusunnya hanya terdiri atas
satu tipe sel. Kolenkim terdiri atas sel-sel berdinding tebal sebagai jaringan
penyokong, sangat berhubungan erat dengan parenkim. Kolenkim seperti halnya
parenkim masih mempunyai protoplas, mampu mengadakan aktivitas meristematis.
Dinding selnya merupakan dinding primer, tidak berlignin. Kolenkim berbeda dengan
jaringan penyokong lainnya yaitu dengan sklerenkim dalam hal struktur dinding
dan kondisi protoplas. Kolenkim mempunyai dinding yang lunak, plastis, dinding
primer yang tidak berlignin, mempunyai protoplas yang aktif, mampu
menghilangkan penebalan dinding jika sel diinduksi untuk aktivitas
meristematis, seperti pembentukan kambium gabus atau kalau ada rangsangan luka.
Sklerenkim mempunyai dinding yang keras, kaku, dinding sekunder yang biasanya
berlignin. Dinding sekunder terdapat pada sel-sel untuk mengalirkan air dari
xilem, dan sering terdapat pula pada sel-sel parenkim xilem. Selain itu sel-sel
parenkim dalam daerah jaringan lainnya dapat pula bersifat sklereid (sclereid)
yang berfungsi untuk mengalirkan air batasannya tidak begitu jelas. (Suradinata,
1998) .
Antara xilem
dan floem terdapat kambium
intravasikuler, pada perkembangan selanjutnya jaringan parenkim yang
terdapat di antara berkas pembuluh angkut juga berubah menjadi kambium, yang
disebut kambium intervasikuler. Keduanya
dapat mengadakan pertumbuhan sekunder yang mengakibatkan bertambah besarnya
diameter batang. Pada
tumbuhan Dikotil, berkayu keras dan hidupnya menahun, pertumbuhan menebal
sekunder tidak berlangsung terus-menerus, tetapi hanya pada saat air dan zat
hara tersedia cukup, sedang pada musim kering tidak terjadi pertumbuhan
sehingga pertumbuhan menebalnya pada batang tampak berlapis-lapis, setiap lapis
menunjukkan aktivitas pertumbuhan selama satu tahun, lapis-lapis lingkaran
tersebut dinamakan Lingkaran Tahun. ( Zhao, 2005 ) .
Kambium pada preparat batang Pluchea indica tidak
terlihat karena organ batang Pluchea indica yang diambil masih muda
sehingga kambium masih belum terlihat jelas karena masih pada perkembangan
struktur primer (Gambar 1). Selain itu pada dikotil basah seperti Pluchea
indica ini aktivitas pembelahan kambium tidak sepesat pada dikotil
berkayu sehingga sering kali tidak tampak, lebih-lebih bila sedang
tidak membelah. Jaringan yang paling efektif menyerap warna dan
terwarnai pada preparat batang Pluchea indica adalah parenkim
karena dinding sel parenkim yang lebih tipis dibandingkan sklerenkim
sehingga pewarna mudah masuk.
Penampang
melintang batang Plucea indica
Perisikel
pada preparat akar Glycine max tidak terlihat karena sayatan pada bagian
perisikel kemungkinan kurang tipis. Mengiris suatu obyek menjadi irisan-irisan
yang tipis merupakan pekerjaan yang sulit, memerlukan kesabaran dan
keterampilan disamping latihan. Selain itu pewarnaan pada bagian stele tidak menimbulkan
kontras karena semua terlihat merah dengan intensitas penyerapan warna yang
sama sehingga sulit untuk membedakan dan mengidentifikasi jaringan pada bagian
stele termasuk perisikel. Parenkim dan floem pada preparat batang Panicum sp
tidak menyerap warna dan tidak terwarnai menurut penelaah, tetapi menurut
peneliti terwarnai meskipun intensitas pewarnaannya tidak setajam sklerenkim.
Selain itu kemungkinan pewarna filtrat daun muda jati tidak dapat mewarnai jaringan
secara permanen sehingga saat penelaah mengamati preparat tersebut pewarnanya
sudah mulai pudar. Epidermis pada preparat akar Ordchidae tidak terwarnai
karena yang terwarnai adalah velamen. Pada akar Ordchidae epidermisnya
berlapis-lapis dan disebut velamen. Endodermis tidak terlihat karena epidermis
hanya terdiri dari satu sel saja dan ukurannya lebih kecil dari parenkim
sehingga sulit diamati. Endodermis menurut peneliti terwarnai tetapi intensitas
pewarnaannya sama dengan perisikel sehingga sulit membedakan diantara keduanya.
( Mita, 2013 ) .
Jaringan parenkim dijumpai pada kulit batang, kulit
akar, daging, daun, daging buah dan endosperm. Bentuk sel parenkim
bermacam-macam. Sel parenkim yang mengandung klorofil disebut klorenkim,
yang mengandung rongga-rongga udara disebut aerenkim. Penyimpanan
cadangan makanan dan air oleh tubuh tumbuhan dilakukan oleh jaringan parenkim. ( Arif, 2010 ) .
METODOLOGI
Praktikum
mengenai jaringan pada akar dan batang monokotil dan dikotil, dilaksanakan pada
tanggal 11 april 2013 di laboratorium pendidikan biologi, fakultas keguruan dan
ilmu pendidikan, universitas tanjungpura pontianak, pukul 07.30-selesai WIB.
Adapun
alat dan bahan yang digunakan saat praktikum ini, yaitu Alat yang digunakan
berupa mikroskop, silet, pipet tetes, beaker glass, gelas objek, dan kaca
penutup. Sedangkan bahan yang digunakan berupa preparat akar dan batang
monokotil Zea mays, preparat akar dan
batang dikotil Arachis hypogea,
preparat segar akar dan batang monokotil Caladium
sp dan air.
Metode
pada praktikum ini yaitu preparat yang telah disiapkan berupa preparat akar dan
batang monokotil Zea mays, preparat
akar dan batang dikotil Arachis hypogea
kemudian diamati dengan mikroskop dari perbesaran lemah hingga perbesaran yang
kuat. Setelah jaringan akar dan batang yang tampak, digambar dan diberi
keterangan. Pada preparat segar berupa preparat segar akar dan batang monokotil
Caladium sp, kemudian akar dan batang
masing-masing disiapkan untuk disayat setipis mungkin dengan silet dan
diletakkan pada gelas objek dan ditetesi dengan air secukupnya serta ditutup
dengan kaca penutup. Kemudian diamati dengan mikroskop dengan perbesaran yang lemah
ke perbesaran yang besar. Kemudian diamati jaringan akar dan batang yang
tampak, digambar dan diberi keterangan.
DATA DAN PEMBAHASAN
Data
Pengamatan :
a. Preparat
akar Zea mays ( Monokotil )
Perbesaran
10×10
Keterangan
: 1. Empulur 4.
Endodermis
2. Floem 5. Korteks
3. Xylem 6. Epidermis
b. Preparat
batang Zea mays ( Monokotil )
Perbesaran
4×10
Keterangan
: 1.Epidermis 4.
Xylem
2. Korteks 5.
Empulur
3. Floem
c.
Preparat akar Arachis hypogea ( Dikotil )
Perbesaran
10×10
Keterangan
: 1.Epidermis 4.
Xylem
2. Korteks 5.
Empulur
3. Floem
d. Preparat
batang Arachis hypogea ( Dikotil )
Perbesaran
10×10
Keterangan
: 1.Epidermis
2. Korteks
3. Endodermis
-
Floem dan Xylem tidak terlihat jelas di objek.
e. Preparat
segar
Akar
Caladium sp. ( Monokotil )
Perbesaran
4×10
Keterangan
: 1. Epidermis
2. Korteks
f. Preparat segar
Batang
Caladium sp. ( Monokotil )
Perbesaran
4×10
Keterangan
: 1.Epidermis 4.
Floem
2. Korteks 5.
Xylem
3. Endodermis
Pembahasan
:
Dalam
praktikum mengenai jaringan pada akar dan batang monokotil dan dikotil,
pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop. Preparat yang telah
disediakan yaitu akar dan batang Zea mays
merupakan tumbuhan monokotil sedangkan
akar dan batang Arachis hypogea
merupakan tumbuhan dikotil.
Gambar
akar monokotil “Zea mays “
Gambar akar dikotil “Arachis
hypogea”
Pada
jaringan akar monokotil yang tampak yaitu empulur, floem, xylem,endodermis,
korteks, dan epidermis. Sedangkan akar dikotil yang tampak yaitu epidermis,
korteks, floem, xylem, dan empulur. Pengamatan yang dilakukan, bila di
bandingkan dengan referensi, empulur terdapat pada akar seperti tumbuhan
monokotil yang tidak membentuk xilem dipusat akar. Dapat dilihat data
pengamatan tersebut, bahwa akar dikotil memiliki bagian empulur, hal tersebut
kemungkinan kesalahan dalam menentukan bagian-bagiannya.
Menurut (
Campbell,
2003
) Perbedaan
antara akar dikotil dan monokotil adalah terletak pada susunan berkas pembuluhnya.
Pada akar dikotil berkas pembuluh xilem memencar seperti jari-jari dari pusat
roda hal ini dapat diartikan bahwa letak pembuluh angkut pada akar dikotil ini
tersebar,
sedangkan pada akar
monokotil letak pembuluh floem dan xilemnya bergantian didalam stele yang dapat
diartikan bahwa letak pembuluh pada akar monokotil adalah teratur.
Pada korteks akar tumbuhan monokotil biasanya terdapat skelerenkim. Protofloem
akar tumbuhan dikotil tidak mempunyai sel pengiring sedangkan metafloem
mempunyai.
Gambar batang monokotil “Zea mays “ Gambar batang dikotil “Arachis hypogea”
Pada jaringan
batang monokotil yang tampak yaitu epidermis, korteks, floem, xylem, dan
empulur. Sedangkan batang dikotil yang tampak yaitu epidermis, korteks, dan
endodermis, floem dan xylem tidak terlihat jelas pada objek. Perbedaan susunan
keduanya terletak pada letak jaringan pembuluh yaitu xylem dan floem.
Pada batang Zea mays, jaringan pembuluh terletak di
seluruh jaringan dasar (tersebar), sehingga tumbuhan monokotil tidak mempunyai
kambium. Hal ini sesuai
dengan teori yakni dikemukakan ( Budi. 2008 ) yaitu Pada stele
monokotil terdapat ikatan pembuluh yang menyebar dan bertipe kolateral tertutup yang artinya
di antara xilem dan floem tidak ditemukan kambium.
Tidak adanya
kambium pada Monokotil menyebabkan batang Monokotil tidak dapat tumbuh
membesar, dengan perkataan lain tidak terjadi pertumbuhan menebal sekunder.
Meskipun demikian, ada Monokotil yang dapat mengadakan pertumbuhan menebal
sekunder, misalnya pada pohon Hanjuang (Cordyline sp) dan pohon Nenas
seberang (Agave sp).
Pada batang Arachis hypogea,
jaringan dewasa primer berasal dari sistem apikal ( protoderm, ground meristem,
dan prokambium ) dan terdiri dari jaringan epidermis, korteks, endodermis, dan
ikatan pembuluh ( floem, xylem, dan kambium ).
Menurut ( Salisbury, 1995 ) yaitu irisan
melintang batang monokotil yang khas. bila diperhatikan gambar yang di kajian
pustaka mengenai irisan melintang tersebut, dimana berkas pembuluh yang
tersebar pada jaringan dasar empulur. Masing-masingnya dikelilingi sebuah
seludang sel. Sedangkan pada irisan melintang batang dikotil herba yang khas.
Pada gambar yang di kajian pustaka mengenai irisan melintang dikotil ini,
berkas pembuluh membentuk sebuah cincin dengan empulur dibagian dalam dan
korteks ( khususnya dengan sel kolenkima yang bersudut tebal pada irisan
melintang ) dibagian luar di bawah epidermis.
Pada batang
monokotil dan dikotil, biasanya ( tapi tidak selalu ) xylem berada disebelah
dalam floem.
Preparat segar
yang diambil di sekitar kampus atau di depan laboratorium pendidikan biologi,
yang dijadikan awetan segar yaitu akar dan batang Caladium sp. Bila dilihat hasil pengamatan yang dilakukan, akar dan
batangnya merupakan tumbuhan monokotil. Akar monokotil ini dengan bagian-bagian
yang tampak yaitu epidermis dan korteks, sedangkan pada batang monokotilnya
yang tampak yaitu epidermis, korteks, endodermis, floem, dan xylem.
Gambar akar monokotil “Caladium sp. “ Gambar batang monokotil
“Caladium sp.”
Pada pengamatan yang dilakukan, akar Caladium sp. Bagian-bagiannya tidak
terlalu jelas, hal ini dikarenakan menurut ( Mita Nurwanti, J. Djoko Budiono,
Rinie Pratiwi P. 2013 ) yaitu sayatan pada bagian perisikel kemungkinan kurang
tipis dan pada organ batang yang diambil masih muda sehingga kambium masih
belum terlihat jelas karena masih pada perkembangan struktur primer. Endodermis
tidak terlihat karena epidermis hanya terdiri dari satu sel saja dan ukurannya
lebih kecil dari parenkim sehingga sulit diamati.
Gambar
preparat awetan kering
Gambar
preparat awetan segar
Bila dibandingkan awetan kering dengan awetan segar
yaitu pada awetan yang segar, sulit dalam menentukan bagiannya hal ini
dikarenakan dalam mengiris suatu objek menjadi irisan-irisan yang tipis
merupakan pekerjaan yang sulit, memerlukan kesabaran dan keterampilan latihan
serta ketelitian. Walaupun demikian, awetan segar seharusnya mudah untuk di
amati karena preparat yang digunakan masih hidup/segar dan awetan segar
tersebut masih memiliki sedikit pergerakan pada sitoplasmanya, bila
dibandingkan dengan awetan kering.
KESIMPULAN
Perbedaan antara preparat awetan akar dan monokotil
tumbuhan Zea mays, dan akar dan batang dikotil
tumbuhan Arachis hypogaea terletak
pada susunan ikatan pembuluhnya. Pada batang dikotil ikatan pembuluhnya adalah
koleteral terbuka dan letaknya teratur sedangkan pada akar dikotil letak berkas
pembuluhnya tersebar dan bertipe koleteral tertutup. Untuk tumbuhan monokotil, batangnya berupa ikatan
pembuluh yang kolateral
tertutup dan letaknya tersebar sedangkan pada akar monokotil letak berkas
pembuluhnya tersebar dan bertipe koleteral tertutup. Pada preparat segar batang Caladium sp. yang merupakan preparat segar. batang
tumbuhan monokotil ikatan pembuluhnya kolateral tertutup dan letak berkas
pembuluhnya tersebar.
Sedangkan pada akar Caladium sp. belum terlihat jelas
bagian-bagiannya karena sayatan pada bagian perisikel kemungkinan
kurang tipis. Perbandingan
antara awetan kering dengan awetan segar yaitu pada awetan segar masih
memiliki sedikit pergerakan pada sitoplasmanya, bila dibandingkan dengan awetan
kering. Dalam pembuatan awetan segar harus diperhatikan dalam mengiris suatu
objek menjadi irisan-irisan yang tipis merupakan pekerjaan yang sulit,
memerlukan kesabaran dan keterampilan latihan serta ketelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Arif. 2010. Biologi. Jakarta: Yudhistira.
Budi. 2008 .
Batang Dikotil Dan Monokotil . http:
//setracrew.multipl.com/journal /item/12 .
diakses tanggal 12 april 2013.
Campbell.
2003. Biologi Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
David. 2013. Anatomy Morphology http://generalhorticulture.tamu.edu/HORT604/.../AnatomyMorphology.pdf.
diakses tanggal 12 april 2013.
Lakitan. 2007 . Dasar-dasar
Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Mir Abid.
2007. African Journal of
Plant Science. Volume 2. Halaman 1. Available online at
http://www.academicjournals.org/AJPS. ISSN 1996-0824 © 2008 Academic Journals.
Mita.
2013. Pemanfaatan Filtrat Daun Muda Jati Sebagai Bahan Pewarna
Alternatif Dalam Pembuatan Preparat Jaringan Tumbuhan. http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioedu. diakses tanggal
12 april 2013.
Salisbury.
1995. Fisiologi tumbuhan jilid 1.
Bandung: ITB.
Suradinata.
1998. Struktur Tumbuhan. Bandung: Angkasa.
Zhao. 2005. The
Xylem
and Phloem Transcriptomes from Secondary Tissues of the Arabidopsis
Root-Hypocotyl1 . http://jxb.oxfordjournals.org /content/51 /351/1721 . full . diakses tanggal 12 april 2013.
LAMPIRAN
1. Apakah
perbedaan letak jaringan pada tumbuhan monokotil dan dikotil baik pada akar
maupun batang?
Jawab:
Letak perbedaannya adalah pada
tumbuhan dikotil letak jaringannya beraturan sedangkan pada tumbuhan monokotil
tidak beraturan dan ada atau tidaknya kambium dan letak
dari berkas pembuluh angkut.
2. Bagaimana
air masuk ke dalam xilem?
Jawab : Secara osmosis (simplas) dan difusi
(apoplas) melalui dinding selnya.
3. Jelaskan
bagaimana air masuk ke dalam xilem melalui beberapa jaringan akar!
Jawab
: Pertama-tama air diserap oleh rambut akar dengan cara osmosis, kemudian air
masuk dengan cara difusi didaerah simplas selanjutnya melewati
corpus
(apoplas) dan korteks
menuju silinder pusat tapi terlebih dahulu melewati endodermis yang terletak di
antara korteks dan stele (silinder pusat). Dimana di endodermis terdapat pita
kaspari. Setelah itu air pun diterima oleh xilem dan diangkut ke daun.
4. Bagaimana
hasil pengamatan pada preparat segar dengan preparat awetan?
Jawab:
Bila dibandingkan awetan kering dengan awetan segar yaitu pada awetan yang segar, sulit dalam menentukan
bagiannya hal ini dikarenakan dalam mengiris suatu objek menjadi irisan-irisan
yang tipis merupakan pekerjaan yang sulit, memerlukan kesabaran dan
keterampilan latihan serta ketelitian. Walaupun demikian, awetan segar
seharusnya mudah untuk di amati karena preparat yang digunakan masih
hidup/segar dan awetan segar tersebut masih memiliki sedikit pergerakan pada
sitoplasmanya, bila dibandingkan dengan awetan kering.
LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI
TUMBUHAN
“ JARINGAN PADA AKAR DAN BATANG
MONOKOTIL DAN DIKOTIL “
OLEH
RISFI
PRATIWI SUTRISNO (F16111004)
PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013
ABSTRAK
Tumbuhan adalah tonggak dari sebagian besar ekosistem
terestrial. Kajian mengenai tumbuhan muncul dari kemampuan awal manusia untuk
bisa membedakan antara tumbuhan yang bisa dimakan dan tumbuhan yang beracun.
Biologi tumbuhan modern selalu mengadakan perkembangan sehingga pada masa
sekarang ini tumbuhan tidak hanya dibedakan berdasarkan tumbuhan yang bisa
dimakan atau tidak, tetapi tumbuhan pada saat ini dibedakan berdasarkan banyak
hal, salah satunya adalah berdasarkan
ada atau tidak adanya kambium sehingga tumbuhan dibedakan menjadi
tumbuhan dikotil dan tumbuhan monokotil.
Tumbuhan
dikotil merupakan tumbuhan yang berkambium yang dapat mengadakan pertumbuhan sekunder sedangkan tumbuhan
monokotil tidak memiliki kambium. Selain hal tersebut perbedaan juga terdapat
pada tipe ikatan pembuluh pada batang dikotil memiliki ikatan pembuluh bertipe
koleteral terbuka dan bikolateral yang letaknya teratur sedangkan monokotil
tipe pembuluhnya adalah koleteral tertutup atau amphivasal yang letak ikatan
pembulunya tersebar. Ikatan pembuluh akar dikotil letaknya tersebar sedangkan
monokotil letak ikatan pembuluhnya sangat teratur.
Kata kunci : Batang dan Akar
dikotil dan monokotil, Bertipe Koleteral Terbuka, Bertipe Koleteral
Tertutup.
PENDAHULUAN
Pada
batang dikotil, jaringan dewasa primer berasal dari sistem apikal (protoderm,
ground meristem, dan procambium) dan terdiri dari jaringan epidermis, korteks,
endodermis, dan ikatan pembuluh (floem, xylem, dan kambium). Pada tumbuhan
dikotil terdapat kambium. Adanya kambium dikotil dapat mengadakan pertumbuhan
sekunder dan periderm. Pada batang monokotil, jaringan permanen primer selain
dari meristem apikal juga berasal dari meristem interkalar. Jaringan monokotil
primer terdiri dari jaringan dasar fundamental dimana letak ikatan pembuluh
terbesar. Pada batang monokotil tidak terdapat kambium, kecuali pada beberapa
spesies. Karena itu tidak mempunyai jaringan sekunder, walaupun tidak dapat
mengadakan pertumbuhan sekunder, batang monokotil dapat mempunyai batang yang
besar karena adanya pertumbuhan meristem menebal. Pada anatomi batang dikotil
dan monokotil tersebut, memiliki perbedaan pada tipe ikatan pembuluh pada
batang. Pada dikotil, tipe ikatan pembuluhnya yaitu tipe kolateral terbuka dan
bikolateral. Sedangkan pada monokotil, tipe ikatan pembuluhnya yaitu bertipe
kolateral tertutup yang umumnya di bungkus oleh sarung sklerenkim. Susunan
anatomi akar lebih sederhana daripada susunan anatomi batang walaupun susunan
anatomi akar bervariasi. Pada penampang melintang akar primer dijumpai tiga
sistem jaringan pokok yaitu epidermis, korteks, dan sistem jaringan pengangkut.
Di ujung akar terdapat bagian akar primer yang lain, yaitu akar yang berfungsi
melindungi promeristem akar. Berdasarkan hal
tersebut, tujuan dari percobaan ini yaitu mempelajari sistem jaringan pada
batang dikotil dan monokotil serta pada akar tumbuhan, mempelajari tipe berkas
pengangkut pada batang dikotil dan monokotil serta pada akar tumbuhan, dan
mempelajari tipe stele pada batang dikotil dan monokotil serta pada akar
tumbuhan. Pada pengamatan preparat segar, tujuannya yaitu mengamati
slide awetan akar dan batang tumbuhan monokotil dan dikotil dan membuat
preparat segar dengan menggunakan tumbuhan dikotil dan monokotil yang ada
disekitar kampus atau disekitar laboratorium pendidikan biologi.
Tanaman
memproduksi semua struktur ini melalui pertumbuhan dari kelompok diskrit sel
membagi disebut meristem. Jaringan herba adalah pertumbuhan panjang dari meristem
apikal, yang terjadi pada akhir setiap tunas dan akar, dan meristem kabisat di
dasar daun rumput. Jaringan kayu ini disebabkan pertumbuhan diameter dari kambium
vaskular, yang memproduksi xilem sekunder (kayu) dan floem, dan phellogen, yang
menghasilkan periderm (kulit kayu). Hampir semua tanaman kita bertumbuh dalam
hortikultura adalah monokotil (daun linier, contoh Rumput, jagung, dracaena,
dan kelapa), dikotil (tanaman berdaun lebar, contoh Oak, selada, apel) atau
gymnosperma (daun sebagai jarum dan skala ,contoh pinus, juniper). Anatomi
internal monokotil, dikotil dan gymnosperma kadang-kadang sama dan
kadang-kadang berbeda.
STEM
ANATOMI
Herba
monokotil - Pertumbuhan Primer
ANATOMI
AKAR
Herba
dikotil, Gymnosperm atau monokotil - Pertumbuhan Primer
( David, 2013 ) .
Filogenetik
studi angiosperma berdasarkan teknik RAPD untuk menemukan pemecahan dikotil
monokotil-dan tingkat perbedaan genetik di antara garis keturunan yang berbeda
dari tanaman angiospermic jelas menunjukkan bahwa sementara monokotil membentuk
clade semua dikotil tidak membentuk kelompok yang berbeda yang terpisah dari
monokotil. Sebaliknya, monokotil yang tertanam dalam clade garis keturunan
percabangan awal tanaman berbunga, biasanya disebut sebagai magnoliids, yang
semuanya memiliki karakteristik dikotil tradisional (Ray, 1703). Cabang-cabang
awal angiosperma, termasuk monokotil, ditandai dengan jenis serbuk sari yang
berasal dari ini bentuk tunggal-bukaan (Cronquist, A. 1981). Gulnel (Tinospora
cordifolia V-3) adalah eudicot (APG sistem II, 2003) dan membentuk clade yang
berbeda terpisah dari monokotil dan dikotil. Eudicots ditandai dengan serbuk
sari yang biasanya memiliki tiga lubang tidak ada struktur morfologi atau
anatomi lain yang menandai kelompok ini telah diidentifikasi, meskipun
pengelompokan eudicots sangat didukung oleh analisis berdasarkan data urutan
DNA (Soltis dan Soltis. 1999). Hasil kami mengkonfirmasi semua kesimpulan
sebelumnya diusulkan oleh Ray (1703) yang pertama kali diidentifikasi sebagai
kelompok monokotil, sebagian besar didasarkan pada kepemilikan mereka kotiledon
tunggal. Temuan ini menunjukkan bahwa tidak ada perpecahan dikotil
monokotil-dikotil bukan tidak membentuk kelompok monofiletik (mereka tidak
mengandung semua keturunan nenek moyang mereka) dan ditolak sebagai kelompok
formal, beberapa dikotil lebih mirip dengan monokotil dari mereka dikotil ke
lain paraphyletic, monokotil dapat didefinisikan oleh beberapa synapomorphies
sedangkan eudicots membentuk kelompok monofiletik. Mutasi menumpuk pada tingkat
konstan sepanjang sistem kehidupan (hipotesis jam molekuler), dalam penelitian
kami dapat diamati bahwa hal yang sama berlaku untuk berkembang pesat markes
(penghapusan dan duplikasi dalam genom) terdeteksi dengan teknik RAPD. Ahli botani
lama berteori bahwa monokotil berasal dari kelompok kuno dikotil selama
diversifikasi awal angiosperma (Donoghue dan Doyle, 1989). Pohon filogenetik
hubungan yang berasal dari data molekuler didasarkan pada teknik RAPD
mengkonfirmasi hipotesis ini berlangsung lama dan menentukan dikotil kerabat
dekat mungkin dari monokotil. ( Mir Abid, 2007 ) .
Morfologi
dasar tumbuhan menunjukan evolusinya sebagai organisme terrestrial. Suatu
tumbuhan darat harus menempati dua lingkungan yang
berbeda, yaitu tanah dan udara. Tanah menyediakan air dan mineral, udara
merupakan sumber utama CO2, namun cahaya tidak bisa menembus
jauh kedalam tanah. Solusi evolusioner terhadap pemisahan sumber daya ini
adalah diferensiasi tubuh tumbuhan menjadi dua system utama, yaitu system akar
(root system) yang berada dibawah permukaan tanah dan system tunas (shoot
system) yang berada diatas permukaan tanah yang terdiri dari batang, daun, dan
bunga. Banyak tumbuhan dikotil
memiliki system akar tunggang (taproot) yang terdiri dari satu akar vertical
yang besar (akar tunggangnya) yang menghasilkan banyak akar lateral yang lebih
kecil. Monokotil, yang meliputi rumput-rumputan, umumnya memiliki system akar
serabut (fibrous root) yang terdiri dari suatu anyaman akar yang mirip benang,
yang menyebar di bawah permukaan tanah.
( Campbell, 2003 ) .
Pada akar
dikotil maupun monokotil sel-sel yang berada dilapisan paling luar akar adalah
epidermis. Sel-sel ini umumnya berbentuk agak pipih.beberapa sel epidermis
membentuk suatu tonjolan yang panjang yang dikenal sebagai bulu akar. Bulu-bulu
akar ini menyusup diantara partikel-partikel tanah hingga memperluas permukaan
kontak antara akar dengan tanah. Hal ini akan lebih memacu penyerapan air oleh
akar karena semakin banyak bagian matrik tanah yang di jangkau oleh akar. Lapisan sel setelah epidermis adalah sel-sel korteks
yang memiliki ukuran yang relative besar dan berdinding tipis. Dinding sel
korteks ini sangat parmeabel, sehingga besar kemungkinan air dari permukaan
akar bergerak menuju pembuluh xilem melalui dinding sel-sel korteks ini. Lapisan paling dalam pada korteks adalah endodermis,
yaitu suatu silender setebal satu sel yang membentuk perbatasan antara korteks
dan stele. ( Lakitan, 2007 ) .
Pada batang herba, tumbuhan dikotil mempunyai berkas
pembuluh dengan xilem dan floem terbuka. Sedangkan pada tumbuhan monokotil
sering tertutup. Berkas pembuluh terbuka berarti terbuka untuk tumbuh, sebab
berkas tersebut mempunyai selapis sel kambium yang dapat menghasilkan xilem dan
floem sekunder. Berkas pembuluh tertutup tidak mempunyai kambium seperti itu,
dan juga tertutup dalam arti bahwa berkas tersebut sering dikelilingi oleh
seludang berkas yang terdiri dari sel serat berdinding tebal. Berkas pembuluh
pada monokotil tersebar secara khas, hampir secara acak, pada empulur (seperti
pada jagung), tapi kadang (pada gandum dan jenis rumputan lain, yang batangnya
berongga) membentuk cincin yang hampir serupa dengan pada batang dikotil.
Irisan melintang
batang monokotil yang khas
Irisan melintang batang dikotil herba
yang khas
( Salisbury, 1995 ) .
Jaringan penyokong atau jaringan penguat pada
tumbuhan terdiri atas sel-sel kolenkim dan sklerenkim. Kedua bentuk jaringan
ini merupakan jaringan sederhana, karena sel-sel penyusunnya hanya terdiri atas
satu tipe sel. Kolenkim terdiri atas sel-sel berdinding tebal sebagai jaringan
penyokong, sangat berhubungan erat dengan parenkim. Kolenkim seperti halnya
parenkim masih mempunyai protoplas, mampu mengadakan aktivitas meristematis.
Dinding selnya merupakan dinding primer, tidak berlignin. Kolenkim berbeda dengan
jaringan penyokong lainnya yaitu dengan sklerenkim dalam hal struktur dinding
dan kondisi protoplas. Kolenkim mempunyai dinding yang lunak, plastis, dinding
primer yang tidak berlignin, mempunyai protoplas yang aktif, mampu
menghilangkan penebalan dinding jika sel diinduksi untuk aktivitas
meristematis, seperti pembentukan kambium gabus atau kalau ada rangsangan luka.
Sklerenkim mempunyai dinding yang keras, kaku, dinding sekunder yang biasanya
berlignin. Dinding sekunder terdapat pada sel-sel untuk mengalirkan air dari
xilem, dan sering terdapat pula pada sel-sel parenkim xilem. Selain itu sel-sel
parenkim dalam daerah jaringan lainnya dapat pula bersifat sklereid (sclereid)
yang berfungsi untuk mengalirkan air batasannya tidak begitu jelas. (Suradinata,
1998) .
Antara xilem
dan floem terdapat kambium
intravasikuler, pada perkembangan selanjutnya jaringan parenkim yang
terdapat di antara berkas pembuluh angkut juga berubah menjadi kambium, yang
disebut kambium intervasikuler. Keduanya
dapat mengadakan pertumbuhan sekunder yang mengakibatkan bertambah besarnya
diameter batang. Pada
tumbuhan Dikotil, berkayu keras dan hidupnya menahun, pertumbuhan menebal
sekunder tidak berlangsung terus-menerus, tetapi hanya pada saat air dan zat
hara tersedia cukup, sedang pada musim kering tidak terjadi pertumbuhan
sehingga pertumbuhan menebalnya pada batang tampak berlapis-lapis, setiap lapis
menunjukkan aktivitas pertumbuhan selama satu tahun, lapis-lapis lingkaran
tersebut dinamakan Lingkaran Tahun. ( Zhao, 2005 ) .
Kambium pada preparat batang Pluchea indica tidak
terlihat karena organ batang Pluchea indica yang diambil masih muda
sehingga kambium masih belum terlihat jelas karena masih pada perkembangan
struktur primer (Gambar 1). Selain itu pada dikotil basah seperti Pluchea
indica ini aktivitas pembelahan kambium tidak sepesat pada dikotil
berkayu sehingga sering kali tidak tampak, lebih-lebih bila sedang
tidak membelah. Jaringan yang paling efektif menyerap warna dan
terwarnai pada preparat batang Pluchea indica adalah parenkim
karena dinding sel parenkim yang lebih tipis dibandingkan sklerenkim
sehingga pewarna mudah masuk.
Penampang
melintang batang Plucea indica
Perisikel
pada preparat akar Glycine max tidak terlihat karena sayatan pada bagian
perisikel kemungkinan kurang tipis. Mengiris suatu obyek menjadi irisan-irisan
yang tipis merupakan pekerjaan yang sulit, memerlukan kesabaran dan
keterampilan disamping latihan. Selain itu pewarnaan pada bagian stele tidak menimbulkan
kontras karena semua terlihat merah dengan intensitas penyerapan warna yang
sama sehingga sulit untuk membedakan dan mengidentifikasi jaringan pada bagian
stele termasuk perisikel. Parenkim dan floem pada preparat batang Panicum sp
tidak menyerap warna dan tidak terwarnai menurut penelaah, tetapi menurut
peneliti terwarnai meskipun intensitas pewarnaannya tidak setajam sklerenkim.
Selain itu kemungkinan pewarna filtrat daun muda jati tidak dapat mewarnai jaringan
secara permanen sehingga saat penelaah mengamati preparat tersebut pewarnanya
sudah mulai pudar. Epidermis pada preparat akar Ordchidae tidak terwarnai
karena yang terwarnai adalah velamen. Pada akar Ordchidae epidermisnya
berlapis-lapis dan disebut velamen. Endodermis tidak terlihat karena epidermis
hanya terdiri dari satu sel saja dan ukurannya lebih kecil dari parenkim
sehingga sulit diamati. Endodermis menurut peneliti terwarnai tetapi intensitas
pewarnaannya sama dengan perisikel sehingga sulit membedakan diantara keduanya.
( Mita, 2013 ) .
Jaringan parenkim dijumpai pada kulit batang, kulit
akar, daging, daun, daging buah dan endosperm. Bentuk sel parenkim
bermacam-macam. Sel parenkim yang mengandung klorofil disebut klorenkim,
yang mengandung rongga-rongga udara disebut aerenkim. Penyimpanan
cadangan makanan dan air oleh tubuh tumbuhan dilakukan oleh jaringan parenkim. ( Arif, 2010 ) .
METODOLOGI
Praktikum
mengenai jaringan pada akar dan batang monokotil dan dikotil, dilaksanakan pada
tanggal 11 april 2013 di laboratorium pendidikan biologi, fakultas keguruan dan
ilmu pendidikan, universitas tanjungpura pontianak, pukul 07.30-selesai WIB.
Adapun
alat dan bahan yang digunakan saat praktikum ini, yaitu Alat yang digunakan
berupa mikroskop, silet, pipet tetes, beaker glass, gelas objek, dan kaca
penutup. Sedangkan bahan yang digunakan berupa preparat akar dan batang
monokotil Zea mays, preparat akar dan
batang dikotil Arachis hypogea,
preparat segar akar dan batang monokotil Caladium
sp dan air.
Metode
pada praktikum ini yaitu preparat yang telah disiapkan berupa preparat akar dan
batang monokotil Zea mays, preparat
akar dan batang dikotil Arachis hypogea
kemudian diamati dengan mikroskop dari perbesaran lemah hingga perbesaran yang
kuat. Setelah jaringan akar dan batang yang tampak, digambar dan diberi
keterangan. Pada preparat segar berupa preparat segar akar dan batang monokotil
Caladium sp, kemudian akar dan batang
masing-masing disiapkan untuk disayat setipis mungkin dengan silet dan
diletakkan pada gelas objek dan ditetesi dengan air secukupnya serta ditutup
dengan kaca penutup. Kemudian diamati dengan mikroskop dengan perbesaran yang lemah
ke perbesaran yang besar. Kemudian diamati jaringan akar dan batang yang
tampak, digambar dan diberi keterangan.
DATA DAN PEMBAHASAN
Data
Pengamatan :
a. Preparat
akar Zea mays ( Monokotil )
Perbesaran
10×10
Keterangan
: 1. Empulur 4.
Endodermis
2. Floem 5. Korteks
3. Xylem 6. Epidermis
b. Preparat
batang Zea mays ( Monokotil )
Perbesaran
4×10
Keterangan
: 1.Epidermis 4.
Xylem
2. Korteks 5.
Empulur
3. Floem
c.
Preparat akar Arachis hypogea ( Dikotil )
Perbesaran
10×10
Keterangan
: 1.Epidermis 4.
Xylem
2. Korteks 5.
Empulur
3. Floem
d. Preparat
batang Arachis hypogea ( Dikotil )
Perbesaran
10×10
Keterangan
: 1.Epidermis
2. Korteks
3. Endodermis
-
Floem dan Xylem tidak terlihat jelas di objek.
e. Preparat
segar
Akar
Caladium sp. ( Monokotil )
Perbesaran
4×10
Keterangan
: 1. Epidermis
2. Korteks
f. Preparat segar
Batang
Caladium sp. ( Monokotil )
Perbesaran
4×10
Keterangan
: 1.Epidermis 4.
Floem
2. Korteks 5.
Xylem
3. Endodermis
Pembahasan
:
Dalam
praktikum mengenai jaringan pada akar dan batang monokotil dan dikotil,
pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop. Preparat yang telah
disediakan yaitu akar dan batang Zea mays
merupakan tumbuhan monokotil sedangkan
akar dan batang Arachis hypogea
merupakan tumbuhan dikotil.
Gambar
akar monokotil “Zea mays “
Gambar akar dikotil “Arachis
hypogea”
Pada
jaringan akar monokotil yang tampak yaitu empulur, floem, xylem,endodermis,
korteks, dan epidermis. Sedangkan akar dikotil yang tampak yaitu epidermis,
korteks, floem, xylem, dan empulur. Pengamatan yang dilakukan, bila di
bandingkan dengan referensi, empulur terdapat pada akar seperti tumbuhan
monokotil yang tidak membentuk xilem dipusat akar. Dapat dilihat data
pengamatan tersebut, bahwa akar dikotil memiliki bagian empulur, hal tersebut
kemungkinan kesalahan dalam menentukan bagian-bagiannya.
Menurut (
Campbell,
2003
) Perbedaan
antara akar dikotil dan monokotil adalah terletak pada susunan berkas pembuluhnya.
Pada akar dikotil berkas pembuluh xilem memencar seperti jari-jari dari pusat
roda hal ini dapat diartikan bahwa letak pembuluh angkut pada akar dikotil ini
tersebar,
sedangkan pada akar
monokotil letak pembuluh floem dan xilemnya bergantian didalam stele yang dapat
diartikan bahwa letak pembuluh pada akar monokotil adalah teratur.
Pada korteks akar tumbuhan monokotil biasanya terdapat skelerenkim. Protofloem
akar tumbuhan dikotil tidak mempunyai sel pengiring sedangkan metafloem
mempunyai.
Gambar batang monokotil “Zea mays “ Gambar batang dikotil “Arachis hypogea”
Pada jaringan
batang monokotil yang tampak yaitu epidermis, korteks, floem, xylem, dan
empulur. Sedangkan batang dikotil yang tampak yaitu epidermis, korteks, dan
endodermis, floem dan xylem tidak terlihat jelas pada objek. Perbedaan susunan
keduanya terletak pada letak jaringan pembuluh yaitu xylem dan floem.
Pada batang Zea mays, jaringan pembuluh terletak di
seluruh jaringan dasar (tersebar), sehingga tumbuhan monokotil tidak mempunyai
kambium. Hal ini sesuai
dengan teori yakni dikemukakan ( Budi. 2008 ) yaitu Pada stele
monokotil terdapat ikatan pembuluh yang menyebar dan bertipe kolateral tertutup yang artinya
di antara xilem dan floem tidak ditemukan kambium.
Tidak adanya
kambium pada Monokotil menyebabkan batang Monokotil tidak dapat tumbuh
membesar, dengan perkataan lain tidak terjadi pertumbuhan menebal sekunder.
Meskipun demikian, ada Monokotil yang dapat mengadakan pertumbuhan menebal
sekunder, misalnya pada pohon Hanjuang (Cordyline sp) dan pohon Nenas
seberang (Agave sp).
Pada batang Arachis hypogea,
jaringan dewasa primer berasal dari sistem apikal ( protoderm, ground meristem,
dan prokambium ) dan terdiri dari jaringan epidermis, korteks, endodermis, dan
ikatan pembuluh ( floem, xylem, dan kambium ).
Menurut ( Salisbury, 1995 ) yaitu irisan
melintang batang monokotil yang khas. bila diperhatikan gambar yang di kajian
pustaka mengenai irisan melintang tersebut, dimana berkas pembuluh yang
tersebar pada jaringan dasar empulur. Masing-masingnya dikelilingi sebuah
seludang sel. Sedangkan pada irisan melintang batang dikotil herba yang khas.
Pada gambar yang di kajian pustaka mengenai irisan melintang dikotil ini,
berkas pembuluh membentuk sebuah cincin dengan empulur dibagian dalam dan
korteks ( khususnya dengan sel kolenkima yang bersudut tebal pada irisan
melintang ) dibagian luar di bawah epidermis.
Pada batang
monokotil dan dikotil, biasanya ( tapi tidak selalu ) xylem berada disebelah
dalam floem.
Preparat segar
yang diambil di sekitar kampus atau di depan laboratorium pendidikan biologi,
yang dijadikan awetan segar yaitu akar dan batang Caladium sp. Bila dilihat hasil pengamatan yang dilakukan, akar dan
batangnya merupakan tumbuhan monokotil. Akar monokotil ini dengan bagian-bagian
yang tampak yaitu epidermis dan korteks, sedangkan pada batang monokotilnya
yang tampak yaitu epidermis, korteks, endodermis, floem, dan xylem.
Gambar akar monokotil “Caladium sp. “ Gambar batang monokotil
“Caladium sp.”
Pada pengamatan yang dilakukan, akar Caladium sp. Bagian-bagiannya tidak
terlalu jelas, hal ini dikarenakan menurut ( Mita Nurwanti, J. Djoko Budiono,
Rinie Pratiwi P. 2013 ) yaitu sayatan pada bagian perisikel kemungkinan kurang
tipis dan pada organ batang yang diambil masih muda sehingga kambium masih
belum terlihat jelas karena masih pada perkembangan struktur primer. Endodermis
tidak terlihat karena epidermis hanya terdiri dari satu sel saja dan ukurannya
lebih kecil dari parenkim sehingga sulit diamati.
Gambar
preparat awetan kering
Gambar
preparat awetan segar
Bila dibandingkan awetan kering dengan awetan segar
yaitu pada awetan yang segar, sulit dalam menentukan bagiannya hal ini
dikarenakan dalam mengiris suatu objek menjadi irisan-irisan yang tipis
merupakan pekerjaan yang sulit, memerlukan kesabaran dan keterampilan latihan
serta ketelitian. Walaupun demikian, awetan segar seharusnya mudah untuk di
amati karena preparat yang digunakan masih hidup/segar dan awetan segar
tersebut masih memiliki sedikit pergerakan pada sitoplasmanya, bila
dibandingkan dengan awetan kering.
KESIMPULAN
Perbedaan antara preparat awetan akar dan monokotil
tumbuhan Zea mays, dan akar dan batang dikotil
tumbuhan Arachis hypogaea terletak
pada susunan ikatan pembuluhnya. Pada batang dikotil ikatan pembuluhnya adalah
koleteral terbuka dan letaknya teratur sedangkan pada akar dikotil letak berkas
pembuluhnya tersebar dan bertipe koleteral tertutup. Untuk tumbuhan monokotil, batangnya berupa ikatan
pembuluh yang kolateral
tertutup dan letaknya tersebar sedangkan pada akar monokotil letak berkas
pembuluhnya tersebar dan bertipe koleteral tertutup. Pada preparat segar batang Caladium sp. yang merupakan preparat segar. batang
tumbuhan monokotil ikatan pembuluhnya kolateral tertutup dan letak berkas
pembuluhnya tersebar.
Sedangkan pada akar Caladium sp. belum terlihat jelas
bagian-bagiannya karena sayatan pada bagian perisikel kemungkinan
kurang tipis. Perbandingan
antara awetan kering dengan awetan segar yaitu pada awetan segar masih
memiliki sedikit pergerakan pada sitoplasmanya, bila dibandingkan dengan awetan
kering. Dalam pembuatan awetan segar harus diperhatikan dalam mengiris suatu
objek menjadi irisan-irisan yang tipis merupakan pekerjaan yang sulit,
memerlukan kesabaran dan keterampilan latihan serta ketelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Arif. 2010. Biologi. Jakarta: Yudhistira.
Budi. 2008 .
Batang Dikotil Dan Monokotil . http:
//setracrew.multipl.com/journal /item/12 .
diakses tanggal 12 april 2013.
Campbell.
2003. Biologi Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
David. 2013. Anatomy Morphology http://generalhorticulture.tamu.edu/HORT604/.../AnatomyMorphology.pdf.
diakses tanggal 12 april 2013.
Lakitan. 2007 . Dasar-dasar
Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Mir Abid.
2007. African Journal of
Plant Science. Volume 2. Halaman 1. Available online at
http://www.academicjournals.org/AJPS. ISSN 1996-0824 © 2008 Academic Journals.
Mita.
2013. Pemanfaatan Filtrat Daun Muda Jati Sebagai Bahan Pewarna
Alternatif Dalam Pembuatan Preparat Jaringan Tumbuhan. http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioedu. diakses tanggal
12 april 2013.
Salisbury.
1995. Fisiologi tumbuhan jilid 1.
Bandung: ITB.
Suradinata.
1998. Struktur Tumbuhan. Bandung: Angkasa.
Zhao. 2005. The
Xylem
and Phloem Transcriptomes from Secondary Tissues of the Arabidopsis
Root-Hypocotyl1 . http://jxb.oxfordjournals.org /content/51 /351/1721 . full . diakses tanggal 12 april 2013.
LAMPIRAN
1. Apakah
perbedaan letak jaringan pada tumbuhan monokotil dan dikotil baik pada akar
maupun batang?
Jawab:
Letak perbedaannya adalah pada
tumbuhan dikotil letak jaringannya beraturan sedangkan pada tumbuhan monokotil
tidak beraturan dan ada atau tidaknya kambium dan letak
dari berkas pembuluh angkut.
2. Bagaimana
air masuk ke dalam xilem?
Jawab : Secara osmosis (simplas) dan difusi
(apoplas) melalui dinding selnya.
3. Jelaskan
bagaimana air masuk ke dalam xilem melalui beberapa jaringan akar!
Jawab
: Pertama-tama air diserap oleh rambut akar dengan cara osmosis, kemudian air
masuk dengan cara difusi didaerah simplas selanjutnya melewati
corpus
(apoplas) dan korteks
menuju silinder pusat tapi terlebih dahulu melewati endodermis yang terletak di
antara korteks dan stele (silinder pusat). Dimana di endodermis terdapat pita
kaspari. Setelah itu air pun diterima oleh xilem dan diangkut ke daun.
4. Bagaimana
hasil pengamatan pada preparat segar dengan preparat awetan?
Jawab:
Bila dibandingkan awetan kering dengan awetan segar yaitu pada awetan yang segar, sulit dalam menentukan
bagiannya hal ini dikarenakan dalam mengiris suatu objek menjadi irisan-irisan
yang tipis merupakan pekerjaan yang sulit, memerlukan kesabaran dan
keterampilan latihan serta ketelitian. Walaupun demikian, awetan segar
seharusnya mudah untuk di amati karena preparat yang digunakan masih
hidup/segar dan awetan segar tersebut masih memiliki sedikit pergerakan pada
sitoplasmanya, bila dibandingkan dengan awetan kering.
LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI
TUMBUHAN
“ JARINGAN PADA AKAR DAN BATANG
MONOKOTIL DAN DIKOTIL “
OLEH
RISFI
PRATIWI SUTRISNO (F16111004)
PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013
ABSTRAK
Tumbuhan adalah tonggak dari sebagian besar ekosistem
terestrial. Kajian mengenai tumbuhan muncul dari kemampuan awal manusia untuk
bisa membedakan antara tumbuhan yang bisa dimakan dan tumbuhan yang beracun.
Biologi tumbuhan modern selalu mengadakan perkembangan sehingga pada masa
sekarang ini tumbuhan tidak hanya dibedakan berdasarkan tumbuhan yang bisa
dimakan atau tidak, tetapi tumbuhan pada saat ini dibedakan berdasarkan banyak
hal, salah satunya adalah berdasarkan
ada atau tidak adanya kambium sehingga tumbuhan dibedakan menjadi
tumbuhan dikotil dan tumbuhan monokotil.
Tumbuhan
dikotil merupakan tumbuhan yang berkambium yang dapat mengadakan pertumbuhan sekunder sedangkan tumbuhan
monokotil tidak memiliki kambium. Selain hal tersebut perbedaan juga terdapat
pada tipe ikatan pembuluh pada batang dikotil memiliki ikatan pembuluh bertipe
koleteral terbuka dan bikolateral yang letaknya teratur sedangkan monokotil
tipe pembuluhnya adalah koleteral tertutup atau amphivasal yang letak ikatan
pembulunya tersebar. Ikatan pembuluh akar dikotil letaknya tersebar sedangkan
monokotil letak ikatan pembuluhnya sangat teratur.
Kata kunci : Batang dan Akar
dikotil dan monokotil, Bertipe Koleteral Terbuka, Bertipe Koleteral
Tertutup.
PENDAHULUAN
Pada
batang dikotil, jaringan dewasa primer berasal dari sistem apikal (protoderm,
ground meristem, dan procambium) dan terdiri dari jaringan epidermis, korteks,
endodermis, dan ikatan pembuluh (floem, xylem, dan kambium). Pada tumbuhan
dikotil terdapat kambium. Adanya kambium dikotil dapat mengadakan pertumbuhan
sekunder dan periderm. Pada batang monokotil, jaringan permanen primer selain
dari meristem apikal juga berasal dari meristem interkalar. Jaringan monokotil
primer terdiri dari jaringan dasar fundamental dimana letak ikatan pembuluh
terbesar. Pada batang monokotil tidak terdapat kambium, kecuali pada beberapa
spesies. Karena itu tidak mempunyai jaringan sekunder, walaupun tidak dapat
mengadakan pertumbuhan sekunder, batang monokotil dapat mempunyai batang yang
besar karena adanya pertumbuhan meristem menebal. Pada anatomi batang dikotil
dan monokotil tersebut, memiliki perbedaan pada tipe ikatan pembuluh pada
batang. Pada dikotil, tipe ikatan pembuluhnya yaitu tipe kolateral terbuka dan
bikolateral. Sedangkan pada monokotil, tipe ikatan pembuluhnya yaitu bertipe
kolateral tertutup yang umumnya di bungkus oleh sarung sklerenkim. Susunan
anatomi akar lebih sederhana daripada susunan anatomi batang walaupun susunan
anatomi akar bervariasi. Pada penampang melintang akar primer dijumpai tiga
sistem jaringan pokok yaitu epidermis, korteks, dan sistem jaringan pengangkut.
Di ujung akar terdapat bagian akar primer yang lain, yaitu akar yang berfungsi
melindungi promeristem akar. Berdasarkan hal
tersebut, tujuan dari percobaan ini yaitu mempelajari sistem jaringan pada
batang dikotil dan monokotil serta pada akar tumbuhan, mempelajari tipe berkas
pengangkut pada batang dikotil dan monokotil serta pada akar tumbuhan, dan
mempelajari tipe stele pada batang dikotil dan monokotil serta pada akar
tumbuhan. Pada pengamatan preparat segar, tujuannya yaitu mengamati
slide awetan akar dan batang tumbuhan monokotil dan dikotil dan membuat
preparat segar dengan menggunakan tumbuhan dikotil dan monokotil yang ada
disekitar kampus atau disekitar laboratorium pendidikan biologi.
Tanaman
memproduksi semua struktur ini melalui pertumbuhan dari kelompok diskrit sel
membagi disebut meristem. Jaringan herba adalah pertumbuhan panjang dari meristem
apikal, yang terjadi pada akhir setiap tunas dan akar, dan meristem kabisat di
dasar daun rumput. Jaringan kayu ini disebabkan pertumbuhan diameter dari kambium
vaskular, yang memproduksi xilem sekunder (kayu) dan floem, dan phellogen, yang
menghasilkan periderm (kulit kayu). Hampir semua tanaman kita bertumbuh dalam
hortikultura adalah monokotil (daun linier, contoh Rumput, jagung, dracaena,
dan kelapa), dikotil (tanaman berdaun lebar, contoh Oak, selada, apel) atau
gymnosperma (daun sebagai jarum dan skala ,contoh pinus, juniper). Anatomi
internal monokotil, dikotil dan gymnosperma kadang-kadang sama dan
kadang-kadang berbeda.
STEM
ANATOMI
Herba
monokotil - Pertumbuhan Primer
ANATOMI
AKAR
Herba
dikotil, Gymnosperm atau monokotil - Pertumbuhan Primer
( David, 2013 ) .
Filogenetik
studi angiosperma berdasarkan teknik RAPD untuk menemukan pemecahan dikotil
monokotil-dan tingkat perbedaan genetik di antara garis keturunan yang berbeda
dari tanaman angiospermic jelas menunjukkan bahwa sementara monokotil membentuk
clade semua dikotil tidak membentuk kelompok yang berbeda yang terpisah dari
monokotil. Sebaliknya, monokotil yang tertanam dalam clade garis keturunan
percabangan awal tanaman berbunga, biasanya disebut sebagai magnoliids, yang
semuanya memiliki karakteristik dikotil tradisional (Ray, 1703). Cabang-cabang
awal angiosperma, termasuk monokotil, ditandai dengan jenis serbuk sari yang
berasal dari ini bentuk tunggal-bukaan (Cronquist, A. 1981). Gulnel (Tinospora
cordifolia V-3) adalah eudicot (APG sistem II, 2003) dan membentuk clade yang
berbeda terpisah dari monokotil dan dikotil. Eudicots ditandai dengan serbuk
sari yang biasanya memiliki tiga lubang tidak ada struktur morfologi atau
anatomi lain yang menandai kelompok ini telah diidentifikasi, meskipun
pengelompokan eudicots sangat didukung oleh analisis berdasarkan data urutan
DNA (Soltis dan Soltis. 1999). Hasil kami mengkonfirmasi semua kesimpulan
sebelumnya diusulkan oleh Ray (1703) yang pertama kali diidentifikasi sebagai
kelompok monokotil, sebagian besar didasarkan pada kepemilikan mereka kotiledon
tunggal. Temuan ini menunjukkan bahwa tidak ada perpecahan dikotil
monokotil-dikotil bukan tidak membentuk kelompok monofiletik (mereka tidak
mengandung semua keturunan nenek moyang mereka) dan ditolak sebagai kelompok
formal, beberapa dikotil lebih mirip dengan monokotil dari mereka dikotil ke
lain paraphyletic, monokotil dapat didefinisikan oleh beberapa synapomorphies
sedangkan eudicots membentuk kelompok monofiletik. Mutasi menumpuk pada tingkat
konstan sepanjang sistem kehidupan (hipotesis jam molekuler), dalam penelitian
kami dapat diamati bahwa hal yang sama berlaku untuk berkembang pesat markes
(penghapusan dan duplikasi dalam genom) terdeteksi dengan teknik RAPD. Ahli botani
lama berteori bahwa monokotil berasal dari kelompok kuno dikotil selama
diversifikasi awal angiosperma (Donoghue dan Doyle, 1989). Pohon filogenetik
hubungan yang berasal dari data molekuler didasarkan pada teknik RAPD
mengkonfirmasi hipotesis ini berlangsung lama dan menentukan dikotil kerabat
dekat mungkin dari monokotil. ( Mir Abid, 2007 ) .
Morfologi
dasar tumbuhan menunjukan evolusinya sebagai organisme terrestrial. Suatu
tumbuhan darat harus menempati dua lingkungan yang
berbeda, yaitu tanah dan udara. Tanah menyediakan air dan mineral, udara
merupakan sumber utama CO2, namun cahaya tidak bisa menembus
jauh kedalam tanah. Solusi evolusioner terhadap pemisahan sumber daya ini
adalah diferensiasi tubuh tumbuhan menjadi dua system utama, yaitu system akar
(root system) yang berada dibawah permukaan tanah dan system tunas (shoot
system) yang berada diatas permukaan tanah yang terdiri dari batang, daun, dan
bunga. Banyak tumbuhan dikotil
memiliki system akar tunggang (taproot) yang terdiri dari satu akar vertical
yang besar (akar tunggangnya) yang menghasilkan banyak akar lateral yang lebih
kecil. Monokotil, yang meliputi rumput-rumputan, umumnya memiliki system akar
serabut (fibrous root) yang terdiri dari suatu anyaman akar yang mirip benang,
yang menyebar di bawah permukaan tanah.
( Campbell, 2003 ) .
Pada akar
dikotil maupun monokotil sel-sel yang berada dilapisan paling luar akar adalah
epidermis. Sel-sel ini umumnya berbentuk agak pipih.beberapa sel epidermis
membentuk suatu tonjolan yang panjang yang dikenal sebagai bulu akar. Bulu-bulu
akar ini menyusup diantara partikel-partikel tanah hingga memperluas permukaan
kontak antara akar dengan tanah. Hal ini akan lebih memacu penyerapan air oleh
akar karena semakin banyak bagian matrik tanah yang di jangkau oleh akar. Lapisan sel setelah epidermis adalah sel-sel korteks
yang memiliki ukuran yang relative besar dan berdinding tipis. Dinding sel
korteks ini sangat parmeabel, sehingga besar kemungkinan air dari permukaan
akar bergerak menuju pembuluh xilem melalui dinding sel-sel korteks ini. Lapisan paling dalam pada korteks adalah endodermis,
yaitu suatu silender setebal satu sel yang membentuk perbatasan antara korteks
dan stele. ( Lakitan, 2007 ) .
Pada batang herba, tumbuhan dikotil mempunyai berkas
pembuluh dengan xilem dan floem terbuka. Sedangkan pada tumbuhan monokotil
sering tertutup. Berkas pembuluh terbuka berarti terbuka untuk tumbuh, sebab
berkas tersebut mempunyai selapis sel kambium yang dapat menghasilkan xilem dan
floem sekunder. Berkas pembuluh tertutup tidak mempunyai kambium seperti itu,
dan juga tertutup dalam arti bahwa berkas tersebut sering dikelilingi oleh
seludang berkas yang terdiri dari sel serat berdinding tebal. Berkas pembuluh
pada monokotil tersebar secara khas, hampir secara acak, pada empulur (seperti
pada jagung), tapi kadang (pada gandum dan jenis rumputan lain, yang batangnya
berongga) membentuk cincin yang hampir serupa dengan pada batang dikotil.
Irisan melintang
batang monokotil yang khas
Irisan melintang batang dikotil herba
yang khas
( Salisbury, 1995 ) .
Jaringan penyokong atau jaringan penguat pada
tumbuhan terdiri atas sel-sel kolenkim dan sklerenkim. Kedua bentuk jaringan
ini merupakan jaringan sederhana, karena sel-sel penyusunnya hanya terdiri atas
satu tipe sel. Kolenkim terdiri atas sel-sel berdinding tebal sebagai jaringan
penyokong, sangat berhubungan erat dengan parenkim. Kolenkim seperti halnya
parenkim masih mempunyai protoplas, mampu mengadakan aktivitas meristematis.
Dinding selnya merupakan dinding primer, tidak berlignin. Kolenkim berbeda dengan
jaringan penyokong lainnya yaitu dengan sklerenkim dalam hal struktur dinding
dan kondisi protoplas. Kolenkim mempunyai dinding yang lunak, plastis, dinding
primer yang tidak berlignin, mempunyai protoplas yang aktif, mampu
menghilangkan penebalan dinding jika sel diinduksi untuk aktivitas
meristematis, seperti pembentukan kambium gabus atau kalau ada rangsangan luka.
Sklerenkim mempunyai dinding yang keras, kaku, dinding sekunder yang biasanya
berlignin. Dinding sekunder terdapat pada sel-sel untuk mengalirkan air dari
xilem, dan sering terdapat pula pada sel-sel parenkim xilem. Selain itu sel-sel
parenkim dalam daerah jaringan lainnya dapat pula bersifat sklereid (sclereid)
yang berfungsi untuk mengalirkan air batasannya tidak begitu jelas. (Suradinata,
1998) .
Antara xilem
dan floem terdapat kambium
intravasikuler, pada perkembangan selanjutnya jaringan parenkim yang
terdapat di antara berkas pembuluh angkut juga berubah menjadi kambium, yang
disebut kambium intervasikuler. Keduanya
dapat mengadakan pertumbuhan sekunder yang mengakibatkan bertambah besarnya
diameter batang. Pada
tumbuhan Dikotil, berkayu keras dan hidupnya menahun, pertumbuhan menebal
sekunder tidak berlangsung terus-menerus, tetapi hanya pada saat air dan zat
hara tersedia cukup, sedang pada musim kering tidak terjadi pertumbuhan
sehingga pertumbuhan menebalnya pada batang tampak berlapis-lapis, setiap lapis
menunjukkan aktivitas pertumbuhan selama satu tahun, lapis-lapis lingkaran
tersebut dinamakan Lingkaran Tahun. ( Zhao, 2005 ) .
Kambium pada preparat batang Pluchea indica tidak
terlihat karena organ batang Pluchea indica yang diambil masih muda
sehingga kambium masih belum terlihat jelas karena masih pada perkembangan
struktur primer (Gambar 1). Selain itu pada dikotil basah seperti Pluchea
indica ini aktivitas pembelahan kambium tidak sepesat pada dikotil
berkayu sehingga sering kali tidak tampak, lebih-lebih bila sedang
tidak membelah. Jaringan yang paling efektif menyerap warna dan
terwarnai pada preparat batang Pluchea indica adalah parenkim
karena dinding sel parenkim yang lebih tipis dibandingkan sklerenkim
sehingga pewarna mudah masuk.
Penampang
melintang batang Plucea indica
Perisikel
pada preparat akar Glycine max tidak terlihat karena sayatan pada bagian
perisikel kemungkinan kurang tipis. Mengiris suatu obyek menjadi irisan-irisan
yang tipis merupakan pekerjaan yang sulit, memerlukan kesabaran dan
keterampilan disamping latihan. Selain itu pewarnaan pada bagian stele tidak menimbulkan
kontras karena semua terlihat merah dengan intensitas penyerapan warna yang
sama sehingga sulit untuk membedakan dan mengidentifikasi jaringan pada bagian
stele termasuk perisikel. Parenkim dan floem pada preparat batang Panicum sp
tidak menyerap warna dan tidak terwarnai menurut penelaah, tetapi menurut
peneliti terwarnai meskipun intensitas pewarnaannya tidak setajam sklerenkim.
Selain itu kemungkinan pewarna filtrat daun muda jati tidak dapat mewarnai jaringan
secara permanen sehingga saat penelaah mengamati preparat tersebut pewarnanya
sudah mulai pudar. Epidermis pada preparat akar Ordchidae tidak terwarnai
karena yang terwarnai adalah velamen. Pada akar Ordchidae epidermisnya
berlapis-lapis dan disebut velamen. Endodermis tidak terlihat karena epidermis
hanya terdiri dari satu sel saja dan ukurannya lebih kecil dari parenkim
sehingga sulit diamati. Endodermis menurut peneliti terwarnai tetapi intensitas
pewarnaannya sama dengan perisikel sehingga sulit membedakan diantara keduanya.
( Mita, 2013 ) .
Jaringan parenkim dijumpai pada kulit batang, kulit
akar, daging, daun, daging buah dan endosperm. Bentuk sel parenkim
bermacam-macam. Sel parenkim yang mengandung klorofil disebut klorenkim,
yang mengandung rongga-rongga udara disebut aerenkim. Penyimpanan
cadangan makanan dan air oleh tubuh tumbuhan dilakukan oleh jaringan parenkim. ( Arif, 2010 ) .
METODOLOGI
Praktikum
mengenai jaringan pada akar dan batang monokotil dan dikotil, dilaksanakan pada
tanggal 11 april 2013 di laboratorium pendidikan biologi, fakultas keguruan dan
ilmu pendidikan, universitas tanjungpura pontianak, pukul 07.30-selesai WIB.
Adapun
alat dan bahan yang digunakan saat praktikum ini, yaitu Alat yang digunakan
berupa mikroskop, silet, pipet tetes, beaker glass, gelas objek, dan kaca
penutup. Sedangkan bahan yang digunakan berupa preparat akar dan batang
monokotil Zea mays, preparat akar dan
batang dikotil Arachis hypogea,
preparat segar akar dan batang monokotil Caladium
sp dan air.
Metode
pada praktikum ini yaitu preparat yang telah disiapkan berupa preparat akar dan
batang monokotil Zea mays, preparat
akar dan batang dikotil Arachis hypogea
kemudian diamati dengan mikroskop dari perbesaran lemah hingga perbesaran yang
kuat. Setelah jaringan akar dan batang yang tampak, digambar dan diberi
keterangan. Pada preparat segar berupa preparat segar akar dan batang monokotil
Caladium sp, kemudian akar dan batang
masing-masing disiapkan untuk disayat setipis mungkin dengan silet dan
diletakkan pada gelas objek dan ditetesi dengan air secukupnya serta ditutup
dengan kaca penutup. Kemudian diamati dengan mikroskop dengan perbesaran yang lemah
ke perbesaran yang besar. Kemudian diamati jaringan akar dan batang yang
tampak, digambar dan diberi keterangan.
DATA DAN PEMBAHASAN
Data
Pengamatan :
a. Preparat
akar Zea mays ( Monokotil )
Perbesaran
10×10
Keterangan
: 1. Empulur 4.
Endodermis
2. Floem 5. Korteks
3. Xylem 6. Epidermis
b. Preparat
batang Zea mays ( Monokotil )
Perbesaran
4×10
Keterangan
: 1.Epidermis 4.
Xylem
2. Korteks 5.
Empulur
3. Floem
c.
Preparat akar Arachis hypogea ( Dikotil )
Perbesaran
10×10
Keterangan
: 1.Epidermis 4.
Xylem
2. Korteks 5.
Empulur
3. Floem
d. Preparat
batang Arachis hypogea ( Dikotil )
Perbesaran
10×10
Keterangan
: 1.Epidermis
2. Korteks
3. Endodermis
-
Floem dan Xylem tidak terlihat jelas di objek.
e. Preparat
segar
Akar
Caladium sp. ( Monokotil )
Perbesaran
4×10
Keterangan
: 1. Epidermis
2. Korteks
f. Preparat segar
Batang
Caladium sp. ( Monokotil )
Perbesaran
4×10
Keterangan
: 1.Epidermis 4.
Floem
2. Korteks 5.
Xylem
3. Endodermis
Pembahasan
:
Dalam
praktikum mengenai jaringan pada akar dan batang monokotil dan dikotil,
pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop. Preparat yang telah
disediakan yaitu akar dan batang Zea mays
merupakan tumbuhan monokotil sedangkan
akar dan batang Arachis hypogea
merupakan tumbuhan dikotil.
Gambar
akar monokotil “Zea mays “
Gambar akar dikotil “Arachis
hypogea”
Pada
jaringan akar monokotil yang tampak yaitu empulur, floem, xylem,endodermis,
korteks, dan epidermis. Sedangkan akar dikotil yang tampak yaitu epidermis,
korteks, floem, xylem, dan empulur. Pengamatan yang dilakukan, bila di
bandingkan dengan referensi, empulur terdapat pada akar seperti tumbuhan
monokotil yang tidak membentuk xilem dipusat akar. Dapat dilihat data
pengamatan tersebut, bahwa akar dikotil memiliki bagian empulur, hal tersebut
kemungkinan kesalahan dalam menentukan bagian-bagiannya.
Menurut (
Campbell,
2003
) Perbedaan
antara akar dikotil dan monokotil adalah terletak pada susunan berkas pembuluhnya.
Pada akar dikotil berkas pembuluh xilem memencar seperti jari-jari dari pusat
roda hal ini dapat diartikan bahwa letak pembuluh angkut pada akar dikotil ini
tersebar,
sedangkan pada akar
monokotil letak pembuluh floem dan xilemnya bergantian didalam stele yang dapat
diartikan bahwa letak pembuluh pada akar monokotil adalah teratur.
Pada korteks akar tumbuhan monokotil biasanya terdapat skelerenkim. Protofloem
akar tumbuhan dikotil tidak mempunyai sel pengiring sedangkan metafloem
mempunyai.
Gambar batang monokotil “Zea mays “ Gambar batang dikotil “Arachis hypogea”
Pada jaringan
batang monokotil yang tampak yaitu epidermis, korteks, floem, xylem, dan
empulur. Sedangkan batang dikotil yang tampak yaitu epidermis, korteks, dan
endodermis, floem dan xylem tidak terlihat jelas pada objek. Perbedaan susunan
keduanya terletak pada letak jaringan pembuluh yaitu xylem dan floem.
Pada batang Zea mays, jaringan pembuluh terletak di
seluruh jaringan dasar (tersebar), sehingga tumbuhan monokotil tidak mempunyai
kambium. Hal ini sesuai
dengan teori yakni dikemukakan ( Budi. 2008 ) yaitu Pada stele
monokotil terdapat ikatan pembuluh yang menyebar dan bertipe kolateral tertutup yang artinya
di antara xilem dan floem tidak ditemukan kambium.
Tidak adanya
kambium pada Monokotil menyebabkan batang Monokotil tidak dapat tumbuh
membesar, dengan perkataan lain tidak terjadi pertumbuhan menebal sekunder.
Meskipun demikian, ada Monokotil yang dapat mengadakan pertumbuhan menebal
sekunder, misalnya pada pohon Hanjuang (Cordyline sp) dan pohon Nenas
seberang (Agave sp).
Pada batang Arachis hypogea,
jaringan dewasa primer berasal dari sistem apikal ( protoderm, ground meristem,
dan prokambium ) dan terdiri dari jaringan epidermis, korteks, endodermis, dan
ikatan pembuluh ( floem, xylem, dan kambium ).
Menurut ( Salisbury, 1995 ) yaitu irisan
melintang batang monokotil yang khas. bila diperhatikan gambar yang di kajian
pustaka mengenai irisan melintang tersebut, dimana berkas pembuluh yang
tersebar pada jaringan dasar empulur. Masing-masingnya dikelilingi sebuah
seludang sel. Sedangkan pada irisan melintang batang dikotil herba yang khas.
Pada gambar yang di kajian pustaka mengenai irisan melintang dikotil ini,
berkas pembuluh membentuk sebuah cincin dengan empulur dibagian dalam dan
korteks ( khususnya dengan sel kolenkima yang bersudut tebal pada irisan
melintang ) dibagian luar di bawah epidermis.
Pada batang
monokotil dan dikotil, biasanya ( tapi tidak selalu ) xylem berada disebelah
dalam floem.
Preparat segar
yang diambil di sekitar kampus atau di depan laboratorium pendidikan biologi,
yang dijadikan awetan segar yaitu akar dan batang Caladium sp. Bila dilihat hasil pengamatan yang dilakukan, akar dan
batangnya merupakan tumbuhan monokotil. Akar monokotil ini dengan bagian-bagian
yang tampak yaitu epidermis dan korteks, sedangkan pada batang monokotilnya
yang tampak yaitu epidermis, korteks, endodermis, floem, dan xylem.
Gambar akar monokotil “Caladium sp. “ Gambar batang monokotil
“Caladium sp.”
Pada pengamatan yang dilakukan, akar Caladium sp. Bagian-bagiannya tidak
terlalu jelas, hal ini dikarenakan menurut ( Mita Nurwanti, J. Djoko Budiono,
Rinie Pratiwi P. 2013 ) yaitu sayatan pada bagian perisikel kemungkinan kurang
tipis dan pada organ batang yang diambil masih muda sehingga kambium masih
belum terlihat jelas karena masih pada perkembangan struktur primer. Endodermis
tidak terlihat karena epidermis hanya terdiri dari satu sel saja dan ukurannya
lebih kecil dari parenkim sehingga sulit diamati.
Gambar
preparat awetan kering
Gambar
preparat awetan segar
Bila dibandingkan awetan kering dengan awetan segar
yaitu pada awetan yang segar, sulit dalam menentukan bagiannya hal ini
dikarenakan dalam mengiris suatu objek menjadi irisan-irisan yang tipis
merupakan pekerjaan yang sulit, memerlukan kesabaran dan keterampilan latihan
serta ketelitian. Walaupun demikian, awetan segar seharusnya mudah untuk di
amati karena preparat yang digunakan masih hidup/segar dan awetan segar
tersebut masih memiliki sedikit pergerakan pada sitoplasmanya, bila
dibandingkan dengan awetan kering.
KESIMPULAN
Perbedaan antara preparat awetan akar dan monokotil
tumbuhan Zea mays, dan akar dan batang dikotil
tumbuhan Arachis hypogaea terletak
pada susunan ikatan pembuluhnya. Pada batang dikotil ikatan pembuluhnya adalah
koleteral terbuka dan letaknya teratur sedangkan pada akar dikotil letak berkas
pembuluhnya tersebar dan bertipe koleteral tertutup. Untuk tumbuhan monokotil, batangnya berupa ikatan
pembuluh yang kolateral
tertutup dan letaknya tersebar sedangkan pada akar monokotil letak berkas
pembuluhnya tersebar dan bertipe koleteral tertutup. Pada preparat segar batang Caladium sp. yang merupakan preparat segar. batang
tumbuhan monokotil ikatan pembuluhnya kolateral tertutup dan letak berkas
pembuluhnya tersebar.
Sedangkan pada akar Caladium sp. belum terlihat jelas
bagian-bagiannya karena sayatan pada bagian perisikel kemungkinan
kurang tipis. Perbandingan
antara awetan kering dengan awetan segar yaitu pada awetan segar masih
memiliki sedikit pergerakan pada sitoplasmanya, bila dibandingkan dengan awetan
kering. Dalam pembuatan awetan segar harus diperhatikan dalam mengiris suatu
objek menjadi irisan-irisan yang tipis merupakan pekerjaan yang sulit,
memerlukan kesabaran dan keterampilan latihan serta ketelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Arif. 2010. Biologi. Jakarta: Yudhistira.
Budi. 2008 .
Batang Dikotil Dan Monokotil . http:
//setracrew.multipl.com/journal /item/12 .
diakses tanggal 12 april 2013.
Campbell.
2003. Biologi Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
David. 2013. Anatomy Morphology http://generalhorticulture.tamu.edu/HORT604/.../AnatomyMorphology.pdf.
diakses tanggal 12 april 2013.
Lakitan. 2007 . Dasar-dasar
Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Mir Abid.
2007. African Journal of
Plant Science. Volume 2. Halaman 1. Available online at
http://www.academicjournals.org/AJPS. ISSN 1996-0824 © 2008 Academic Journals.
Mita.
2013. Pemanfaatan Filtrat Daun Muda Jati Sebagai Bahan Pewarna
Alternatif Dalam Pembuatan Preparat Jaringan Tumbuhan. http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioedu. diakses tanggal
12 april 2013.
Salisbury.
1995. Fisiologi tumbuhan jilid 1.
Bandung: ITB.
Suradinata.
1998. Struktur Tumbuhan. Bandung: Angkasa.
Zhao. 2005. The
Xylem
and Phloem Transcriptomes from Secondary Tissues of the Arabidopsis
Root-Hypocotyl1 . http://jxb.oxfordjournals.org /content/51 /351/1721 . full . diakses tanggal 12 april 2013.
LAMPIRAN
1. Apakah
perbedaan letak jaringan pada tumbuhan monokotil dan dikotil baik pada akar
maupun batang?
Jawab:
Letak perbedaannya adalah pada
tumbuhan dikotil letak jaringannya beraturan sedangkan pada tumbuhan monokotil
tidak beraturan dan ada atau tidaknya kambium dan letak
dari berkas pembuluh angkut.
2. Bagaimana
air masuk ke dalam xilem?
Jawab : Secara osmosis (simplas) dan difusi
(apoplas) melalui dinding selnya.
3. Jelaskan
bagaimana air masuk ke dalam xilem melalui beberapa jaringan akar!
Jawab
: Pertama-tama air diserap oleh rambut akar dengan cara osmosis, kemudian air
masuk dengan cara difusi didaerah simplas selanjutnya melewati
corpus
(apoplas) dan korteks
menuju silinder pusat tapi terlebih dahulu melewati endodermis yang terletak di
antara korteks dan stele (silinder pusat). Dimana di endodermis terdapat pita
kaspari. Setelah itu air pun diterima oleh xilem dan diangkut ke daun.
4. Bagaimana
hasil pengamatan pada preparat segar dengan preparat awetan?
Jawab:
Bila dibandingkan awetan kering dengan awetan segar yaitu pada awetan yang segar, sulit dalam menentukan
bagiannya hal ini dikarenakan dalam mengiris suatu objek menjadi irisan-irisan
yang tipis merupakan pekerjaan yang sulit, memerlukan kesabaran dan
keterampilan latihan serta ketelitian. Walaupun demikian, awetan segar
seharusnya mudah untuk di amati karena preparat yang digunakan masih
hidup/segar dan awetan segar tersebut masih memiliki sedikit pergerakan pada
sitoplasmanya, bila dibandingkan dengan awetan kering.
LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI
TUMBUHAN
“ JARINGAN PADA AKAR DAN BATANG
MONOKOTIL DAN DIKOTIL “
OLEH
RISFI
PRATIWI SUTRISNO (F16111004)
PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013
ABSTRAK
Tumbuhan adalah tonggak dari sebagian besar ekosistem
terestrial. Kajian mengenai tumbuhan muncul dari kemampuan awal manusia untuk
bisa membedakan antara tumbuhan yang bisa dimakan dan tumbuhan yang beracun.
Biologi tumbuhan modern selalu mengadakan perkembangan sehingga pada masa
sekarang ini tumbuhan tidak hanya dibedakan berdasarkan tumbuhan yang bisa
dimakan atau tidak, tetapi tumbuhan pada saat ini dibedakan berdasarkan banyak
hal, salah satunya adalah berdasarkan
ada atau tidak adanya kambium sehingga tumbuhan dibedakan menjadi
tumbuhan dikotil dan tumbuhan monokotil.
Tumbuhan
dikotil merupakan tumbuhan yang berkambium yang dapat mengadakan pertumbuhan sekunder sedangkan tumbuhan
monokotil tidak memiliki kambium. Selain hal tersebut perbedaan juga terdapat
pada tipe ikatan pembuluh pada batang dikotil memiliki ikatan pembuluh bertipe
koleteral terbuka dan bikolateral yang letaknya teratur sedangkan monokotil
tipe pembuluhnya adalah koleteral tertutup atau amphivasal yang letak ikatan
pembulunya tersebar. Ikatan pembuluh akar dikotil letaknya tersebar sedangkan
monokotil letak ikatan pembuluhnya sangat teratur.
Kata kunci : Batang dan Akar
dikotil dan monokotil, Bertipe Koleteral Terbuka, Bertipe Koleteral
Tertutup.
PENDAHULUAN
Pada
batang dikotil, jaringan dewasa primer berasal dari sistem apikal (protoderm,
ground meristem, dan procambium) dan terdiri dari jaringan epidermis, korteks,
endodermis, dan ikatan pembuluh (floem, xylem, dan kambium). Pada tumbuhan
dikotil terdapat kambium. Adanya kambium dikotil dapat mengadakan pertumbuhan
sekunder dan periderm. Pada batang monokotil, jaringan permanen primer selain
dari meristem apikal juga berasal dari meristem interkalar. Jaringan monokotil
primer terdiri dari jaringan dasar fundamental dimana letak ikatan pembuluh
terbesar. Pada batang monokotil tidak terdapat kambium, kecuali pada beberapa
spesies. Karena itu tidak mempunyai jaringan sekunder, walaupun tidak dapat
mengadakan pertumbuhan sekunder, batang monokotil dapat mempunyai batang yang
besar karena adanya pertumbuhan meristem menebal. Pada anatomi batang dikotil
dan monokotil tersebut, memiliki perbedaan pada tipe ikatan pembuluh pada
batang. Pada dikotil, tipe ikatan pembuluhnya yaitu tipe kolateral terbuka dan
bikolateral. Sedangkan pada monokotil, tipe ikatan pembuluhnya yaitu bertipe
kolateral tertutup yang umumnya di bungkus oleh sarung sklerenkim. Susunan
anatomi akar lebih sederhana daripada susunan anatomi batang walaupun susunan
anatomi akar bervariasi. Pada penampang melintang akar primer dijumpai tiga
sistem jaringan pokok yaitu epidermis, korteks, dan sistem jaringan pengangkut.
Di ujung akar terdapat bagian akar primer yang lain, yaitu akar yang berfungsi
melindungi promeristem akar. Berdasarkan hal
tersebut, tujuan dari percobaan ini yaitu mempelajari sistem jaringan pada
batang dikotil dan monokotil serta pada akar tumbuhan, mempelajari tipe berkas
pengangkut pada batang dikotil dan monokotil serta pada akar tumbuhan, dan
mempelajari tipe stele pada batang dikotil dan monokotil serta pada akar
tumbuhan. Pada pengamatan preparat segar, tujuannya yaitu mengamati
slide awetan akar dan batang tumbuhan monokotil dan dikotil dan membuat
preparat segar dengan menggunakan tumbuhan dikotil dan monokotil yang ada
disekitar kampus atau disekitar laboratorium pendidikan biologi.
Tanaman
memproduksi semua struktur ini melalui pertumbuhan dari kelompok diskrit sel
membagi disebut meristem. Jaringan herba adalah pertumbuhan panjang dari meristem
apikal, yang terjadi pada akhir setiap tunas dan akar, dan meristem kabisat di
dasar daun rumput. Jaringan kayu ini disebabkan pertumbuhan diameter dari kambium
vaskular, yang memproduksi xilem sekunder (kayu) dan floem, dan phellogen, yang
menghasilkan periderm (kulit kayu). Hampir semua tanaman kita bertumbuh dalam
hortikultura adalah monokotil (daun linier, contoh Rumput, jagung, dracaena,
dan kelapa), dikotil (tanaman berdaun lebar, contoh Oak, selada, apel) atau
gymnosperma (daun sebagai jarum dan skala ,contoh pinus, juniper). Anatomi
internal monokotil, dikotil dan gymnosperma kadang-kadang sama dan
kadang-kadang berbeda.
STEM
ANATOMI
Herba
monokotil - Pertumbuhan Primer
ANATOMI
AKAR
Herba
dikotil, Gymnosperm atau monokotil - Pertumbuhan Primer
( David, 2013 ) .
Filogenetik
studi angiosperma berdasarkan teknik RAPD untuk menemukan pemecahan dikotil
monokotil-dan tingkat perbedaan genetik di antara garis keturunan yang berbeda
dari tanaman angiospermic jelas menunjukkan bahwa sementara monokotil membentuk
clade semua dikotil tidak membentuk kelompok yang berbeda yang terpisah dari
monokotil. Sebaliknya, monokotil yang tertanam dalam clade garis keturunan
percabangan awal tanaman berbunga, biasanya disebut sebagai magnoliids, yang
semuanya memiliki karakteristik dikotil tradisional (Ray, 1703). Cabang-cabang
awal angiosperma, termasuk monokotil, ditandai dengan jenis serbuk sari yang
berasal dari ini bentuk tunggal-bukaan (Cronquist, A. 1981). Gulnel (Tinospora
cordifolia V-3) adalah eudicot (APG sistem II, 2003) dan membentuk clade yang
berbeda terpisah dari monokotil dan dikotil. Eudicots ditandai dengan serbuk
sari yang biasanya memiliki tiga lubang tidak ada struktur morfologi atau
anatomi lain yang menandai kelompok ini telah diidentifikasi, meskipun
pengelompokan eudicots sangat didukung oleh analisis berdasarkan data urutan
DNA (Soltis dan Soltis. 1999). Hasil kami mengkonfirmasi semua kesimpulan
sebelumnya diusulkan oleh Ray (1703) yang pertama kali diidentifikasi sebagai
kelompok monokotil, sebagian besar didasarkan pada kepemilikan mereka kotiledon
tunggal. Temuan ini menunjukkan bahwa tidak ada perpecahan dikotil
monokotil-dikotil bukan tidak membentuk kelompok monofiletik (mereka tidak
mengandung semua keturunan nenek moyang mereka) dan ditolak sebagai kelompok
formal, beberapa dikotil lebih mirip dengan monokotil dari mereka dikotil ke
lain paraphyletic, monokotil dapat didefinisikan oleh beberapa synapomorphies
sedangkan eudicots membentuk kelompok monofiletik. Mutasi menumpuk pada tingkat
konstan sepanjang sistem kehidupan (hipotesis jam molekuler), dalam penelitian
kami dapat diamati bahwa hal yang sama berlaku untuk berkembang pesat markes
(penghapusan dan duplikasi dalam genom) terdeteksi dengan teknik RAPD. Ahli botani
lama berteori bahwa monokotil berasal dari kelompok kuno dikotil selama
diversifikasi awal angiosperma (Donoghue dan Doyle, 1989). Pohon filogenetik
hubungan yang berasal dari data molekuler didasarkan pada teknik RAPD
mengkonfirmasi hipotesis ini berlangsung lama dan menentukan dikotil kerabat
dekat mungkin dari monokotil. ( Mir Abid, 2007 ) .
Morfologi
dasar tumbuhan menunjukan evolusinya sebagai organisme terrestrial. Suatu
tumbuhan darat harus menempati dua lingkungan yang
berbeda, yaitu tanah dan udara. Tanah menyediakan air dan mineral, udara
merupakan sumber utama CO2, namun cahaya tidak bisa menembus
jauh kedalam tanah. Solusi evolusioner terhadap pemisahan sumber daya ini
adalah diferensiasi tubuh tumbuhan menjadi dua system utama, yaitu system akar
(root system) yang berada dibawah permukaan tanah dan system tunas (shoot
system) yang berada diatas permukaan tanah yang terdiri dari batang, daun, dan
bunga. Banyak tumbuhan dikotil
memiliki system akar tunggang (taproot) yang terdiri dari satu akar vertical
yang besar (akar tunggangnya) yang menghasilkan banyak akar lateral yang lebih
kecil. Monokotil, yang meliputi rumput-rumputan, umumnya memiliki system akar
serabut (fibrous root) yang terdiri dari suatu anyaman akar yang mirip benang,
yang menyebar di bawah permukaan tanah.
( Campbell, 2003 ) .
Pada akar
dikotil maupun monokotil sel-sel yang berada dilapisan paling luar akar adalah
epidermis. Sel-sel ini umumnya berbentuk agak pipih.beberapa sel epidermis
membentuk suatu tonjolan yang panjang yang dikenal sebagai bulu akar. Bulu-bulu
akar ini menyusup diantara partikel-partikel tanah hingga memperluas permukaan
kontak antara akar dengan tanah. Hal ini akan lebih memacu penyerapan air oleh
akar karena semakin banyak bagian matrik tanah yang di jangkau oleh akar. Lapisan sel setelah epidermis adalah sel-sel korteks
yang memiliki ukuran yang relative besar dan berdinding tipis. Dinding sel
korteks ini sangat parmeabel, sehingga besar kemungkinan air dari permukaan
akar bergerak menuju pembuluh xilem melalui dinding sel-sel korteks ini. Lapisan paling dalam pada korteks adalah endodermis,
yaitu suatu silender setebal satu sel yang membentuk perbatasan antara korteks
dan stele. ( Lakitan, 2007 ) .
Pada batang herba, tumbuhan dikotil mempunyai berkas
pembuluh dengan xilem dan floem terbuka. Sedangkan pada tumbuhan monokotil
sering tertutup. Berkas pembuluh terbuka berarti terbuka untuk tumbuh, sebab
berkas tersebut mempunyai selapis sel kambium yang dapat menghasilkan xilem dan
floem sekunder. Berkas pembuluh tertutup tidak mempunyai kambium seperti itu,
dan juga tertutup dalam arti bahwa berkas tersebut sering dikelilingi oleh
seludang berkas yang terdiri dari sel serat berdinding tebal. Berkas pembuluh
pada monokotil tersebar secara khas, hampir secara acak, pada empulur (seperti
pada jagung), tapi kadang (pada gandum dan jenis rumputan lain, yang batangnya
berongga) membentuk cincin yang hampir serupa dengan pada batang dikotil.
Irisan melintang
batang monokotil yang khas
Irisan melintang batang dikotil herba
yang khas
( Salisbury, 1995 ) .
Jaringan penyokong atau jaringan penguat pada
tumbuhan terdiri atas sel-sel kolenkim dan sklerenkim. Kedua bentuk jaringan
ini merupakan jaringan sederhana, karena sel-sel penyusunnya hanya terdiri atas
satu tipe sel. Kolenkim terdiri atas sel-sel berdinding tebal sebagai jaringan
penyokong, sangat berhubungan erat dengan parenkim. Kolenkim seperti halnya
parenkim masih mempunyai protoplas, mampu mengadakan aktivitas meristematis.
Dinding selnya merupakan dinding primer, tidak berlignin. Kolenkim berbeda dengan
jaringan penyokong lainnya yaitu dengan sklerenkim dalam hal struktur dinding
dan kondisi protoplas. Kolenkim mempunyai dinding yang lunak, plastis, dinding
primer yang tidak berlignin, mempunyai protoplas yang aktif, mampu
menghilangkan penebalan dinding jika sel diinduksi untuk aktivitas
meristematis, seperti pembentukan kambium gabus atau kalau ada rangsangan luka.
Sklerenkim mempunyai dinding yang keras, kaku, dinding sekunder yang biasanya
berlignin. Dinding sekunder terdapat pada sel-sel untuk mengalirkan air dari
xilem, dan sering terdapat pula pada sel-sel parenkim xilem. Selain itu sel-sel
parenkim dalam daerah jaringan lainnya dapat pula bersifat sklereid (sclereid)
yang berfungsi untuk mengalirkan air batasannya tidak begitu jelas. (Suradinata,
1998) .
Antara xilem
dan floem terdapat kambium
intravasikuler, pada perkembangan selanjutnya jaringan parenkim yang
terdapat di antara berkas pembuluh angkut juga berubah menjadi kambium, yang
disebut kambium intervasikuler. Keduanya
dapat mengadakan pertumbuhan sekunder yang mengakibatkan bertambah besarnya
diameter batang. Pada
tumbuhan Dikotil, berkayu keras dan hidupnya menahun, pertumbuhan menebal
sekunder tidak berlangsung terus-menerus, tetapi hanya pada saat air dan zat
hara tersedia cukup, sedang pada musim kering tidak terjadi pertumbuhan
sehingga pertumbuhan menebalnya pada batang tampak berlapis-lapis, setiap lapis
menunjukkan aktivitas pertumbuhan selama satu tahun, lapis-lapis lingkaran
tersebut dinamakan Lingkaran Tahun. ( Zhao, 2005 ) .
Kambium pada preparat batang Pluchea indica tidak
terlihat karena organ batang Pluchea indica yang diambil masih muda
sehingga kambium masih belum terlihat jelas karena masih pada perkembangan
struktur primer (Gambar 1). Selain itu pada dikotil basah seperti Pluchea
indica ini aktivitas pembelahan kambium tidak sepesat pada dikotil
berkayu sehingga sering kali tidak tampak, lebih-lebih bila sedang
tidak membelah. Jaringan yang paling efektif menyerap warna dan
terwarnai pada preparat batang Pluchea indica adalah parenkim
karena dinding sel parenkim yang lebih tipis dibandingkan sklerenkim
sehingga pewarna mudah masuk.
Penampang
melintang batang Plucea indica
Perisikel
pada preparat akar Glycine max tidak terlihat karena sayatan pada bagian
perisikel kemungkinan kurang tipis. Mengiris suatu obyek menjadi irisan-irisan
yang tipis merupakan pekerjaan yang sulit, memerlukan kesabaran dan
keterampilan disamping latihan. Selain itu pewarnaan pada bagian stele tidak menimbulkan
kontras karena semua terlihat merah dengan intensitas penyerapan warna yang
sama sehingga sulit untuk membedakan dan mengidentifikasi jaringan pada bagian
stele termasuk perisikel. Parenkim dan floem pada preparat batang Panicum sp
tidak menyerap warna dan tidak terwarnai menurut penelaah, tetapi menurut
peneliti terwarnai meskipun intensitas pewarnaannya tidak setajam sklerenkim.
Selain itu kemungkinan pewarna filtrat daun muda jati tidak dapat mewarnai jaringan
secara permanen sehingga saat penelaah mengamati preparat tersebut pewarnanya
sudah mulai pudar. Epidermis pada preparat akar Ordchidae tidak terwarnai
karena yang terwarnai adalah velamen. Pada akar Ordchidae epidermisnya
berlapis-lapis dan disebut velamen. Endodermis tidak terlihat karena epidermis
hanya terdiri dari satu sel saja dan ukurannya lebih kecil dari parenkim
sehingga sulit diamati. Endodermis menurut peneliti terwarnai tetapi intensitas
pewarnaannya sama dengan perisikel sehingga sulit membedakan diantara keduanya.
( Mita, 2013 ) .
Jaringan parenkim dijumpai pada kulit batang, kulit
akar, daging, daun, daging buah dan endosperm. Bentuk sel parenkim
bermacam-macam. Sel parenkim yang mengandung klorofil disebut klorenkim,
yang mengandung rongga-rongga udara disebut aerenkim. Penyimpanan
cadangan makanan dan air oleh tubuh tumbuhan dilakukan oleh jaringan parenkim. ( Arif, 2010 ) .
METODOLOGI
Praktikum
mengenai jaringan pada akar dan batang monokotil dan dikotil, dilaksanakan pada
tanggal 11 april 2013 di laboratorium pendidikan biologi, fakultas keguruan dan
ilmu pendidikan, universitas tanjungpura pontianak, pukul 07.30-selesai WIB.
Adapun
alat dan bahan yang digunakan saat praktikum ini, yaitu Alat yang digunakan
berupa mikroskop, silet, pipet tetes, beaker glass, gelas objek, dan kaca
penutup. Sedangkan bahan yang digunakan berupa preparat akar dan batang
monokotil Zea mays, preparat akar dan
batang dikotil Arachis hypogea,
preparat segar akar dan batang monokotil Caladium
sp dan air.
Metode
pada praktikum ini yaitu preparat yang telah disiapkan berupa preparat akar dan
batang monokotil Zea mays, preparat
akar dan batang dikotil Arachis hypogea
kemudian diamati dengan mikroskop dari perbesaran lemah hingga perbesaran yang
kuat. Setelah jaringan akar dan batang yang tampak, digambar dan diberi
keterangan. Pada preparat segar berupa preparat segar akar dan batang monokotil
Caladium sp, kemudian akar dan batang
masing-masing disiapkan untuk disayat setipis mungkin dengan silet dan
diletakkan pada gelas objek dan ditetesi dengan air secukupnya serta ditutup
dengan kaca penutup. Kemudian diamati dengan mikroskop dengan perbesaran yang lemah
ke perbesaran yang besar. Kemudian diamati jaringan akar dan batang yang
tampak, digambar dan diberi keterangan.
DATA DAN PEMBAHASAN
Data
Pengamatan :
a. Preparat
akar Zea mays ( Monokotil )
Perbesaran
10×10
Keterangan
: 1. Empulur 4.
Endodermis
2. Floem 5. Korteks
3. Xylem 6. Epidermis
b. Preparat
batang Zea mays ( Monokotil )
Perbesaran
4×10
Keterangan
: 1.Epidermis 4.
Xylem
2. Korteks 5.
Empulur
3. Floem
c.
Preparat akar Arachis hypogea ( Dikotil )
Perbesaran
10×10
Keterangan
: 1.Epidermis 4.
Xylem
2. Korteks 5.
Empulur
3. Floem
d. Preparat
batang Arachis hypogea ( Dikotil )
Perbesaran
10×10
Keterangan
: 1.Epidermis
2. Korteks
3. Endodermis
-
Floem dan Xylem tidak terlihat jelas di objek.
e. Preparat
segar
Akar
Caladium sp. ( Monokotil )
Perbesaran
4×10
Keterangan
: 1. Epidermis
2. Korteks
f. Preparat segar
Batang
Caladium sp. ( Monokotil )
Perbesaran
4×10
Keterangan
: 1.Epidermis 4.
Floem
2. Korteks 5.
Xylem
3. Endodermis
Pembahasan
:
Dalam
praktikum mengenai jaringan pada akar dan batang monokotil dan dikotil,
pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop. Preparat yang telah
disediakan yaitu akar dan batang Zea mays
merupakan tumbuhan monokotil sedangkan
akar dan batang Arachis hypogea
merupakan tumbuhan dikotil.
Gambar
akar monokotil “Zea mays “
Gambar akar dikotil “Arachis
hypogea”
Pada
jaringan akar monokotil yang tampak yaitu empulur, floem, xylem,endodermis,
korteks, dan epidermis. Sedangkan akar dikotil yang tampak yaitu epidermis,
korteks, floem, xylem, dan empulur. Pengamatan yang dilakukan, bila di
bandingkan dengan referensi, empulur terdapat pada akar seperti tumbuhan
monokotil yang tidak membentuk xilem dipusat akar. Dapat dilihat data
pengamatan tersebut, bahwa akar dikotil memiliki bagian empulur, hal tersebut
kemungkinan kesalahan dalam menentukan bagian-bagiannya.
Menurut (
Campbell,
2003
) Perbedaan
antara akar dikotil dan monokotil adalah terletak pada susunan berkas pembuluhnya.
Pada akar dikotil berkas pembuluh xilem memencar seperti jari-jari dari pusat
roda hal ini dapat diartikan bahwa letak pembuluh angkut pada akar dikotil ini
tersebar,
sedangkan pada akar
monokotil letak pembuluh floem dan xilemnya bergantian didalam stele yang dapat
diartikan bahwa letak pembuluh pada akar monokotil adalah teratur.
Pada korteks akar tumbuhan monokotil biasanya terdapat skelerenkim. Protofloem
akar tumbuhan dikotil tidak mempunyai sel pengiring sedangkan metafloem
mempunyai.
Gambar batang monokotil “Zea mays “ Gambar batang dikotil “Arachis hypogea”
Pada jaringan
batang monokotil yang tampak yaitu epidermis, korteks, floem, xylem, dan
empulur. Sedangkan batang dikotil yang tampak yaitu epidermis, korteks, dan
endodermis, floem dan xylem tidak terlihat jelas pada objek. Perbedaan susunan
keduanya terletak pada letak jaringan pembuluh yaitu xylem dan floem.
Pada batang Zea mays, jaringan pembuluh terletak di
seluruh jaringan dasar (tersebar), sehingga tumbuhan monokotil tidak mempunyai
kambium. Hal ini sesuai
dengan teori yakni dikemukakan ( Budi. 2008 ) yaitu Pada stele
monokotil terdapat ikatan pembuluh yang menyebar dan bertipe kolateral tertutup yang artinya
di antara xilem dan floem tidak ditemukan kambium.
Tidak adanya
kambium pada Monokotil menyebabkan batang Monokotil tidak dapat tumbuh
membesar, dengan perkataan lain tidak terjadi pertumbuhan menebal sekunder.
Meskipun demikian, ada Monokotil yang dapat mengadakan pertumbuhan menebal
sekunder, misalnya pada pohon Hanjuang (Cordyline sp) dan pohon Nenas
seberang (Agave sp).
Pada batang Arachis hypogea,
jaringan dewasa primer berasal dari sistem apikal ( protoderm, ground meristem,
dan prokambium ) dan terdiri dari jaringan epidermis, korteks, endodermis, dan
ikatan pembuluh ( floem, xylem, dan kambium ).
Menurut ( Salisbury, 1995 ) yaitu irisan
melintang batang monokotil yang khas. bila diperhatikan gambar yang di kajian
pustaka mengenai irisan melintang tersebut, dimana berkas pembuluh yang
tersebar pada jaringan dasar empulur. Masing-masingnya dikelilingi sebuah
seludang sel. Sedangkan pada irisan melintang batang dikotil herba yang khas.
Pada gambar yang di kajian pustaka mengenai irisan melintang dikotil ini,
berkas pembuluh membentuk sebuah cincin dengan empulur dibagian dalam dan
korteks ( khususnya dengan sel kolenkima yang bersudut tebal pada irisan
melintang ) dibagian luar di bawah epidermis.
Pada batang
monokotil dan dikotil, biasanya ( tapi tidak selalu ) xylem berada disebelah
dalam floem.
Preparat segar
yang diambil di sekitar kampus atau di depan laboratorium pendidikan biologi,
yang dijadikan awetan segar yaitu akar dan batang Caladium sp. Bila dilihat hasil pengamatan yang dilakukan, akar dan
batangnya merupakan tumbuhan monokotil. Akar monokotil ini dengan bagian-bagian
yang tampak yaitu epidermis dan korteks, sedangkan pada batang monokotilnya
yang tampak yaitu epidermis, korteks, endodermis, floem, dan xylem.
Gambar akar monokotil “Caladium sp. “ Gambar batang monokotil
“Caladium sp.”
Pada pengamatan yang dilakukan, akar Caladium sp. Bagian-bagiannya tidak
terlalu jelas, hal ini dikarenakan menurut ( Mita Nurwanti, J. Djoko Budiono,
Rinie Pratiwi P. 2013 ) yaitu sayatan pada bagian perisikel kemungkinan kurang
tipis dan pada organ batang yang diambil masih muda sehingga kambium masih
belum terlihat jelas karena masih pada perkembangan struktur primer. Endodermis
tidak terlihat karena epidermis hanya terdiri dari satu sel saja dan ukurannya
lebih kecil dari parenkim sehingga sulit diamati.
Gambar
preparat awetan kering
Gambar
preparat awetan segar
Bila dibandingkan awetan kering dengan awetan segar
yaitu pada awetan yang segar, sulit dalam menentukan bagiannya hal ini
dikarenakan dalam mengiris suatu objek menjadi irisan-irisan yang tipis
merupakan pekerjaan yang sulit, memerlukan kesabaran dan keterampilan latihan
serta ketelitian. Walaupun demikian, awetan segar seharusnya mudah untuk di
amati karena preparat yang digunakan masih hidup/segar dan awetan segar
tersebut masih memiliki sedikit pergerakan pada sitoplasmanya, bila
dibandingkan dengan awetan kering.
KESIMPULAN
Perbedaan antara preparat awetan akar dan monokotil
tumbuhan Zea mays, dan akar dan batang dikotil
tumbuhan Arachis hypogaea terletak
pada susunan ikatan pembuluhnya. Pada batang dikotil ikatan pembuluhnya adalah
koleteral terbuka dan letaknya teratur sedangkan pada akar dikotil letak berkas
pembuluhnya tersebar dan bertipe koleteral tertutup. Untuk tumbuhan monokotil, batangnya berupa ikatan
pembuluh yang kolateral
tertutup dan letaknya tersebar sedangkan pada akar monokotil letak berkas
pembuluhnya tersebar dan bertipe koleteral tertutup. Pada preparat segar batang Caladium sp. yang merupakan preparat segar. batang
tumbuhan monokotil ikatan pembuluhnya kolateral tertutup dan letak berkas
pembuluhnya tersebar.
Sedangkan pada akar Caladium sp. belum terlihat jelas
bagian-bagiannya karena sayatan pada bagian perisikel kemungkinan
kurang tipis. Perbandingan
antara awetan kering dengan awetan segar yaitu pada awetan segar masih
memiliki sedikit pergerakan pada sitoplasmanya, bila dibandingkan dengan awetan
kering. Dalam pembuatan awetan segar harus diperhatikan dalam mengiris suatu
objek menjadi irisan-irisan yang tipis merupakan pekerjaan yang sulit,
memerlukan kesabaran dan keterampilan latihan serta ketelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Arif. 2010. Biologi. Jakarta: Yudhistira.
Budi. 2008 .
Batang Dikotil Dan Monokotil . http:
//setracrew.multipl.com/journal /item/12 .
diakses tanggal 12 april 2013.
Campbell.
2003. Biologi Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
David. 2013. Anatomy Morphology http://generalhorticulture.tamu.edu/HORT604/.../AnatomyMorphology.pdf.
diakses tanggal 12 april 2013.
Lakitan. 2007 . Dasar-dasar
Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Mir Abid.
2007. African Journal of
Plant Science. Volume 2. Halaman 1. Available online at
http://www.academicjournals.org/AJPS. ISSN 1996-0824 © 2008 Academic Journals.
Mita.
2013. Pemanfaatan Filtrat Daun Muda Jati Sebagai Bahan Pewarna
Alternatif Dalam Pembuatan Preparat Jaringan Tumbuhan. http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioedu. diakses tanggal
12 april 2013.
Salisbury.
1995. Fisiologi tumbuhan jilid 1.
Bandung: ITB.
Suradinata.
1998. Struktur Tumbuhan. Bandung: Angkasa.
Zhao. 2005. The
Xylem
and Phloem Transcriptomes from Secondary Tissues of the Arabidopsis
Root-Hypocotyl1 . http://jxb.oxfordjournals.org /content/51 /351/1721 . full . diakses tanggal 12 april 2013.
LAMPIRAN
1. Apakah
perbedaan letak jaringan pada tumbuhan monokotil dan dikotil baik pada akar
maupun batang?
Jawab:
Letak perbedaannya adalah pada
tumbuhan dikotil letak jaringannya beraturan sedangkan pada tumbuhan monokotil
tidak beraturan dan ada atau tidaknya kambium dan letak
dari berkas pembuluh angkut.
2. Bagaimana
air masuk ke dalam xilem?
Jawab : Secara osmosis (simplas) dan difusi
(apoplas) melalui dinding selnya.
3. Jelaskan
bagaimana air masuk ke dalam xilem melalui beberapa jaringan akar!
Jawab
: Pertama-tama air diserap oleh rambut akar dengan cara osmosis, kemudian air
masuk dengan cara difusi didaerah simplas selanjutnya melewati
corpus
(apoplas) dan korteks
menuju silinder pusat tapi terlebih dahulu melewati endodermis yang terletak di
antara korteks dan stele (silinder pusat). Dimana di endodermis terdapat pita
kaspari. Setelah itu air pun diterima oleh xilem dan diangkut ke daun.
4. Bagaimana
hasil pengamatan pada preparat segar dengan preparat awetan?
Jawab:
Bila dibandingkan awetan kering dengan awetan segar yaitu pada awetan yang segar, sulit dalam menentukan
bagiannya hal ini dikarenakan dalam mengiris suatu objek menjadi irisan-irisan
yang tipis merupakan pekerjaan yang sulit, memerlukan kesabaran dan
keterampilan latihan serta ketelitian. Walaupun demikian, awetan segar
seharusnya mudah untuk di amati karena preparat yang digunakan masih
hidup/segar dan awetan segar tersebut masih memiliki sedikit pergerakan pada
sitoplasmanya, bila dibandingkan dengan awetan kering.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar