Sabtu, 26 Oktober 2013

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI TUMBUHAN
“ JARINGAN PADA AKAR DAN BATANG MONOKOTIL DAN DIKOTIL “

OLEH
                   RISFI PRATIWI SUTRISNO (F16111004)

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013
ABSTRAK
Tumbuhan adalah tonggak dari sebagian besar ekosistem terestrial. Kajian mengenai tumbuhan muncul dari kemampuan awal manusia untuk bisa membedakan antara tumbuhan yang bisa dimakan dan tumbuhan yang beracun. Biologi tumbuhan modern selalu mengadakan perkembangan sehingga pada masa sekarang ini tumbuhan tidak hanya dibedakan berdasarkan tumbuhan yang bisa dimakan atau tidak, tetapi tumbuhan pada saat ini dibedakan berdasarkan banyak hal, salah satunya adalah berdasarkan  ada atau tidak adanya kambium sehingga tumbuhan dibedakan menjadi tumbuhan dikotil dan tumbuhan monokotil. Tumbuhan dikotil merupakan tumbuhan yang berkambium yang dapat mengadakan pertumbuhan sekunder sedangkan tumbuhan monokotil tidak memiliki kambium. Selain hal tersebut perbedaan juga terdapat pada tipe ikatan pembuluh pada batang dikotil memiliki ikatan pembuluh bertipe koleteral terbuka dan bikolateral yang letaknya teratur sedangkan monokotil tipe pembuluhnya adalah koleteral tertutup atau amphivasal yang letak ikatan pembulunya tersebar. Ikatan pembuluh akar dikotil letaknya tersebar sedangkan monokotil letak ikatan pembuluhnya sangat teratur.

Kata kunci : Batang dan Akar dikotil dan monokotil, Bertipe Koleteral Terbuka, Bertipe Koleteral Tertutup.








PENDAHULUAN
Pada batang dikotil, jaringan dewasa primer berasal dari sistem apikal (protoderm, ground meristem, dan procambium) dan terdiri dari jaringan epidermis, korteks, endodermis, dan ikatan pembuluh (floem, xylem, dan kambium). Pada tumbuhan dikotil terdapat kambium. Adanya kambium dikotil dapat mengadakan pertumbuhan sekunder dan periderm. Pada batang monokotil, jaringan permanen primer selain dari meristem apikal juga berasal dari meristem interkalar. Jaringan monokotil primer terdiri dari jaringan dasar fundamental dimana letak ikatan pembuluh terbesar. Pada batang monokotil tidak terdapat kambium, kecuali pada beberapa spesies. Karena itu tidak mempunyai jaringan sekunder, walaupun tidak dapat mengadakan pertumbuhan sekunder, batang monokotil dapat mempunyai batang yang besar karena adanya pertumbuhan meristem menebal. Pada anatomi batang dikotil dan monokotil tersebut, memiliki perbedaan pada tipe ikatan pembuluh pada batang. Pada dikotil, tipe ikatan pembuluhnya yaitu tipe kolateral terbuka dan bikolateral. Sedangkan pada monokotil, tipe ikatan pembuluhnya yaitu bertipe kolateral tertutup yang umumnya di bungkus oleh sarung sklerenkim. Susunan anatomi akar lebih sederhana daripada susunan anatomi batang walaupun susunan anatomi akar bervariasi. Pada penampang melintang akar primer dijumpai tiga sistem jaringan pokok yaitu epidermis, korteks, dan sistem jaringan pengangkut. Di ujung akar terdapat bagian akar primer yang lain, yaitu akar yang berfungsi melindungi promeristem akar. Berdasarkan hal tersebut, tujuan dari percobaan ini yaitu mempelajari sistem jaringan pada batang dikotil dan monokotil serta pada akar tumbuhan, mempelajari tipe berkas pengangkut pada batang dikotil dan monokotil serta pada akar tumbuhan, dan mempelajari tipe stele pada batang dikotil dan monokotil serta pada akar tumbuhan. Pada pengamatan preparat segar, tujuannya yaitu mengamati slide awetan akar dan batang tumbuhan monokotil dan dikotil dan membuat preparat segar dengan menggunakan tumbuhan dikotil dan monokotil yang ada disekitar kampus atau disekitar laboratorium pendidikan biologi.

Tanaman memproduksi semua struktur ini melalui pertumbuhan dari kelompok diskrit sel membagi disebut meristem. Jaringan herba adalah pertumbuhan panjang dari meristem apikal, yang terjadi pada akhir setiap tunas dan akar, dan meristem kabisat di dasar daun rumput. Jaringan kayu ini disebabkan pertumbuhan diameter dari kambium vaskular, yang memproduksi xilem sekunder (kayu) dan floem, dan phellogen, yang menghasilkan periderm (kulit kayu). Hampir semua tanaman kita bertumbuh dalam hortikultura adalah monokotil (daun linier, contoh Rumput, jagung, dracaena, dan kelapa), dikotil (tanaman berdaun lebar, contoh Oak, selada, apel) atau gymnosperma (daun sebagai jarum dan skala ,contoh pinus, juniper). Anatomi internal monokotil, dikotil dan gymnosperma kadang-kadang sama dan kadang-kadang berbeda.
STEM ANATOMI
Herba monokotil - Pertumbuhan Primer




ANATOMI AKAR
Herba dikotil, Gymnosperm atau monokotil - Pertumbuhan Primer
( David, 2013 ) .
Filogenetik studi angiosperma berdasarkan teknik RAPD untuk menemukan pemecahan dikotil monokotil-dan tingkat perbedaan genetik di antara garis keturunan yang berbeda dari tanaman angiospermic jelas menunjukkan bahwa sementara monokotil membentuk clade semua dikotil tidak membentuk kelompok yang berbeda yang terpisah dari monokotil. Sebaliknya, monokotil yang tertanam dalam clade garis keturunan percabangan awal tanaman berbunga, biasanya disebut sebagai magnoliids, yang semuanya memiliki karakteristik dikotil tradisional (Ray, 1703). Cabang-cabang awal angiosperma, termasuk monokotil, ditandai dengan jenis serbuk sari yang berasal dari ini bentuk tunggal-bukaan (Cronquist, A. 1981). Gulnel (Tinospora cordifolia V-3) ​​adalah eudicot (APG sistem II, 2003) dan membentuk clade yang berbeda terpisah dari monokotil dan dikotil. Eudicots ditandai dengan serbuk sari yang biasanya memiliki tiga lubang tidak ada struktur morfologi atau anatomi lain yang menandai kelompok ini telah diidentifikasi, meskipun pengelompokan eudicots sangat didukung oleh analisis berdasarkan data urutan DNA (Soltis dan Soltis. 1999). Hasil kami mengkonfirmasi semua kesimpulan sebelumnya diusulkan oleh Ray (1703) yang pertama kali diidentifikasi sebagai kelompok monokotil, sebagian besar didasarkan pada kepemilikan mereka kotiledon tunggal. Temuan ini menunjukkan bahwa tidak ada perpecahan dikotil monokotil-dikotil bukan tidak membentuk kelompok monofiletik (mereka tidak mengandung semua keturunan nenek moyang mereka) dan ditolak sebagai kelompok formal, beberapa dikotil lebih mirip dengan monokotil dari mereka dikotil ke lain paraphyletic, monokotil dapat didefinisikan oleh beberapa synapomorphies sedangkan eudicots membentuk kelompok monofiletik. Mutasi menumpuk pada tingkat konstan sepanjang sistem kehidupan (hipotesis jam molekuler), dalam penelitian kami dapat diamati bahwa hal yang sama berlaku untuk berkembang pesat markes (penghapusan dan duplikasi dalam genom) terdeteksi dengan teknik RAPD. Ahli botani lama berteori bahwa monokotil berasal dari kelompok kuno dikotil selama diversifikasi awal angiosperma (Donoghue dan Doyle, 1989). Pohon filogenetik hubungan yang berasal dari data molekuler didasarkan pada teknik RAPD mengkonfirmasi hipotesis ini berlangsung lama dan menentukan dikotil kerabat dekat mungkin dari monokotil. ( Mir Abid, 2007 ) .
Morfologi dasar tumbuhan menunjukan evolusinya sebagai organisme terrestrial. Suatu tumbuhan darat harus menempati dua lingkungan yang berbeda, yaitu tanah dan udara. Tanah menyediakan air dan mineral, udara merupakan sumber utama CO­2, namun cahaya tidak bisa menembus jauh kedalam tanah. Solusi evolusioner terhadap pemisahan sumber daya ini adalah diferensiasi tubuh tumbuhan menjadi dua system utama, yaitu system akar (root system) yang berada dibawah permukaan tanah dan system tunas (shoot system) yang berada diatas permukaan tanah yang terdiri dari batang, daun, dan bunga. Banyak tumbuhan dikotil memiliki system akar tunggang (taproot) yang terdiri dari satu akar vertical yang besar (akar tunggangnya) yang menghasilkan banyak akar lateral yang lebih kecil. Monokotil, yang meliputi rumput-rumputan, umumnya memiliki system akar serabut (fibrous root) yang terdiri dari suatu anyaman akar yang mirip benang, yang menyebar di bawah permukaan tanah. ( Campbell, 2003 ) .
Pada akar dikotil maupun monokotil sel-sel yang berada dilapisan paling luar akar adalah epidermis. Sel-sel ini umumnya berbentuk agak pipih.beberapa sel epidermis membentuk suatu tonjolan yang panjang yang dikenal sebagai bulu akar. Bulu-bulu akar ini menyusup diantara partikel-partikel tanah hingga memperluas permukaan kontak antara akar dengan tanah. Hal ini akan lebih memacu penyerapan air oleh akar karena semakin banyak bagian matrik tanah yang di jangkau oleh akar. Lapisan sel setelah epidermis adalah sel-sel korteks yang memiliki ukuran yang relative besar dan berdinding tipis. Dinding sel korteks ini sangat parmeabel, sehingga besar kemungkinan air dari permukaan akar bergerak menuju pembuluh xilem melalui dinding sel-sel korteks ini. Lapisan paling dalam pada korteks adalah endodermis, yaitu suatu silender setebal satu sel yang membentuk perbatasan antara korteks dan stele. ( Lakitan, 2007 ) .
Pada batang herba, tumbuhan dikotil mempunyai berkas pembuluh dengan xilem dan floem terbuka. Sedangkan pada tumbuhan monokotil sering tertutup. Berkas pembuluh terbuka berarti terbuka untuk tumbuh, sebab berkas tersebut mempunyai selapis sel kambium yang dapat menghasilkan xilem dan floem sekunder. Berkas pembuluh tertutup tidak mempunyai kambium seperti itu, dan juga tertutup dalam arti bahwa berkas tersebut sering dikelilingi oleh seludang berkas yang terdiri dari sel serat berdinding tebal. Berkas pembuluh pada monokotil tersebar secara khas, hampir secara acak, pada empulur (seperti pada jagung), tapi kadang (pada gandum dan jenis rumputan lain, yang batangnya berongga) membentuk cincin yang hampir serupa dengan pada batang dikotil.

Irisan melintang batang monokotil yang khas





Irisan melintang batang dikotil herba yang khas
( Salisbury, 1995 ) .
Jaringan penyokong atau jaringan penguat pada tumbuhan terdiri atas sel-sel kolenkim dan sklerenkim. Kedua bentuk jaringan ini merupakan jaringan sederhana, karena sel-sel penyusunnya hanya terdiri atas satu tipe sel. Kolenkim terdiri atas sel-sel berdinding tebal sebagai jaringan penyokong, sangat berhubungan erat dengan parenkim. Kolenkim seperti halnya parenkim masih mempunyai protoplas, mampu mengadakan aktivitas meristematis. Dinding selnya merupakan dinding primer, tidak berlignin. Kolenkim berbeda dengan jaringan penyokong lainnya yaitu dengan sklerenkim dalam hal struktur dinding dan kondisi protoplas. Kolenkim mempunyai dinding yang lunak, plastis, dinding primer yang tidak berlignin, mempunyai protoplas yang aktif, mampu menghilangkan penebalan dinding jika sel diinduksi untuk aktivitas meristematis, seperti pembentukan kambium gabus atau kalau ada rangsangan luka. Sklerenkim mempunyai dinding yang keras, kaku, dinding sekunder yang biasanya berlignin. Dinding sekunder terdapat pada sel-sel untuk mengalirkan air dari xilem, dan sering terdapat pula pada sel-sel parenkim xilem. Selain itu sel-sel parenkim dalam daerah jaringan lainnya dapat pula bersifat sklereid (sclereid) yang berfungsi untuk mengalirkan air batasannya tidak begitu jelas. (Suradinata, 1998) .
Antara xilem dan floem terdapat kambium intravasikuler, pada perkembangan selanjutnya jaringan parenkim yang terdapat di antara berkas pembuluh angkut juga berubah menjadi kambium, yang disebut kambium intervasikuler. Keduanya dapat mengadakan pertumbuhan sekunder yang mengakibatkan bertambah besarnya diameter batang. Pada tumbuhan Dikotil, berkayu keras dan hidupnya menahun, pertumbuhan menebal sekunder tidak berlangsung terus-menerus, tetapi hanya pada saat air dan zat hara tersedia cukup, sedang pada musim kering tidak terjadi pertumbuhan sehingga pertumbuhan menebalnya pada batang tampak berlapis-lapis, setiap lapis menunjukkan aktivitas pertumbuhan selama satu tahun, lapis-lapis lingkaran tersebut dinamakan Lingkaran Tahun. ( Zhao, 2005 ) .
Kambium pada preparat batang Pluchea indica tidak terlihat karena organ batang Pluchea indica yang diambil masih muda sehingga kambium masih belum terlihat jelas karena masih pada perkembangan struktur primer (Gambar 1). Selain itu pada dikotil basah seperti Pluchea indica ini aktivitas pembelahan kambium tidak sepesat pada dikotil berkayu sehingga sering kali tidak tampak, lebih-lebih bila sedang tidak membelah. Jaringan yang paling efektif menyerap warna dan terwarnai pada preparat batang Pluchea indica adalah parenkim karena dinding sel parenkim yang lebih tipis dibandingkan sklerenkim sehingga pewarna mudah masuk.
Penampang melintang batang Plucea indica

Perisikel pada preparat akar Glycine max tidak terlihat karena sayatan pada bagian perisikel kemungkinan kurang tipis. Mengiris suatu obyek menjadi irisan-irisan yang tipis merupakan pekerjaan yang sulit, memerlukan kesabaran dan keterampilan disamping latihan. Selain itu pewarnaan pada bagian stele tidak menimbulkan kontras karena semua terlihat merah dengan intensitas penyerapan warna yang sama sehingga sulit untuk membedakan dan mengidentifikasi jaringan pada bagian stele termasuk perisikel. Parenkim dan floem pada preparat batang Panicum sp tidak menyerap warna dan tidak terwarnai menurut penelaah, tetapi menurut peneliti terwarnai meskipun intensitas pewarnaannya tidak setajam sklerenkim. Selain itu kemungkinan pewarna filtrat daun muda jati tidak dapat mewarnai jaringan secara permanen sehingga saat penelaah mengamati preparat tersebut pewarnanya sudah mulai pudar. Epidermis pada preparat akar Ordchidae tidak terwarnai karena yang terwarnai adalah velamen. Pada akar Ordchidae epidermisnya berlapis-lapis dan disebut velamen. Endodermis tidak terlihat karena epidermis hanya terdiri dari satu sel saja dan ukurannya lebih kecil dari parenkim sehingga sulit diamati. Endodermis menurut peneliti terwarnai tetapi intensitas pewarnaannya sama dengan perisikel sehingga sulit membedakan diantara keduanya. ( Mita, 2013 ) .
Jaringan parenkim dijumpai pada kulit batang, kulit akar, daging, daun, daging buah dan endosperm. Bentuk sel parenkim bermacam-macam. Sel parenkim yang mengandung klorofil disebut klorenkim, yang mengandung rongga-rongga udara disebut aerenkim. Penyimpanan cadangan makanan dan air oleh tubuh tumbuhan dilakukan oleh jaringan parenkim. ( Arif, 2010 ) .














METODOLOGI
Praktikum mengenai jaringan pada akar dan batang monokotil dan dikotil, dilaksanakan pada tanggal 11 april 2013 di laboratorium pendidikan biologi, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, universitas tanjungpura pontianak, pukul 07.30-selesai WIB.
Adapun alat dan bahan yang digunakan saat praktikum ini, yaitu Alat yang digunakan berupa mikroskop, silet, pipet tetes, beaker glass, gelas objek, dan kaca penutup. Sedangkan bahan yang digunakan berupa preparat akar dan batang monokotil Zea mays, preparat akar dan batang dikotil Arachis hypogea, preparat segar akar dan batang monokotil Caladium sp dan air.
Metode pada praktikum ini yaitu preparat yang telah disiapkan berupa preparat akar dan batang monokotil Zea mays, preparat akar dan batang dikotil Arachis hypogea kemudian diamati dengan mikroskop dari perbesaran lemah hingga perbesaran yang kuat. Setelah jaringan akar dan batang yang tampak, digambar dan diberi keterangan. Pada preparat segar berupa preparat segar akar dan batang monokotil Caladium sp, kemudian akar dan batang masing-masing disiapkan untuk disayat setipis mungkin dengan silet dan diletakkan pada gelas objek dan ditetesi dengan air secukupnya serta ditutup dengan kaca penutup. Kemudian diamati dengan mikroskop dengan perbesaran yang lemah ke perbesaran yang besar. Kemudian diamati jaringan akar dan batang yang tampak, digambar dan diberi keterangan.











DATA DAN PEMBAHASAN
Data Pengamatan :
a.    Preparat akar Zea mays ( Monokotil )
Perbesaran 10×10                                                              
Keterangan : 1. Empulur                                        4. Endodermis
                    2. Floem                                              5. Korteks
                    3. Xylem                                             6. Epidermis
b.    Preparat batang Zea mays ( Monokotil )
Perbesaran 4×10
Keterangan : 1.Epidermis                                       4. Xylem
                    2. Korteks                                           5. Empulur
                    3. Floem                                             
c.    Preparat akar Arachis hypogea ( Dikotil )
Perbesaran 10×10
Keterangan : 1.Epidermis                                       4. Xylem
                    2. Korteks                                           5. Empulur
                   3. Floem                         

d.   Preparat batang Arachis hypogea ( Dikotil )
Perbesaran 10×10

Keterangan : 1.Epidermis                                     
                    2. Korteks                                          
                   3. Endodermis
- Floem dan Xylem tidak terlihat jelas di objek.


e.    Preparat segar
Akar Caladium sp. ( Monokotil )
Perbesaran 4×10
Keterangan : 1. Epidermis
                   2. Korteks

f.       Preparat segar
Batang Caladium sp. ( Monokotil )
Perbesaran 4×10
                 
Keterangan : 1.Epidermis                                       4. Floem
                    2. Korteks                                           5. Xylem
                   3. Endodermis                



Pembahasan :
Dalam praktikum mengenai jaringan pada akar dan batang monokotil dan dikotil, pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop. Preparat yang telah disediakan yaitu akar dan batang Zea mays merupakan tumbuhan monokotil sedangkan akar dan batang Arachis hypogea merupakan tumbuhan dikotil.

    
Gambar akar monokotil “Zea mays “         Gambar akar dikotil “Arachis hypogea

Pada jaringan akar monokotil yang tampak yaitu empulur, floem, xylem,endodermis, korteks, dan epidermis. Sedangkan akar dikotil yang tampak yaitu epidermis, korteks, floem, xylem, dan empulur. Pengamatan yang dilakukan, bila di bandingkan dengan referensi, empulur terdapat pada akar seperti tumbuhan monokotil yang tidak membentuk xilem dipusat akar. Dapat dilihat data pengamatan tersebut, bahwa akar dikotil memiliki bagian empulur, hal tersebut kemungkinan kesalahan dalam menentukan bagian-bagiannya.
Menurut ( Campbell, 2003 ) Perbedaan antara akar dikotil dan monokotil adalah terletak pada susunan berkas pembuluhnya. Pada akar dikotil berkas pembuluh xilem memencar seperti jari-jari dari pusat roda hal ini dapat diartikan bahwa letak pembuluh angkut pada akar dikotil ini tersebar, sedangkan pada akar monokotil letak pembuluh floem dan xilemnya bergantian didalam stele yang dapat diartikan bahwa letak pembuluh pada akar monokotil adalah teratur. Pada korteks akar tumbuhan monokotil biasanya terdapat skelerenkim. Protofloem akar tumbuhan dikotil tidak mempunyai sel pengiring sedangkan metafloem mempunyai.
 
Gambar batang monokotil “Zea mays “       Gambar batang dikotil “Arachis hypogea

Pada jaringan batang monokotil yang tampak yaitu epidermis, korteks, floem, xylem, dan empulur. Sedangkan batang dikotil yang tampak yaitu epidermis, korteks, dan endodermis, floem dan xylem tidak terlihat jelas pada objek. Perbedaan susunan keduanya terletak pada letak jaringan pembuluh yaitu xylem dan floem.
Pada batang Zea mays, jaringan pembuluh terletak di seluruh jaringan dasar (tersebar), sehingga tumbuhan monokotil tidak mempunyai kambium. Hal ini sesuai dengan teori yakni dikemukakan ( Budi. 2008 ) yaitu Pada stele monokotil terdapat ikatan pembuluh yang menyebar dan bertipe kolateral tertutup yang artinya di antara xilem dan floem tidak ditemukan kambium.
Tidak adanya kambium pada Monokotil menyebabkan batang Monokotil tidak dapat tumbuh membesar, dengan perkataan lain tidak terjadi pertumbuhan menebal sekunder. Meskipun demikian, ada Monokotil yang dapat mengadakan pertumbuhan menebal sekunder, misalnya pada pohon Hanjuang (Cordyline sp) dan pohon Nenas seberang (Agave sp).
Pada batang Arachis hypogea, jaringan dewasa primer berasal dari sistem apikal ( protoderm, ground meristem, dan prokambium ) dan terdiri dari jaringan epidermis, korteks, endodermis, dan ikatan pembuluh ( floem, xylem, dan kambium ).
Menurut ( Salisbury, 1995 ) yaitu irisan melintang batang monokotil yang khas. bila diperhatikan gambar yang di kajian pustaka mengenai irisan melintang tersebut, dimana berkas pembuluh yang tersebar pada jaringan dasar empulur. Masing-masingnya dikelilingi sebuah seludang sel. Sedangkan pada irisan melintang batang dikotil herba yang khas. Pada gambar yang di kajian pustaka mengenai irisan melintang dikotil ini, berkas pembuluh membentuk sebuah cincin dengan empulur dibagian dalam dan korteks ( khususnya dengan sel kolenkima yang bersudut tebal pada irisan melintang ) dibagian luar di bawah epidermis.
Pada batang monokotil dan dikotil, biasanya ( tapi tidak selalu ) xylem berada disebelah dalam floem.
Preparat segar yang diambil di sekitar kampus atau di depan laboratorium pendidikan biologi, yang dijadikan awetan segar yaitu akar dan batang Caladium sp. Bila dilihat hasil pengamatan yang dilakukan, akar dan batangnya merupakan tumbuhan monokotil. Akar monokotil ini dengan bagian-bagian yang tampak yaitu epidermis dan korteks, sedangkan pada batang monokotilnya yang tampak yaitu epidermis, korteks, endodermis, floem, dan xylem.
 
Gambar akar monokotil “Caladium sp. “             Gambar batang monokotil “Caladium sp.”

Pada pengamatan yang dilakukan, akar Caladium sp. Bagian-bagiannya tidak terlalu jelas, hal ini dikarenakan menurut ( Mita Nurwanti, J. Djoko Budiono, Rinie Pratiwi P. 2013 ) yaitu sayatan pada bagian perisikel kemungkinan kurang tipis dan pada organ batang yang diambil masih muda sehingga kambium masih belum terlihat jelas karena masih pada perkembangan struktur primer. Endodermis tidak terlihat karena epidermis hanya terdiri dari satu sel saja dan ukurannya lebih kecil dari parenkim sehingga sulit diamati.

Gambar preparat awetan kering

Gambar preparat awetan segar

Bila dibandingkan awetan kering dengan awetan segar yaitu pada awetan yang segar, sulit dalam menentukan bagiannya hal ini dikarenakan dalam mengiris suatu objek menjadi irisan-irisan yang tipis merupakan pekerjaan yang sulit, memerlukan kesabaran dan keterampilan latihan serta ketelitian. Walaupun demikian, awetan segar seharusnya mudah untuk di amati karena preparat yang digunakan masih hidup/segar dan awetan segar tersebut masih memiliki sedikit pergerakan pada sitoplasmanya, bila dibandingkan dengan awetan kering.




KESIMPULAN
Perbedaan antara preparat awetan akar dan monokotil tumbuhan Zea mays, dan akar dan batang dikotil tumbuhan Arachis hypogaea terletak pada susunan ikatan pembuluhnya. Pada batang dikotil ikatan pembuluhnya adalah koleteral terbuka dan letaknya teratur sedangkan pada akar dikotil letak berkas pembuluhnya tersebar dan bertipe koleteral tertutup. Untuk tumbuhan monokotil, batangnya berupa ikatan pembuluh yang kolateral tertutup dan letaknya tersebar sedangkan pada akar monokotil letak berkas pembuluhnya tersebar dan bertipe koleteral tertutup. Pada  preparat segar batang Caladium sp. yang merupakan preparat segar. batang tumbuhan monokotil ikatan pembuluhnya kolateral tertutup dan letak berkas pembuluhnya tersebar. Sedangkan pada akar Caladium sp. belum terlihat jelas bagian-bagiannya karena sayatan pada bagian perisikel kemungkinan kurang tipis. Perbandingan antara awetan kering dengan awetan segar yaitu pada awetan segar masih memiliki sedikit pergerakan pada sitoplasmanya, bila dibandingkan dengan awetan kering. Dalam pembuatan awetan segar harus diperhatikan dalam mengiris suatu objek menjadi irisan-irisan yang tipis merupakan pekerjaan yang sulit, memerlukan kesabaran dan keterampilan latihan serta ketelitian.














DAFTAR PUSTAKA
Arif. 2010. Biologi. Jakarta: Yudhistira.
Budi. 2008 . Batang Dikotil Dan Monokotil . http: //setracrew.multipl.com/journal        /item/12 . diakses tanggal 12 april 2013.
Campbell. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
David. 2013. Anatomy Morphology http://generalhorticulture.tamu.edu/HORT604/.../AnatomyMorphology.pdf. diakses tanggal 12 april 2013.
Lakitan. 2007 . Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Mir Abid. 2007. African Journal of Plant Science. Volume 2. Halaman 1. Available online at http://www.academicjournals.org/AJPS. ISSN 1996-0824 © 2008 Academic Journals.
Mita. 2013. Pemanfaatan Filtrat  Daun Muda Jati Sebagai Bahan Pewarna Alternatif  Dalam  Pembuatan Preparat Jaringan Tumbuhan. http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioedu. diakses tanggal 12 april 2013.
Salisbury. 1995. Fisiologi tumbuhan jilid 1. Bandung: ITB.
Suradinata. 1998. Struktur Tumbuhan. Bandung: Angkasa.
Zhao. 2005. The Xylem and Phloem Transcriptomes from Secondary Tissues of the Arabidopsis Root-Hypocotyl1 . http://jxb.oxfordjournals.org /content/51 /351/1721 . full . diakses tanggal 12 april 2013.





LAMPIRAN
1.    Apakah perbedaan letak jaringan pada tumbuhan monokotil dan dikotil baik pada akar maupun batang?
Jawab: Letak perbedaannya adalah pada tumbuhan dikotil letak jaringannya beraturan sedangkan pada tumbuhan monokotil tidak beraturan dan ada atau tidaknya kambium dan letak dari berkas pembuluh angkut.

2.    Bagaimana air masuk ke dalam xilem?
Jawab : Secara osmosis (simplas) dan difusi (apoplas)  melalui dinding selnya.

3.    Jelaskan bagaimana air masuk ke dalam xilem melalui beberapa jaringan akar!
Jawab : Pertama-tama air diserap oleh rambut akar dengan cara osmosis, kemudian air masuk dengan cara difusi didaerah simplas selanjutnya melewati  corpus (apoplas) dan korteks menuju silinder pusat tapi terlebih dahulu melewati endodermis yang terletak di antara korteks dan stele (silinder pusat). Dimana di endodermis terdapat pita kaspari. Setelah itu air pun diterima oleh xilem dan diangkut ke daun.

4.    Bagaimana hasil pengamatan pada preparat segar dengan preparat awetan?
Jawab: Bila dibandingkan awetan kering dengan awetan segar yaitu pada  awetan yang segar, sulit dalam menentukan bagiannya hal ini dikarenakan dalam mengiris suatu objek menjadi irisan-irisan yang tipis merupakan pekerjaan yang sulit, memerlukan kesabaran dan keterampilan latihan serta ketelitian. Walaupun demikian, awetan segar seharusnya mudah untuk di amati karena preparat yang digunakan masih hidup/segar dan awetan segar tersebut masih memiliki sedikit pergerakan pada sitoplasmanya, bila dibandingkan dengan awetan kering.









 LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI TUMBUHAN
“ JARINGAN PADA AKAR DAN BATANG MONOKOTIL DAN DIKOTIL “

OLEH
                   RISFI PRATIWI SUTRISNO (F16111004)

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013
ABSTRAK
Tumbuhan adalah tonggak dari sebagian besar ekosistem terestrial. Kajian mengenai tumbuhan muncul dari kemampuan awal manusia untuk bisa membedakan antara tumbuhan yang bisa dimakan dan tumbuhan yang beracun. Biologi tumbuhan modern selalu mengadakan perkembangan sehingga pada masa sekarang ini tumbuhan tidak hanya dibedakan berdasarkan tumbuhan yang bisa dimakan atau tidak, tetapi tumbuhan pada saat ini dibedakan berdasarkan banyak hal, salah satunya adalah berdasarkan  ada atau tidak adanya kambium sehingga tumbuhan dibedakan menjadi tumbuhan dikotil dan tumbuhan monokotil. Tumbuhan dikotil merupakan tumbuhan yang berkambium yang dapat mengadakan pertumbuhan sekunder sedangkan tumbuhan monokotil tidak memiliki kambium. Selain hal tersebut perbedaan juga terdapat pada tipe ikatan pembuluh pada batang dikotil memiliki ikatan pembuluh bertipe koleteral terbuka dan bikolateral yang letaknya teratur sedangkan monokotil tipe pembuluhnya adalah koleteral tertutup atau amphivasal yang letak ikatan pembulunya tersebar. Ikatan pembuluh akar dikotil letaknya tersebar sedangkan monokotil letak ikatan pembuluhnya sangat teratur.

Kata kunci : Batang dan Akar dikotil dan monokotil, Bertipe Koleteral Terbuka, Bertipe Koleteral Tertutup.








PENDAHULUAN
Pada batang dikotil, jaringan dewasa primer berasal dari sistem apikal (protoderm, ground meristem, dan procambium) dan terdiri dari jaringan epidermis, korteks, endodermis, dan ikatan pembuluh (floem, xylem, dan kambium). Pada tumbuhan dikotil terdapat kambium. Adanya kambium dikotil dapat mengadakan pertumbuhan sekunder dan periderm. Pada batang monokotil, jaringan permanen primer selain dari meristem apikal juga berasal dari meristem interkalar. Jaringan monokotil primer terdiri dari jaringan dasar fundamental dimana letak ikatan pembuluh terbesar. Pada batang monokotil tidak terdapat kambium, kecuali pada beberapa spesies. Karena itu tidak mempunyai jaringan sekunder, walaupun tidak dapat mengadakan pertumbuhan sekunder, batang monokotil dapat mempunyai batang yang besar karena adanya pertumbuhan meristem menebal. Pada anatomi batang dikotil dan monokotil tersebut, memiliki perbedaan pada tipe ikatan pembuluh pada batang. Pada dikotil, tipe ikatan pembuluhnya yaitu tipe kolateral terbuka dan bikolateral. Sedangkan pada monokotil, tipe ikatan pembuluhnya yaitu bertipe kolateral tertutup yang umumnya di bungkus oleh sarung sklerenkim. Susunan anatomi akar lebih sederhana daripada susunan anatomi batang walaupun susunan anatomi akar bervariasi. Pada penampang melintang akar primer dijumpai tiga sistem jaringan pokok yaitu epidermis, korteks, dan sistem jaringan pengangkut. Di ujung akar terdapat bagian akar primer yang lain, yaitu akar yang berfungsi melindungi promeristem akar. Berdasarkan hal tersebut, tujuan dari percobaan ini yaitu mempelajari sistem jaringan pada batang dikotil dan monokotil serta pada akar tumbuhan, mempelajari tipe berkas pengangkut pada batang dikotil dan monokotil serta pada akar tumbuhan, dan mempelajari tipe stele pada batang dikotil dan monokotil serta pada akar tumbuhan. Pada pengamatan preparat segar, tujuannya yaitu mengamati slide awetan akar dan batang tumbuhan monokotil dan dikotil dan membuat preparat segar dengan menggunakan tumbuhan dikotil dan monokotil yang ada disekitar kampus atau disekitar laboratorium pendidikan biologi.

Tanaman memproduksi semua struktur ini melalui pertumbuhan dari kelompok diskrit sel membagi disebut meristem. Jaringan herba adalah pertumbuhan panjang dari meristem apikal, yang terjadi pada akhir setiap tunas dan akar, dan meristem kabisat di dasar daun rumput. Jaringan kayu ini disebabkan pertumbuhan diameter dari kambium vaskular, yang memproduksi xilem sekunder (kayu) dan floem, dan phellogen, yang menghasilkan periderm (kulit kayu). Hampir semua tanaman kita bertumbuh dalam hortikultura adalah monokotil (daun linier, contoh Rumput, jagung, dracaena, dan kelapa), dikotil (tanaman berdaun lebar, contoh Oak, selada, apel) atau gymnosperma (daun sebagai jarum dan skala ,contoh pinus, juniper). Anatomi internal monokotil, dikotil dan gymnosperma kadang-kadang sama dan kadang-kadang berbeda.
STEM ANATOMI
Herba monokotil - Pertumbuhan Primer




ANATOMI AKAR
Herba dikotil, Gymnosperm atau monokotil - Pertumbuhan Primer
( David, 2013 ) .
Filogenetik studi angiosperma berdasarkan teknik RAPD untuk menemukan pemecahan dikotil monokotil-dan tingkat perbedaan genetik di antara garis keturunan yang berbeda dari tanaman angiospermic jelas menunjukkan bahwa sementara monokotil membentuk clade semua dikotil tidak membentuk kelompok yang berbeda yang terpisah dari monokotil. Sebaliknya, monokotil yang tertanam dalam clade garis keturunan percabangan awal tanaman berbunga, biasanya disebut sebagai magnoliids, yang semuanya memiliki karakteristik dikotil tradisional (Ray, 1703). Cabang-cabang awal angiosperma, termasuk monokotil, ditandai dengan jenis serbuk sari yang berasal dari ini bentuk tunggal-bukaan (Cronquist, A. 1981). Gulnel (Tinospora cordifolia V-3) ​​adalah eudicot (APG sistem II, 2003) dan membentuk clade yang berbeda terpisah dari monokotil dan dikotil. Eudicots ditandai dengan serbuk sari yang biasanya memiliki tiga lubang tidak ada struktur morfologi atau anatomi lain yang menandai kelompok ini telah diidentifikasi, meskipun pengelompokan eudicots sangat didukung oleh analisis berdasarkan data urutan DNA (Soltis dan Soltis. 1999). Hasil kami mengkonfirmasi semua kesimpulan sebelumnya diusulkan oleh Ray (1703) yang pertama kali diidentifikasi sebagai kelompok monokotil, sebagian besar didasarkan pada kepemilikan mereka kotiledon tunggal. Temuan ini menunjukkan bahwa tidak ada perpecahan dikotil monokotil-dikotil bukan tidak membentuk kelompok monofiletik (mereka tidak mengandung semua keturunan nenek moyang mereka) dan ditolak sebagai kelompok formal, beberapa dikotil lebih mirip dengan monokotil dari mereka dikotil ke lain paraphyletic, monokotil dapat didefinisikan oleh beberapa synapomorphies sedangkan eudicots membentuk kelompok monofiletik. Mutasi menumpuk pada tingkat konstan sepanjang sistem kehidupan (hipotesis jam molekuler), dalam penelitian kami dapat diamati bahwa hal yang sama berlaku untuk berkembang pesat markes (penghapusan dan duplikasi dalam genom) terdeteksi dengan teknik RAPD. Ahli botani lama berteori bahwa monokotil berasal dari kelompok kuno dikotil selama diversifikasi awal angiosperma (Donoghue dan Doyle, 1989). Pohon filogenetik hubungan yang berasal dari data molekuler didasarkan pada teknik RAPD mengkonfirmasi hipotesis ini berlangsung lama dan menentukan dikotil kerabat dekat mungkin dari monokotil. ( Mir Abid, 2007 ) .
Morfologi dasar tumbuhan menunjukan evolusinya sebagai organisme terrestrial. Suatu tumbuhan darat harus menempati dua lingkungan yang berbeda, yaitu tanah dan udara. Tanah menyediakan air dan mineral, udara merupakan sumber utama CO­2, namun cahaya tidak bisa menembus jauh kedalam tanah. Solusi evolusioner terhadap pemisahan sumber daya ini adalah diferensiasi tubuh tumbuhan menjadi dua system utama, yaitu system akar (root system) yang berada dibawah permukaan tanah dan system tunas (shoot system) yang berada diatas permukaan tanah yang terdiri dari batang, daun, dan bunga. Banyak tumbuhan dikotil memiliki system akar tunggang (taproot) yang terdiri dari satu akar vertical yang besar (akar tunggangnya) yang menghasilkan banyak akar lateral yang lebih kecil. Monokotil, yang meliputi rumput-rumputan, umumnya memiliki system akar serabut (fibrous root) yang terdiri dari suatu anyaman akar yang mirip benang, yang menyebar di bawah permukaan tanah. ( Campbell, 2003 ) .
Pada akar dikotil maupun monokotil sel-sel yang berada dilapisan paling luar akar adalah epidermis. Sel-sel ini umumnya berbentuk agak pipih.beberapa sel epidermis membentuk suatu tonjolan yang panjang yang dikenal sebagai bulu akar. Bulu-bulu akar ini menyusup diantara partikel-partikel tanah hingga memperluas permukaan kontak antara akar dengan tanah. Hal ini akan lebih memacu penyerapan air oleh akar karena semakin banyak bagian matrik tanah yang di jangkau oleh akar. Lapisan sel setelah epidermis adalah sel-sel korteks yang memiliki ukuran yang relative besar dan berdinding tipis. Dinding sel korteks ini sangat parmeabel, sehingga besar kemungkinan air dari permukaan akar bergerak menuju pembuluh xilem melalui dinding sel-sel korteks ini. Lapisan paling dalam pada korteks adalah endodermis, yaitu suatu silender setebal satu sel yang membentuk perbatasan antara korteks dan stele. ( Lakitan, 2007 ) .
Pada batang herba, tumbuhan dikotil mempunyai berkas pembuluh dengan xilem dan floem terbuka. Sedangkan pada tumbuhan monokotil sering tertutup. Berkas pembuluh terbuka berarti terbuka untuk tumbuh, sebab berkas tersebut mempunyai selapis sel kambium yang dapat menghasilkan xilem dan floem sekunder. Berkas pembuluh tertutup tidak mempunyai kambium seperti itu, dan juga tertutup dalam arti bahwa berkas tersebut sering dikelilingi oleh seludang berkas yang terdiri dari sel serat berdinding tebal. Berkas pembuluh pada monokotil tersebar secara khas, hampir secara acak, pada empulur (seperti pada jagung), tapi kadang (pada gandum dan jenis rumputan lain, yang batangnya berongga) membentuk cincin yang hampir serupa dengan pada batang dikotil.

Irisan melintang batang monokotil yang khas





Irisan melintang batang dikotil herba yang khas
( Salisbury, 1995 ) .
Jaringan penyokong atau jaringan penguat pada tumbuhan terdiri atas sel-sel kolenkim dan sklerenkim. Kedua bentuk jaringan ini merupakan jaringan sederhana, karena sel-sel penyusunnya hanya terdiri atas satu tipe sel. Kolenkim terdiri atas sel-sel berdinding tebal sebagai jaringan penyokong, sangat berhubungan erat dengan parenkim. Kolenkim seperti halnya parenkim masih mempunyai protoplas, mampu mengadakan aktivitas meristematis. Dinding selnya merupakan dinding primer, tidak berlignin. Kolenkim berbeda dengan jaringan penyokong lainnya yaitu dengan sklerenkim dalam hal struktur dinding dan kondisi protoplas. Kolenkim mempunyai dinding yang lunak, plastis, dinding primer yang tidak berlignin, mempunyai protoplas yang aktif, mampu menghilangkan penebalan dinding jika sel diinduksi untuk aktivitas meristematis, seperti pembentukan kambium gabus atau kalau ada rangsangan luka. Sklerenkim mempunyai dinding yang keras, kaku, dinding sekunder yang biasanya berlignin. Dinding sekunder terdapat pada sel-sel untuk mengalirkan air dari xilem, dan sering terdapat pula pada sel-sel parenkim xilem. Selain itu sel-sel parenkim dalam daerah jaringan lainnya dapat pula bersifat sklereid (sclereid) yang berfungsi untuk mengalirkan air batasannya tidak begitu jelas. (Suradinata, 1998) .
Antara xilem dan floem terdapat kambium intravasikuler, pada perkembangan selanjutnya jaringan parenkim yang terdapat di antara berkas pembuluh angkut juga berubah menjadi kambium, yang disebut kambium intervasikuler. Keduanya dapat mengadakan pertumbuhan sekunder yang mengakibatkan bertambah besarnya diameter batang. Pada tumbuhan Dikotil, berkayu keras dan hidupnya menahun, pertumbuhan menebal sekunder tidak berlangsung terus-menerus, tetapi hanya pada saat air dan zat hara tersedia cukup, sedang pada musim kering tidak terjadi pertumbuhan sehingga pertumbuhan menebalnya pada batang tampak berlapis-lapis, setiap lapis menunjukkan aktivitas pertumbuhan selama satu tahun, lapis-lapis lingkaran tersebut dinamakan Lingkaran Tahun. ( Zhao, 2005 ) .
Kambium pada preparat batang Pluchea indica tidak terlihat karena organ batang Pluchea indica yang diambil masih muda sehingga kambium masih belum terlihat jelas karena masih pada perkembangan struktur primer (Gambar 1). Selain itu pada dikotil basah seperti Pluchea indica ini aktivitas pembelahan kambium tidak sepesat pada dikotil berkayu sehingga sering kali tidak tampak, lebih-lebih bila sedang tidak membelah. Jaringan yang paling efektif menyerap warna dan terwarnai pada preparat batang Pluchea indica adalah parenkim karena dinding sel parenkim yang lebih tipis dibandingkan sklerenkim sehingga pewarna mudah masuk.
Penampang melintang batang Plucea indica

Perisikel pada preparat akar Glycine max tidak terlihat karena sayatan pada bagian perisikel kemungkinan kurang tipis. Mengiris suatu obyek menjadi irisan-irisan yang tipis merupakan pekerjaan yang sulit, memerlukan kesabaran dan keterampilan disamping latihan. Selain itu pewarnaan pada bagian stele tidak menimbulkan kontras karena semua terlihat merah dengan intensitas penyerapan warna yang sama sehingga sulit untuk membedakan dan mengidentifikasi jaringan pada bagian stele termasuk perisikel. Parenkim dan floem pada preparat batang Panicum sp tidak menyerap warna dan tidak terwarnai menurut penelaah, tetapi menurut peneliti terwarnai meskipun intensitas pewarnaannya tidak setajam sklerenkim. Selain itu kemungkinan pewarna filtrat daun muda jati tidak dapat mewarnai jaringan secara permanen sehingga saat penelaah mengamati preparat tersebut pewarnanya sudah mulai pudar. Epidermis pada preparat akar Ordchidae tidak terwarnai karena yang terwarnai adalah velamen. Pada akar Ordchidae epidermisnya berlapis-lapis dan disebut velamen. Endodermis tidak terlihat karena epidermis hanya terdiri dari satu sel saja dan ukurannya lebih kecil dari parenkim sehingga sulit diamati. Endodermis menurut peneliti terwarnai tetapi intensitas pewarnaannya sama dengan perisikel sehingga sulit membedakan diantara keduanya. ( Mita, 2013 ) .
Jaringan parenkim dijumpai pada kulit batang, kulit akar, daging, daun, daging buah dan endosperm. Bentuk sel parenkim bermacam-macam. Sel parenkim yang mengandung klorofil disebut klorenkim, yang mengandung rongga-rongga udara disebut aerenkim. Penyimpanan cadangan makanan dan air oleh tubuh tumbuhan dilakukan oleh jaringan parenkim. ( Arif, 2010 ) .














METODOLOGI
Praktikum mengenai jaringan pada akar dan batang monokotil dan dikotil, dilaksanakan pada tanggal 11 april 2013 di laboratorium pendidikan biologi, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, universitas tanjungpura pontianak, pukul 07.30-selesai WIB.
Adapun alat dan bahan yang digunakan saat praktikum ini, yaitu Alat yang digunakan berupa mikroskop, silet, pipet tetes, beaker glass, gelas objek, dan kaca penutup. Sedangkan bahan yang digunakan berupa preparat akar dan batang monokotil Zea mays, preparat akar dan batang dikotil Arachis hypogea, preparat segar akar dan batang monokotil Caladium sp dan air.
Metode pada praktikum ini yaitu preparat yang telah disiapkan berupa preparat akar dan batang monokotil Zea mays, preparat akar dan batang dikotil Arachis hypogea kemudian diamati dengan mikroskop dari perbesaran lemah hingga perbesaran yang kuat. Setelah jaringan akar dan batang yang tampak, digambar dan diberi keterangan. Pada preparat segar berupa preparat segar akar dan batang monokotil Caladium sp, kemudian akar dan batang masing-masing disiapkan untuk disayat setipis mungkin dengan silet dan diletakkan pada gelas objek dan ditetesi dengan air secukupnya serta ditutup dengan kaca penutup. Kemudian diamati dengan mikroskop dengan perbesaran yang lemah ke perbesaran yang besar. Kemudian diamati jaringan akar dan batang yang tampak, digambar dan diberi keterangan.











DATA DAN PEMBAHASAN
Data Pengamatan :
a.    Preparat akar Zea mays ( Monokotil )
Perbesaran 10×10                                                              
Keterangan : 1. Empulur                                        4. Endodermis
                    2. Floem                                              5. Korteks
                    3. Xylem                                             6. Epidermis
b.    Preparat batang Zea mays ( Monokotil )
Perbesaran 4×10
Keterangan : 1.Epidermis                                       4. Xylem
                    2. Korteks                                           5. Empulur
                    3. Floem                                             
c.    Preparat akar Arachis hypogea ( Dikotil )
Perbesaran 10×10
Keterangan : 1.Epidermis                                       4. Xylem
                    2. Korteks                                           5. Empulur
                   3. Floem                         

d.   Preparat batang Arachis hypogea ( Dikotil )
Perbesaran 10×10

Keterangan : 1.Epidermis                                     
                    2. Korteks                                          
                   3. Endodermis
- Floem dan Xylem tidak terlihat jelas di objek.


e.    Preparat segar
Akar Caladium sp. ( Monokotil )
Perbesaran 4×10
Keterangan : 1. Epidermis
                   2. Korteks

f.       Preparat segar
Batang Caladium sp. ( Monokotil )
Perbesaran 4×10
                 
Keterangan : 1.Epidermis                                       4. Floem
                    2. Korteks                                           5. Xylem
                   3. Endodermis                



Pembahasan :
Dalam praktikum mengenai jaringan pada akar dan batang monokotil dan dikotil, pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop. Preparat yang telah disediakan yaitu akar dan batang Zea mays merupakan tumbuhan monokotil sedangkan akar dan batang Arachis hypogea merupakan tumbuhan dikotil.

    
Gambar akar monokotil “Zea mays “         Gambar akar dikotil “Arachis hypogea

Pada jaringan akar monokotil yang tampak yaitu empulur, floem, xylem,endodermis, korteks, dan epidermis. Sedangkan akar dikotil yang tampak yaitu epidermis, korteks, floem, xylem, dan empulur. Pengamatan yang dilakukan, bila di bandingkan dengan referensi, empulur terdapat pada akar seperti tumbuhan monokotil yang tidak membentuk xilem dipusat akar. Dapat dilihat data pengamatan tersebut, bahwa akar dikotil memiliki bagian empulur, hal tersebut kemungkinan kesalahan dalam menentukan bagian-bagiannya.
Menurut ( Campbell, 2003 ) Perbedaan antara akar dikotil dan monokotil adalah terletak pada susunan berkas pembuluhnya. Pada akar dikotil berkas pembuluh xilem memencar seperti jari-jari dari pusat roda hal ini dapat diartikan bahwa letak pembuluh angkut pada akar dikotil ini tersebar, sedangkan pada akar monokotil letak pembuluh floem dan xilemnya bergantian didalam stele yang dapat diartikan bahwa letak pembuluh pada akar monokotil adalah teratur. Pada korteks akar tumbuhan monokotil biasanya terdapat skelerenkim. Protofloem akar tumbuhan dikotil tidak mempunyai sel pengiring sedangkan metafloem mempunyai.
 
Gambar batang monokotil “Zea mays “       Gambar batang dikotil “Arachis hypogea

Pada jaringan batang monokotil yang tampak yaitu epidermis, korteks, floem, xylem, dan empulur. Sedangkan batang dikotil yang tampak yaitu epidermis, korteks, dan endodermis, floem dan xylem tidak terlihat jelas pada objek. Perbedaan susunan keduanya terletak pada letak jaringan pembuluh yaitu xylem dan floem.
Pada batang Zea mays, jaringan pembuluh terletak di seluruh jaringan dasar (tersebar), sehingga tumbuhan monokotil tidak mempunyai kambium. Hal ini sesuai dengan teori yakni dikemukakan ( Budi. 2008 ) yaitu Pada stele monokotil terdapat ikatan pembuluh yang menyebar dan bertipe kolateral tertutup yang artinya di antara xilem dan floem tidak ditemukan kambium.
Tidak adanya kambium pada Monokotil menyebabkan batang Monokotil tidak dapat tumbuh membesar, dengan perkataan lain tidak terjadi pertumbuhan menebal sekunder. Meskipun demikian, ada Monokotil yang dapat mengadakan pertumbuhan menebal sekunder, misalnya pada pohon Hanjuang (Cordyline sp) dan pohon Nenas seberang (Agave sp).
Pada batang Arachis hypogea, jaringan dewasa primer berasal dari sistem apikal ( protoderm, ground meristem, dan prokambium ) dan terdiri dari jaringan epidermis, korteks, endodermis, dan ikatan pembuluh ( floem, xylem, dan kambium ).
Menurut ( Salisbury, 1995 ) yaitu irisan melintang batang monokotil yang khas. bila diperhatikan gambar yang di kajian pustaka mengenai irisan melintang tersebut, dimana berkas pembuluh yang tersebar pada jaringan dasar empulur. Masing-masingnya dikelilingi sebuah seludang sel. Sedangkan pada irisan melintang batang dikotil herba yang khas. Pada gambar yang di kajian pustaka mengenai irisan melintang dikotil ini, berkas pembuluh membentuk sebuah cincin dengan empulur dibagian dalam dan korteks ( khususnya dengan sel kolenkima yang bersudut tebal pada irisan melintang ) dibagian luar di bawah epidermis.
Pada batang monokotil dan dikotil, biasanya ( tapi tidak selalu ) xylem berada disebelah dalam floem.
Preparat segar yang diambil di sekitar kampus atau di depan laboratorium pendidikan biologi, yang dijadikan awetan segar yaitu akar dan batang Caladium sp. Bila dilihat hasil pengamatan yang dilakukan, akar dan batangnya merupakan tumbuhan monokotil. Akar monokotil ini dengan bagian-bagian yang tampak yaitu epidermis dan korteks, sedangkan pada batang monokotilnya yang tampak yaitu epidermis, korteks, endodermis, floem, dan xylem.
 
Gambar akar monokotil “Caladium sp. “             Gambar batang monokotil “Caladium sp.”

Pada pengamatan yang dilakukan, akar Caladium sp. Bagian-bagiannya tidak terlalu jelas, hal ini dikarenakan menurut ( Mita Nurwanti, J. Djoko Budiono, Rinie Pratiwi P. 2013 ) yaitu sayatan pada bagian perisikel kemungkinan kurang tipis dan pada organ batang yang diambil masih muda sehingga kambium masih belum terlihat jelas karena masih pada perkembangan struktur primer. Endodermis tidak terlihat karena epidermis hanya terdiri dari satu sel saja dan ukurannya lebih kecil dari parenkim sehingga sulit diamati.

Gambar preparat awetan kering

Gambar preparat awetan segar

Bila dibandingkan awetan kering dengan awetan segar yaitu pada awetan yang segar, sulit dalam menentukan bagiannya hal ini dikarenakan dalam mengiris suatu objek menjadi irisan-irisan yang tipis merupakan pekerjaan yang sulit, memerlukan kesabaran dan keterampilan latihan serta ketelitian. Walaupun demikian, awetan segar seharusnya mudah untuk di amati karena preparat yang digunakan masih hidup/segar dan awetan segar tersebut masih memiliki sedikit pergerakan pada sitoplasmanya, bila dibandingkan dengan awetan kering.




KESIMPULAN
Perbedaan antara preparat awetan akar dan monokotil tumbuhan Zea mays, dan akar dan batang dikotil tumbuhan Arachis hypogaea terletak pada susunan ikatan pembuluhnya. Pada batang dikotil ikatan pembuluhnya adalah koleteral terbuka dan letaknya teratur sedangkan pada akar dikotil letak berkas pembuluhnya tersebar dan bertipe koleteral tertutup. Untuk tumbuhan monokotil, batangnya berupa ikatan pembuluh yang kolateral tertutup dan letaknya tersebar sedangkan pada akar monokotil letak berkas pembuluhnya tersebar dan bertipe koleteral tertutup. Pada  preparat segar batang Caladium sp. yang merupakan preparat segar. batang tumbuhan monokotil ikatan pembuluhnya kolateral tertutup dan letak berkas pembuluhnya tersebar. Sedangkan pada akar Caladium sp. belum terlihat jelas bagian-bagiannya karena sayatan pada bagian perisikel kemungkinan kurang tipis. Perbandingan antara awetan kering dengan awetan segar yaitu pada awetan segar masih memiliki sedikit pergerakan pada sitoplasmanya, bila dibandingkan dengan awetan kering. Dalam pembuatan awetan segar harus diperhatikan dalam mengiris suatu objek menjadi irisan-irisan yang tipis merupakan pekerjaan yang sulit, memerlukan kesabaran dan keterampilan latihan serta ketelitian.














DAFTAR PUSTAKA
Arif. 2010. Biologi. Jakarta: Yudhistira.
Budi. 2008 . Batang Dikotil Dan Monokotil . http: //setracrew.multipl.com/journal        /item/12 . diakses tanggal 12 april 2013.
Campbell. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
David. 2013. Anatomy Morphology http://generalhorticulture.tamu.edu/HORT604/.../AnatomyMorphology.pdf. diakses tanggal 12 april 2013.
Lakitan. 2007 . Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Mir Abid. 2007. African Journal of Plant Science. Volume 2. Halaman 1. Available online at http://www.academicjournals.org/AJPS. ISSN 1996-0824 © 2008 Academic Journals.
Mita. 2013. Pemanfaatan Filtrat  Daun Muda Jati Sebagai Bahan Pewarna Alternatif  Dalam  Pembuatan Preparat Jaringan Tumbuhan. http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioedu. diakses tanggal 12 april 2013.
Salisbury. 1995. Fisiologi tumbuhan jilid 1. Bandung: ITB.
Suradinata. 1998. Struktur Tumbuhan. Bandung: Angkasa.
Zhao. 2005. The Xylem and Phloem Transcriptomes from Secondary Tissues of the Arabidopsis Root-Hypocotyl1 . http://jxb.oxfordjournals.org /content/51 /351/1721 . full . diakses tanggal 12 april 2013.





LAMPIRAN
1.    Apakah perbedaan letak jaringan pada tumbuhan monokotil dan dikotil baik pada akar maupun batang?
Jawab: Letak perbedaannya adalah pada tumbuhan dikotil letak jaringannya beraturan sedangkan pada tumbuhan monokotil tidak beraturan dan ada atau tidaknya kambium dan letak dari berkas pembuluh angkut.

2.    Bagaimana air masuk ke dalam xilem?
Jawab : Secara osmosis (simplas) dan difusi (apoplas)  melalui dinding selnya.

3.    Jelaskan bagaimana air masuk ke dalam xilem melalui beberapa jaringan akar!
Jawab : Pertama-tama air diserap oleh rambut akar dengan cara osmosis, kemudian air masuk dengan cara difusi didaerah simplas selanjutnya melewati  corpus (apoplas) dan korteks menuju silinder pusat tapi terlebih dahulu melewati endodermis yang terletak di antara korteks dan stele (silinder pusat). Dimana di endodermis terdapat pita kaspari. Setelah itu air pun diterima oleh xilem dan diangkut ke daun.

4.    Bagaimana hasil pengamatan pada preparat segar dengan preparat awetan?
Jawab: Bila dibandingkan awetan kering dengan awetan segar yaitu pada  awetan yang segar, sulit dalam menentukan bagiannya hal ini dikarenakan dalam mengiris suatu objek menjadi irisan-irisan yang tipis merupakan pekerjaan yang sulit, memerlukan kesabaran dan keterampilan latihan serta ketelitian. Walaupun demikian, awetan segar seharusnya mudah untuk di amati karena preparat yang digunakan masih hidup/segar dan awetan segar tersebut masih memiliki sedikit pergerakan pada sitoplasmanya, bila dibandingkan dengan awetan kering.













 LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI TUMBUHAN
“ JARINGAN PADA AKAR DAN BATANG MONOKOTIL DAN DIKOTIL “

OLEH
                   RISFI PRATIWI SUTRISNO (F16111004)

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013
ABSTRAK
Tumbuhan adalah tonggak dari sebagian besar ekosistem terestrial. Kajian mengenai tumbuhan muncul dari kemampuan awal manusia untuk bisa membedakan antara tumbuhan yang bisa dimakan dan tumbuhan yang beracun. Biologi tumbuhan modern selalu mengadakan perkembangan sehingga pada masa sekarang ini tumbuhan tidak hanya dibedakan berdasarkan tumbuhan yang bisa dimakan atau tidak, tetapi tumbuhan pada saat ini dibedakan berdasarkan banyak hal, salah satunya adalah berdasarkan  ada atau tidak adanya kambium sehingga tumbuhan dibedakan menjadi tumbuhan dikotil dan tumbuhan monokotil. Tumbuhan dikotil merupakan tumbuhan yang berkambium yang dapat mengadakan pertumbuhan sekunder sedangkan tumbuhan monokotil tidak memiliki kambium. Selain hal tersebut perbedaan juga terdapat pada tipe ikatan pembuluh pada batang dikotil memiliki ikatan pembuluh bertipe koleteral terbuka dan bikolateral yang letaknya teratur sedangkan monokotil tipe pembuluhnya adalah koleteral tertutup atau amphivasal yang letak ikatan pembulunya tersebar. Ikatan pembuluh akar dikotil letaknya tersebar sedangkan monokotil letak ikatan pembuluhnya sangat teratur.

Kata kunci : Batang dan Akar dikotil dan monokotil, Bertipe Koleteral Terbuka, Bertipe Koleteral Tertutup.








PENDAHULUAN
Pada batang dikotil, jaringan dewasa primer berasal dari sistem apikal (protoderm, ground meristem, dan procambium) dan terdiri dari jaringan epidermis, korteks, endodermis, dan ikatan pembuluh (floem, xylem, dan kambium). Pada tumbuhan dikotil terdapat kambium. Adanya kambium dikotil dapat mengadakan pertumbuhan sekunder dan periderm. Pada batang monokotil, jaringan permanen primer selain dari meristem apikal juga berasal dari meristem interkalar. Jaringan monokotil primer terdiri dari jaringan dasar fundamental dimana letak ikatan pembuluh terbesar. Pada batang monokotil tidak terdapat kambium, kecuali pada beberapa spesies. Karena itu tidak mempunyai jaringan sekunder, walaupun tidak dapat mengadakan pertumbuhan sekunder, batang monokotil dapat mempunyai batang yang besar karena adanya pertumbuhan meristem menebal. Pada anatomi batang dikotil dan monokotil tersebut, memiliki perbedaan pada tipe ikatan pembuluh pada batang. Pada dikotil, tipe ikatan pembuluhnya yaitu tipe kolateral terbuka dan bikolateral. Sedangkan pada monokotil, tipe ikatan pembuluhnya yaitu bertipe kolateral tertutup yang umumnya di bungkus oleh sarung sklerenkim. Susunan anatomi akar lebih sederhana daripada susunan anatomi batang walaupun susunan anatomi akar bervariasi. Pada penampang melintang akar primer dijumpai tiga sistem jaringan pokok yaitu epidermis, korteks, dan sistem jaringan pengangkut. Di ujung akar terdapat bagian akar primer yang lain, yaitu akar yang berfungsi melindungi promeristem akar. Berdasarkan hal tersebut, tujuan dari percobaan ini yaitu mempelajari sistem jaringan pada batang dikotil dan monokotil serta pada akar tumbuhan, mempelajari tipe berkas pengangkut pada batang dikotil dan monokotil serta pada akar tumbuhan, dan mempelajari tipe stele pada batang dikotil dan monokotil serta pada akar tumbuhan. Pada pengamatan preparat segar, tujuannya yaitu mengamati slide awetan akar dan batang tumbuhan monokotil dan dikotil dan membuat preparat segar dengan menggunakan tumbuhan dikotil dan monokotil yang ada disekitar kampus atau disekitar laboratorium pendidikan biologi.

Tanaman memproduksi semua struktur ini melalui pertumbuhan dari kelompok diskrit sel membagi disebut meristem. Jaringan herba adalah pertumbuhan panjang dari meristem apikal, yang terjadi pada akhir setiap tunas dan akar, dan meristem kabisat di dasar daun rumput. Jaringan kayu ini disebabkan pertumbuhan diameter dari kambium vaskular, yang memproduksi xilem sekunder (kayu) dan floem, dan phellogen, yang menghasilkan periderm (kulit kayu). Hampir semua tanaman kita bertumbuh dalam hortikultura adalah monokotil (daun linier, contoh Rumput, jagung, dracaena, dan kelapa), dikotil (tanaman berdaun lebar, contoh Oak, selada, apel) atau gymnosperma (daun sebagai jarum dan skala ,contoh pinus, juniper). Anatomi internal monokotil, dikotil dan gymnosperma kadang-kadang sama dan kadang-kadang berbeda.
STEM ANATOMI
Herba monokotil - Pertumbuhan Primer




ANATOMI AKAR
Herba dikotil, Gymnosperm atau monokotil - Pertumbuhan Primer
( David, 2013 ) .
Filogenetik studi angiosperma berdasarkan teknik RAPD untuk menemukan pemecahan dikotil monokotil-dan tingkat perbedaan genetik di antara garis keturunan yang berbeda dari tanaman angiospermic jelas menunjukkan bahwa sementara monokotil membentuk clade semua dikotil tidak membentuk kelompok yang berbeda yang terpisah dari monokotil. Sebaliknya, monokotil yang tertanam dalam clade garis keturunan percabangan awal tanaman berbunga, biasanya disebut sebagai magnoliids, yang semuanya memiliki karakteristik dikotil tradisional (Ray, 1703). Cabang-cabang awal angiosperma, termasuk monokotil, ditandai dengan jenis serbuk sari yang berasal dari ini bentuk tunggal-bukaan (Cronquist, A. 1981). Gulnel (Tinospora cordifolia V-3) ​​adalah eudicot (APG sistem II, 2003) dan membentuk clade yang berbeda terpisah dari monokotil dan dikotil. Eudicots ditandai dengan serbuk sari yang biasanya memiliki tiga lubang tidak ada struktur morfologi atau anatomi lain yang menandai kelompok ini telah diidentifikasi, meskipun pengelompokan eudicots sangat didukung oleh analisis berdasarkan data urutan DNA (Soltis dan Soltis. 1999). Hasil kami mengkonfirmasi semua kesimpulan sebelumnya diusulkan oleh Ray (1703) yang pertama kali diidentifikasi sebagai kelompok monokotil, sebagian besar didasarkan pada kepemilikan mereka kotiledon tunggal. Temuan ini menunjukkan bahwa tidak ada perpecahan dikotil monokotil-dikotil bukan tidak membentuk kelompok monofiletik (mereka tidak mengandung semua keturunan nenek moyang mereka) dan ditolak sebagai kelompok formal, beberapa dikotil lebih mirip dengan monokotil dari mereka dikotil ke lain paraphyletic, monokotil dapat didefinisikan oleh beberapa synapomorphies sedangkan eudicots membentuk kelompok monofiletik. Mutasi menumpuk pada tingkat konstan sepanjang sistem kehidupan (hipotesis jam molekuler), dalam penelitian kami dapat diamati bahwa hal yang sama berlaku untuk berkembang pesat markes (penghapusan dan duplikasi dalam genom) terdeteksi dengan teknik RAPD. Ahli botani lama berteori bahwa monokotil berasal dari kelompok kuno dikotil selama diversifikasi awal angiosperma (Donoghue dan Doyle, 1989). Pohon filogenetik hubungan yang berasal dari data molekuler didasarkan pada teknik RAPD mengkonfirmasi hipotesis ini berlangsung lama dan menentukan dikotil kerabat dekat mungkin dari monokotil. ( Mir Abid, 2007 ) .
Morfologi dasar tumbuhan menunjukan evolusinya sebagai organisme terrestrial. Suatu tumbuhan darat harus menempati dua lingkungan yang berbeda, yaitu tanah dan udara. Tanah menyediakan air dan mineral, udara merupakan sumber utama CO­2, namun cahaya tidak bisa menembus jauh kedalam tanah. Solusi evolusioner terhadap pemisahan sumber daya ini adalah diferensiasi tubuh tumbuhan menjadi dua system utama, yaitu system akar (root system) yang berada dibawah permukaan tanah dan system tunas (shoot system) yang berada diatas permukaan tanah yang terdiri dari batang, daun, dan bunga. Banyak tumbuhan dikotil memiliki system akar tunggang (taproot) yang terdiri dari satu akar vertical yang besar (akar tunggangnya) yang menghasilkan banyak akar lateral yang lebih kecil. Monokotil, yang meliputi rumput-rumputan, umumnya memiliki system akar serabut (fibrous root) yang terdiri dari suatu anyaman akar yang mirip benang, yang menyebar di bawah permukaan tanah. ( Campbell, 2003 ) .
Pada akar dikotil maupun monokotil sel-sel yang berada dilapisan paling luar akar adalah epidermis. Sel-sel ini umumnya berbentuk agak pipih.beberapa sel epidermis membentuk suatu tonjolan yang panjang yang dikenal sebagai bulu akar. Bulu-bulu akar ini menyusup diantara partikel-partikel tanah hingga memperluas permukaan kontak antara akar dengan tanah. Hal ini akan lebih memacu penyerapan air oleh akar karena semakin banyak bagian matrik tanah yang di jangkau oleh akar. Lapisan sel setelah epidermis adalah sel-sel korteks yang memiliki ukuran yang relative besar dan berdinding tipis. Dinding sel korteks ini sangat parmeabel, sehingga besar kemungkinan air dari permukaan akar bergerak menuju pembuluh xilem melalui dinding sel-sel korteks ini. Lapisan paling dalam pada korteks adalah endodermis, yaitu suatu silender setebal satu sel yang membentuk perbatasan antara korteks dan stele. ( Lakitan, 2007 ) .
Pada batang herba, tumbuhan dikotil mempunyai berkas pembuluh dengan xilem dan floem terbuka. Sedangkan pada tumbuhan monokotil sering tertutup. Berkas pembuluh terbuka berarti terbuka untuk tumbuh, sebab berkas tersebut mempunyai selapis sel kambium yang dapat menghasilkan xilem dan floem sekunder. Berkas pembuluh tertutup tidak mempunyai kambium seperti itu, dan juga tertutup dalam arti bahwa berkas tersebut sering dikelilingi oleh seludang berkas yang terdiri dari sel serat berdinding tebal. Berkas pembuluh pada monokotil tersebar secara khas, hampir secara acak, pada empulur (seperti pada jagung), tapi kadang (pada gandum dan jenis rumputan lain, yang batangnya berongga) membentuk cincin yang hampir serupa dengan pada batang dikotil.

Irisan melintang batang monokotil yang khas





Irisan melintang batang dikotil herba yang khas
( Salisbury, 1995 ) .
Jaringan penyokong atau jaringan penguat pada tumbuhan terdiri atas sel-sel kolenkim dan sklerenkim. Kedua bentuk jaringan ini merupakan jaringan sederhana, karena sel-sel penyusunnya hanya terdiri atas satu tipe sel. Kolenkim terdiri atas sel-sel berdinding tebal sebagai jaringan penyokong, sangat berhubungan erat dengan parenkim. Kolenkim seperti halnya parenkim masih mempunyai protoplas, mampu mengadakan aktivitas meristematis. Dinding selnya merupakan dinding primer, tidak berlignin. Kolenkim berbeda dengan jaringan penyokong lainnya yaitu dengan sklerenkim dalam hal struktur dinding dan kondisi protoplas. Kolenkim mempunyai dinding yang lunak, plastis, dinding primer yang tidak berlignin, mempunyai protoplas yang aktif, mampu menghilangkan penebalan dinding jika sel diinduksi untuk aktivitas meristematis, seperti pembentukan kambium gabus atau kalau ada rangsangan luka. Sklerenkim mempunyai dinding yang keras, kaku, dinding sekunder yang biasanya berlignin. Dinding sekunder terdapat pada sel-sel untuk mengalirkan air dari xilem, dan sering terdapat pula pada sel-sel parenkim xilem. Selain itu sel-sel parenkim dalam daerah jaringan lainnya dapat pula bersifat sklereid (sclereid) yang berfungsi untuk mengalirkan air batasannya tidak begitu jelas. (Suradinata, 1998) .
Antara xilem dan floem terdapat kambium intravasikuler, pada perkembangan selanjutnya jaringan parenkim yang terdapat di antara berkas pembuluh angkut juga berubah menjadi kambium, yang disebut kambium intervasikuler. Keduanya dapat mengadakan pertumbuhan sekunder yang mengakibatkan bertambah besarnya diameter batang. Pada tumbuhan Dikotil, berkayu keras dan hidupnya menahun, pertumbuhan menebal sekunder tidak berlangsung terus-menerus, tetapi hanya pada saat air dan zat hara tersedia cukup, sedang pada musim kering tidak terjadi pertumbuhan sehingga pertumbuhan menebalnya pada batang tampak berlapis-lapis, setiap lapis menunjukkan aktivitas pertumbuhan selama satu tahun, lapis-lapis lingkaran tersebut dinamakan Lingkaran Tahun. ( Zhao, 2005 ) .
Kambium pada preparat batang Pluchea indica tidak terlihat karena organ batang Pluchea indica yang diambil masih muda sehingga kambium masih belum terlihat jelas karena masih pada perkembangan struktur primer (Gambar 1). Selain itu pada dikotil basah seperti Pluchea indica ini aktivitas pembelahan kambium tidak sepesat pada dikotil berkayu sehingga sering kali tidak tampak, lebih-lebih bila sedang tidak membelah. Jaringan yang paling efektif menyerap warna dan terwarnai pada preparat batang Pluchea indica adalah parenkim karena dinding sel parenkim yang lebih tipis dibandingkan sklerenkim sehingga pewarna mudah masuk.
Penampang melintang batang Plucea indica

Perisikel pada preparat akar Glycine max tidak terlihat karena sayatan pada bagian perisikel kemungkinan kurang tipis. Mengiris suatu obyek menjadi irisan-irisan yang tipis merupakan pekerjaan yang sulit, memerlukan kesabaran dan keterampilan disamping latihan. Selain itu pewarnaan pada bagian stele tidak menimbulkan kontras karena semua terlihat merah dengan intensitas penyerapan warna yang sama sehingga sulit untuk membedakan dan mengidentifikasi jaringan pada bagian stele termasuk perisikel. Parenkim dan floem pada preparat batang Panicum sp tidak menyerap warna dan tidak terwarnai menurut penelaah, tetapi menurut peneliti terwarnai meskipun intensitas pewarnaannya tidak setajam sklerenkim. Selain itu kemungkinan pewarna filtrat daun muda jati tidak dapat mewarnai jaringan secara permanen sehingga saat penelaah mengamati preparat tersebut pewarnanya sudah mulai pudar. Epidermis pada preparat akar Ordchidae tidak terwarnai karena yang terwarnai adalah velamen. Pada akar Ordchidae epidermisnya berlapis-lapis dan disebut velamen. Endodermis tidak terlihat karena epidermis hanya terdiri dari satu sel saja dan ukurannya lebih kecil dari parenkim sehingga sulit diamati. Endodermis menurut peneliti terwarnai tetapi intensitas pewarnaannya sama dengan perisikel sehingga sulit membedakan diantara keduanya. ( Mita, 2013 ) .
Jaringan parenkim dijumpai pada kulit batang, kulit akar, daging, daun, daging buah dan endosperm. Bentuk sel parenkim bermacam-macam. Sel parenkim yang mengandung klorofil disebut klorenkim, yang mengandung rongga-rongga udara disebut aerenkim. Penyimpanan cadangan makanan dan air oleh tubuh tumbuhan dilakukan oleh jaringan parenkim. ( Arif, 2010 ) .














METODOLOGI
Praktikum mengenai jaringan pada akar dan batang monokotil dan dikotil, dilaksanakan pada tanggal 11 april 2013 di laboratorium pendidikan biologi, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, universitas tanjungpura pontianak, pukul 07.30-selesai WIB.
Adapun alat dan bahan yang digunakan saat praktikum ini, yaitu Alat yang digunakan berupa mikroskop, silet, pipet tetes, beaker glass, gelas objek, dan kaca penutup. Sedangkan bahan yang digunakan berupa preparat akar dan batang monokotil Zea mays, preparat akar dan batang dikotil Arachis hypogea, preparat segar akar dan batang monokotil Caladium sp dan air.
Metode pada praktikum ini yaitu preparat yang telah disiapkan berupa preparat akar dan batang monokotil Zea mays, preparat akar dan batang dikotil Arachis hypogea kemudian diamati dengan mikroskop dari perbesaran lemah hingga perbesaran yang kuat. Setelah jaringan akar dan batang yang tampak, digambar dan diberi keterangan. Pada preparat segar berupa preparat segar akar dan batang monokotil Caladium sp, kemudian akar dan batang masing-masing disiapkan untuk disayat setipis mungkin dengan silet dan diletakkan pada gelas objek dan ditetesi dengan air secukupnya serta ditutup dengan kaca penutup. Kemudian diamati dengan mikroskop dengan perbesaran yang lemah ke perbesaran yang besar. Kemudian diamati jaringan akar dan batang yang tampak, digambar dan diberi keterangan.











DATA DAN PEMBAHASAN
Data Pengamatan :
a.    Preparat akar Zea mays ( Monokotil )
Perbesaran 10×10                                                              
Keterangan : 1. Empulur                                        4. Endodermis
                    2. Floem                                              5. Korteks
                    3. Xylem                                             6. Epidermis
b.    Preparat batang Zea mays ( Monokotil )
Perbesaran 4×10
Keterangan : 1.Epidermis                                       4. Xylem
                    2. Korteks                                           5. Empulur
                    3. Floem                                             
c.    Preparat akar Arachis hypogea ( Dikotil )
Perbesaran 10×10
Keterangan : 1.Epidermis                                       4. Xylem
                    2. Korteks                                           5. Empulur
                   3. Floem                         

d.   Preparat batang Arachis hypogea ( Dikotil )
Perbesaran 10×10

Keterangan : 1.Epidermis                                     
                    2. Korteks                                          
                   3. Endodermis
- Floem dan Xylem tidak terlihat jelas di objek.


e.    Preparat segar
Akar Caladium sp. ( Monokotil )
Perbesaran 4×10
Keterangan : 1. Epidermis
                   2. Korteks

f.       Preparat segar
Batang Caladium sp. ( Monokotil )
Perbesaran 4×10
                 
Keterangan : 1.Epidermis                                       4. Floem
                    2. Korteks                                           5. Xylem
                   3. Endodermis                



Pembahasan :
Dalam praktikum mengenai jaringan pada akar dan batang monokotil dan dikotil, pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop. Preparat yang telah disediakan yaitu akar dan batang Zea mays merupakan tumbuhan monokotil sedangkan akar dan batang Arachis hypogea merupakan tumbuhan dikotil.

    
Gambar akar monokotil “Zea mays “         Gambar akar dikotil “Arachis hypogea

Pada jaringan akar monokotil yang tampak yaitu empulur, floem, xylem,endodermis, korteks, dan epidermis. Sedangkan akar dikotil yang tampak yaitu epidermis, korteks, floem, xylem, dan empulur. Pengamatan yang dilakukan, bila di bandingkan dengan referensi, empulur terdapat pada akar seperti tumbuhan monokotil yang tidak membentuk xilem dipusat akar. Dapat dilihat data pengamatan tersebut, bahwa akar dikotil memiliki bagian empulur, hal tersebut kemungkinan kesalahan dalam menentukan bagian-bagiannya.
Menurut ( Campbell, 2003 ) Perbedaan antara akar dikotil dan monokotil adalah terletak pada susunan berkas pembuluhnya. Pada akar dikotil berkas pembuluh xilem memencar seperti jari-jari dari pusat roda hal ini dapat diartikan bahwa letak pembuluh angkut pada akar dikotil ini tersebar, sedangkan pada akar monokotil letak pembuluh floem dan xilemnya bergantian didalam stele yang dapat diartikan bahwa letak pembuluh pada akar monokotil adalah teratur. Pada korteks akar tumbuhan monokotil biasanya terdapat skelerenkim. Protofloem akar tumbuhan dikotil tidak mempunyai sel pengiring sedangkan metafloem mempunyai.
 
Gambar batang monokotil “Zea mays “       Gambar batang dikotil “Arachis hypogea

Pada jaringan batang monokotil yang tampak yaitu epidermis, korteks, floem, xylem, dan empulur. Sedangkan batang dikotil yang tampak yaitu epidermis, korteks, dan endodermis, floem dan xylem tidak terlihat jelas pada objek. Perbedaan susunan keduanya terletak pada letak jaringan pembuluh yaitu xylem dan floem.
Pada batang Zea mays, jaringan pembuluh terletak di seluruh jaringan dasar (tersebar), sehingga tumbuhan monokotil tidak mempunyai kambium. Hal ini sesuai dengan teori yakni dikemukakan ( Budi. 2008 ) yaitu Pada stele monokotil terdapat ikatan pembuluh yang menyebar dan bertipe kolateral tertutup yang artinya di antara xilem dan floem tidak ditemukan kambium.
Tidak adanya kambium pada Monokotil menyebabkan batang Monokotil tidak dapat tumbuh membesar, dengan perkataan lain tidak terjadi pertumbuhan menebal sekunder. Meskipun demikian, ada Monokotil yang dapat mengadakan pertumbuhan menebal sekunder, misalnya pada pohon Hanjuang (Cordyline sp) dan pohon Nenas seberang (Agave sp).
Pada batang Arachis hypogea, jaringan dewasa primer berasal dari sistem apikal ( protoderm, ground meristem, dan prokambium ) dan terdiri dari jaringan epidermis, korteks, endodermis, dan ikatan pembuluh ( floem, xylem, dan kambium ).
Menurut ( Salisbury, 1995 ) yaitu irisan melintang batang monokotil yang khas. bila diperhatikan gambar yang di kajian pustaka mengenai irisan melintang tersebut, dimana berkas pembuluh yang tersebar pada jaringan dasar empulur. Masing-masingnya dikelilingi sebuah seludang sel. Sedangkan pada irisan melintang batang dikotil herba yang khas. Pada gambar yang di kajian pustaka mengenai irisan melintang dikotil ini, berkas pembuluh membentuk sebuah cincin dengan empulur dibagian dalam dan korteks ( khususnya dengan sel kolenkima yang bersudut tebal pada irisan melintang ) dibagian luar di bawah epidermis.
Pada batang monokotil dan dikotil, biasanya ( tapi tidak selalu ) xylem berada disebelah dalam floem.
Preparat segar yang diambil di sekitar kampus atau di depan laboratorium pendidikan biologi, yang dijadikan awetan segar yaitu akar dan batang Caladium sp. Bila dilihat hasil pengamatan yang dilakukan, akar dan batangnya merupakan tumbuhan monokotil. Akar monokotil ini dengan bagian-bagian yang tampak yaitu epidermis dan korteks, sedangkan pada batang monokotilnya yang tampak yaitu epidermis, korteks, endodermis, floem, dan xylem.
 
Gambar akar monokotil “Caladium sp. “             Gambar batang monokotil “Caladium sp.”

Pada pengamatan yang dilakukan, akar Caladium sp. Bagian-bagiannya tidak terlalu jelas, hal ini dikarenakan menurut ( Mita Nurwanti, J. Djoko Budiono, Rinie Pratiwi P. 2013 ) yaitu sayatan pada bagian perisikel kemungkinan kurang tipis dan pada organ batang yang diambil masih muda sehingga kambium masih belum terlihat jelas karena masih pada perkembangan struktur primer. Endodermis tidak terlihat karena epidermis hanya terdiri dari satu sel saja dan ukurannya lebih kecil dari parenkim sehingga sulit diamati.

Gambar preparat awetan kering

Gambar preparat awetan segar

Bila dibandingkan awetan kering dengan awetan segar yaitu pada awetan yang segar, sulit dalam menentukan bagiannya hal ini dikarenakan dalam mengiris suatu objek menjadi irisan-irisan yang tipis merupakan pekerjaan yang sulit, memerlukan kesabaran dan keterampilan latihan serta ketelitian. Walaupun demikian, awetan segar seharusnya mudah untuk di amati karena preparat yang digunakan masih hidup/segar dan awetan segar tersebut masih memiliki sedikit pergerakan pada sitoplasmanya, bila dibandingkan dengan awetan kering.




KESIMPULAN
Perbedaan antara preparat awetan akar dan monokotil tumbuhan Zea mays, dan akar dan batang dikotil tumbuhan Arachis hypogaea terletak pada susunan ikatan pembuluhnya. Pada batang dikotil ikatan pembuluhnya adalah koleteral terbuka dan letaknya teratur sedangkan pada akar dikotil letak berkas pembuluhnya tersebar dan bertipe koleteral tertutup. Untuk tumbuhan monokotil, batangnya berupa ikatan pembuluh yang kolateral tertutup dan letaknya tersebar sedangkan pada akar monokotil letak berkas pembuluhnya tersebar dan bertipe koleteral tertutup. Pada  preparat segar batang Caladium sp. yang merupakan preparat segar. batang tumbuhan monokotil ikatan pembuluhnya kolateral tertutup dan letak berkas pembuluhnya tersebar. Sedangkan pada akar Caladium sp. belum terlihat jelas bagian-bagiannya karena sayatan pada bagian perisikel kemungkinan kurang tipis. Perbandingan antara awetan kering dengan awetan segar yaitu pada awetan segar masih memiliki sedikit pergerakan pada sitoplasmanya, bila dibandingkan dengan awetan kering. Dalam pembuatan awetan segar harus diperhatikan dalam mengiris suatu objek menjadi irisan-irisan yang tipis merupakan pekerjaan yang sulit, memerlukan kesabaran dan keterampilan latihan serta ketelitian.














DAFTAR PUSTAKA
Arif. 2010. Biologi. Jakarta: Yudhistira.
Budi. 2008 . Batang Dikotil Dan Monokotil . http: //setracrew.multipl.com/journal        /item/12 . diakses tanggal 12 april 2013.
Campbell. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
David. 2013. Anatomy Morphology http://generalhorticulture.tamu.edu/HORT604/.../AnatomyMorphology.pdf. diakses tanggal 12 april 2013.
Lakitan. 2007 . Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Mir Abid. 2007. African Journal of Plant Science. Volume 2. Halaman 1. Available online at http://www.academicjournals.org/AJPS. ISSN 1996-0824 © 2008 Academic Journals.
Mita. 2013. Pemanfaatan Filtrat  Daun Muda Jati Sebagai Bahan Pewarna Alternatif  Dalam  Pembuatan Preparat Jaringan Tumbuhan. http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioedu. diakses tanggal 12 april 2013.
Salisbury. 1995. Fisiologi tumbuhan jilid 1. Bandung: ITB.
Suradinata. 1998. Struktur Tumbuhan. Bandung: Angkasa.
Zhao. 2005. The Xylem and Phloem Transcriptomes from Secondary Tissues of the Arabidopsis Root-Hypocotyl1 . http://jxb.oxfordjournals.org /content/51 /351/1721 . full . diakses tanggal 12 april 2013.





LAMPIRAN
1.    Apakah perbedaan letak jaringan pada tumbuhan monokotil dan dikotil baik pada akar maupun batang?
Jawab: Letak perbedaannya adalah pada tumbuhan dikotil letak jaringannya beraturan sedangkan pada tumbuhan monokotil tidak beraturan dan ada atau tidaknya kambium dan letak dari berkas pembuluh angkut.

2.    Bagaimana air masuk ke dalam xilem?
Jawab : Secara osmosis (simplas) dan difusi (apoplas)  melalui dinding selnya.

3.    Jelaskan bagaimana air masuk ke dalam xilem melalui beberapa jaringan akar!
Jawab : Pertama-tama air diserap oleh rambut akar dengan cara osmosis, kemudian air masuk dengan cara difusi didaerah simplas selanjutnya melewati  corpus (apoplas) dan korteks menuju silinder pusat tapi terlebih dahulu melewati endodermis yang terletak di antara korteks dan stele (silinder pusat). Dimana di endodermis terdapat pita kaspari. Setelah itu air pun diterima oleh xilem dan diangkut ke daun.

4.    Bagaimana hasil pengamatan pada preparat segar dengan preparat awetan?
Jawab: Bila dibandingkan awetan kering dengan awetan segar yaitu pada  awetan yang segar, sulit dalam menentukan bagiannya hal ini dikarenakan dalam mengiris suatu objek menjadi irisan-irisan yang tipis merupakan pekerjaan yang sulit, memerlukan kesabaran dan keterampilan latihan serta ketelitian. Walaupun demikian, awetan segar seharusnya mudah untuk di amati karena preparat yang digunakan masih hidup/segar dan awetan segar tersebut masih memiliki sedikit pergerakan pada sitoplasmanya, bila dibandingkan dengan awetan kering.

















 LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI TUMBUHAN
“ JARINGAN PADA AKAR DAN BATANG MONOKOTIL DAN DIKOTIL “

OLEH
                   RISFI PRATIWI SUTRISNO (F16111004)

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013
ABSTRAK
Tumbuhan adalah tonggak dari sebagian besar ekosistem terestrial. Kajian mengenai tumbuhan muncul dari kemampuan awal manusia untuk bisa membedakan antara tumbuhan yang bisa dimakan dan tumbuhan yang beracun. Biologi tumbuhan modern selalu mengadakan perkembangan sehingga pada masa sekarang ini tumbuhan tidak hanya dibedakan berdasarkan tumbuhan yang bisa dimakan atau tidak, tetapi tumbuhan pada saat ini dibedakan berdasarkan banyak hal, salah satunya adalah berdasarkan  ada atau tidak adanya kambium sehingga tumbuhan dibedakan menjadi tumbuhan dikotil dan tumbuhan monokotil. Tumbuhan dikotil merupakan tumbuhan yang berkambium yang dapat mengadakan pertumbuhan sekunder sedangkan tumbuhan monokotil tidak memiliki kambium. Selain hal tersebut perbedaan juga terdapat pada tipe ikatan pembuluh pada batang dikotil memiliki ikatan pembuluh bertipe koleteral terbuka dan bikolateral yang letaknya teratur sedangkan monokotil tipe pembuluhnya adalah koleteral tertutup atau amphivasal yang letak ikatan pembulunya tersebar. Ikatan pembuluh akar dikotil letaknya tersebar sedangkan monokotil letak ikatan pembuluhnya sangat teratur.

Kata kunci : Batang dan Akar dikotil dan monokotil, Bertipe Koleteral Terbuka, Bertipe Koleteral Tertutup.








PENDAHULUAN
Pada batang dikotil, jaringan dewasa primer berasal dari sistem apikal (protoderm, ground meristem, dan procambium) dan terdiri dari jaringan epidermis, korteks, endodermis, dan ikatan pembuluh (floem, xylem, dan kambium). Pada tumbuhan dikotil terdapat kambium. Adanya kambium dikotil dapat mengadakan pertumbuhan sekunder dan periderm. Pada batang monokotil, jaringan permanen primer selain dari meristem apikal juga berasal dari meristem interkalar. Jaringan monokotil primer terdiri dari jaringan dasar fundamental dimana letak ikatan pembuluh terbesar. Pada batang monokotil tidak terdapat kambium, kecuali pada beberapa spesies. Karena itu tidak mempunyai jaringan sekunder, walaupun tidak dapat mengadakan pertumbuhan sekunder, batang monokotil dapat mempunyai batang yang besar karena adanya pertumbuhan meristem menebal. Pada anatomi batang dikotil dan monokotil tersebut, memiliki perbedaan pada tipe ikatan pembuluh pada batang. Pada dikotil, tipe ikatan pembuluhnya yaitu tipe kolateral terbuka dan bikolateral. Sedangkan pada monokotil, tipe ikatan pembuluhnya yaitu bertipe kolateral tertutup yang umumnya di bungkus oleh sarung sklerenkim. Susunan anatomi akar lebih sederhana daripada susunan anatomi batang walaupun susunan anatomi akar bervariasi. Pada penampang melintang akar primer dijumpai tiga sistem jaringan pokok yaitu epidermis, korteks, dan sistem jaringan pengangkut. Di ujung akar terdapat bagian akar primer yang lain, yaitu akar yang berfungsi melindungi promeristem akar. Berdasarkan hal tersebut, tujuan dari percobaan ini yaitu mempelajari sistem jaringan pada batang dikotil dan monokotil serta pada akar tumbuhan, mempelajari tipe berkas pengangkut pada batang dikotil dan monokotil serta pada akar tumbuhan, dan mempelajari tipe stele pada batang dikotil dan monokotil serta pada akar tumbuhan. Pada pengamatan preparat segar, tujuannya yaitu mengamati slide awetan akar dan batang tumbuhan monokotil dan dikotil dan membuat preparat segar dengan menggunakan tumbuhan dikotil dan monokotil yang ada disekitar kampus atau disekitar laboratorium pendidikan biologi.

Tanaman memproduksi semua struktur ini melalui pertumbuhan dari kelompok diskrit sel membagi disebut meristem. Jaringan herba adalah pertumbuhan panjang dari meristem apikal, yang terjadi pada akhir setiap tunas dan akar, dan meristem kabisat di dasar daun rumput. Jaringan kayu ini disebabkan pertumbuhan diameter dari kambium vaskular, yang memproduksi xilem sekunder (kayu) dan floem, dan phellogen, yang menghasilkan periderm (kulit kayu). Hampir semua tanaman kita bertumbuh dalam hortikultura adalah monokotil (daun linier, contoh Rumput, jagung, dracaena, dan kelapa), dikotil (tanaman berdaun lebar, contoh Oak, selada, apel) atau gymnosperma (daun sebagai jarum dan skala ,contoh pinus, juniper). Anatomi internal monokotil, dikotil dan gymnosperma kadang-kadang sama dan kadang-kadang berbeda.
STEM ANATOMI
Herba monokotil - Pertumbuhan Primer




ANATOMI AKAR
Herba dikotil, Gymnosperm atau monokotil - Pertumbuhan Primer
( David, 2013 ) .
Filogenetik studi angiosperma berdasarkan teknik RAPD untuk menemukan pemecahan dikotil monokotil-dan tingkat perbedaan genetik di antara garis keturunan yang berbeda dari tanaman angiospermic jelas menunjukkan bahwa sementara monokotil membentuk clade semua dikotil tidak membentuk kelompok yang berbeda yang terpisah dari monokotil. Sebaliknya, monokotil yang tertanam dalam clade garis keturunan percabangan awal tanaman berbunga, biasanya disebut sebagai magnoliids, yang semuanya memiliki karakteristik dikotil tradisional (Ray, 1703). Cabang-cabang awal angiosperma, termasuk monokotil, ditandai dengan jenis serbuk sari yang berasal dari ini bentuk tunggal-bukaan (Cronquist, A. 1981). Gulnel (Tinospora cordifolia V-3) ​​adalah eudicot (APG sistem II, 2003) dan membentuk clade yang berbeda terpisah dari monokotil dan dikotil. Eudicots ditandai dengan serbuk sari yang biasanya memiliki tiga lubang tidak ada struktur morfologi atau anatomi lain yang menandai kelompok ini telah diidentifikasi, meskipun pengelompokan eudicots sangat didukung oleh analisis berdasarkan data urutan DNA (Soltis dan Soltis. 1999). Hasil kami mengkonfirmasi semua kesimpulan sebelumnya diusulkan oleh Ray (1703) yang pertama kali diidentifikasi sebagai kelompok monokotil, sebagian besar didasarkan pada kepemilikan mereka kotiledon tunggal. Temuan ini menunjukkan bahwa tidak ada perpecahan dikotil monokotil-dikotil bukan tidak membentuk kelompok monofiletik (mereka tidak mengandung semua keturunan nenek moyang mereka) dan ditolak sebagai kelompok formal, beberapa dikotil lebih mirip dengan monokotil dari mereka dikotil ke lain paraphyletic, monokotil dapat didefinisikan oleh beberapa synapomorphies sedangkan eudicots membentuk kelompok monofiletik. Mutasi menumpuk pada tingkat konstan sepanjang sistem kehidupan (hipotesis jam molekuler), dalam penelitian kami dapat diamati bahwa hal yang sama berlaku untuk berkembang pesat markes (penghapusan dan duplikasi dalam genom) terdeteksi dengan teknik RAPD. Ahli botani lama berteori bahwa monokotil berasal dari kelompok kuno dikotil selama diversifikasi awal angiosperma (Donoghue dan Doyle, 1989). Pohon filogenetik hubungan yang berasal dari data molekuler didasarkan pada teknik RAPD mengkonfirmasi hipotesis ini berlangsung lama dan menentukan dikotil kerabat dekat mungkin dari monokotil. ( Mir Abid, 2007 ) .
Morfologi dasar tumbuhan menunjukan evolusinya sebagai organisme terrestrial. Suatu tumbuhan darat harus menempati dua lingkungan yang berbeda, yaitu tanah dan udara. Tanah menyediakan air dan mineral, udara merupakan sumber utama CO­2, namun cahaya tidak bisa menembus jauh kedalam tanah. Solusi evolusioner terhadap pemisahan sumber daya ini adalah diferensiasi tubuh tumbuhan menjadi dua system utama, yaitu system akar (root system) yang berada dibawah permukaan tanah dan system tunas (shoot system) yang berada diatas permukaan tanah yang terdiri dari batang, daun, dan bunga. Banyak tumbuhan dikotil memiliki system akar tunggang (taproot) yang terdiri dari satu akar vertical yang besar (akar tunggangnya) yang menghasilkan banyak akar lateral yang lebih kecil. Monokotil, yang meliputi rumput-rumputan, umumnya memiliki system akar serabut (fibrous root) yang terdiri dari suatu anyaman akar yang mirip benang, yang menyebar di bawah permukaan tanah. ( Campbell, 2003 ) .
Pada akar dikotil maupun monokotil sel-sel yang berada dilapisan paling luar akar adalah epidermis. Sel-sel ini umumnya berbentuk agak pipih.beberapa sel epidermis membentuk suatu tonjolan yang panjang yang dikenal sebagai bulu akar. Bulu-bulu akar ini menyusup diantara partikel-partikel tanah hingga memperluas permukaan kontak antara akar dengan tanah. Hal ini akan lebih memacu penyerapan air oleh akar karena semakin banyak bagian matrik tanah yang di jangkau oleh akar. Lapisan sel setelah epidermis adalah sel-sel korteks yang memiliki ukuran yang relative besar dan berdinding tipis. Dinding sel korteks ini sangat parmeabel, sehingga besar kemungkinan air dari permukaan akar bergerak menuju pembuluh xilem melalui dinding sel-sel korteks ini. Lapisan paling dalam pada korteks adalah endodermis, yaitu suatu silender setebal satu sel yang membentuk perbatasan antara korteks dan stele. ( Lakitan, 2007 ) .
Pada batang herba, tumbuhan dikotil mempunyai berkas pembuluh dengan xilem dan floem terbuka. Sedangkan pada tumbuhan monokotil sering tertutup. Berkas pembuluh terbuka berarti terbuka untuk tumbuh, sebab berkas tersebut mempunyai selapis sel kambium yang dapat menghasilkan xilem dan floem sekunder. Berkas pembuluh tertutup tidak mempunyai kambium seperti itu, dan juga tertutup dalam arti bahwa berkas tersebut sering dikelilingi oleh seludang berkas yang terdiri dari sel serat berdinding tebal. Berkas pembuluh pada monokotil tersebar secara khas, hampir secara acak, pada empulur (seperti pada jagung), tapi kadang (pada gandum dan jenis rumputan lain, yang batangnya berongga) membentuk cincin yang hampir serupa dengan pada batang dikotil.

Irisan melintang batang monokotil yang khas





Irisan melintang batang dikotil herba yang khas
( Salisbury, 1995 ) .
Jaringan penyokong atau jaringan penguat pada tumbuhan terdiri atas sel-sel kolenkim dan sklerenkim. Kedua bentuk jaringan ini merupakan jaringan sederhana, karena sel-sel penyusunnya hanya terdiri atas satu tipe sel. Kolenkim terdiri atas sel-sel berdinding tebal sebagai jaringan penyokong, sangat berhubungan erat dengan parenkim. Kolenkim seperti halnya parenkim masih mempunyai protoplas, mampu mengadakan aktivitas meristematis. Dinding selnya merupakan dinding primer, tidak berlignin. Kolenkim berbeda dengan jaringan penyokong lainnya yaitu dengan sklerenkim dalam hal struktur dinding dan kondisi protoplas. Kolenkim mempunyai dinding yang lunak, plastis, dinding primer yang tidak berlignin, mempunyai protoplas yang aktif, mampu menghilangkan penebalan dinding jika sel diinduksi untuk aktivitas meristematis, seperti pembentukan kambium gabus atau kalau ada rangsangan luka. Sklerenkim mempunyai dinding yang keras, kaku, dinding sekunder yang biasanya berlignin. Dinding sekunder terdapat pada sel-sel untuk mengalirkan air dari xilem, dan sering terdapat pula pada sel-sel parenkim xilem. Selain itu sel-sel parenkim dalam daerah jaringan lainnya dapat pula bersifat sklereid (sclereid) yang berfungsi untuk mengalirkan air batasannya tidak begitu jelas. (Suradinata, 1998) .
Antara xilem dan floem terdapat kambium intravasikuler, pada perkembangan selanjutnya jaringan parenkim yang terdapat di antara berkas pembuluh angkut juga berubah menjadi kambium, yang disebut kambium intervasikuler. Keduanya dapat mengadakan pertumbuhan sekunder yang mengakibatkan bertambah besarnya diameter batang. Pada tumbuhan Dikotil, berkayu keras dan hidupnya menahun, pertumbuhan menebal sekunder tidak berlangsung terus-menerus, tetapi hanya pada saat air dan zat hara tersedia cukup, sedang pada musim kering tidak terjadi pertumbuhan sehingga pertumbuhan menebalnya pada batang tampak berlapis-lapis, setiap lapis menunjukkan aktivitas pertumbuhan selama satu tahun, lapis-lapis lingkaran tersebut dinamakan Lingkaran Tahun. ( Zhao, 2005 ) .
Kambium pada preparat batang Pluchea indica tidak terlihat karena organ batang Pluchea indica yang diambil masih muda sehingga kambium masih belum terlihat jelas karena masih pada perkembangan struktur primer (Gambar 1). Selain itu pada dikotil basah seperti Pluchea indica ini aktivitas pembelahan kambium tidak sepesat pada dikotil berkayu sehingga sering kali tidak tampak, lebih-lebih bila sedang tidak membelah. Jaringan yang paling efektif menyerap warna dan terwarnai pada preparat batang Pluchea indica adalah parenkim karena dinding sel parenkim yang lebih tipis dibandingkan sklerenkim sehingga pewarna mudah masuk.
Penampang melintang batang Plucea indica

Perisikel pada preparat akar Glycine max tidak terlihat karena sayatan pada bagian perisikel kemungkinan kurang tipis. Mengiris suatu obyek menjadi irisan-irisan yang tipis merupakan pekerjaan yang sulit, memerlukan kesabaran dan keterampilan disamping latihan. Selain itu pewarnaan pada bagian stele tidak menimbulkan kontras karena semua terlihat merah dengan intensitas penyerapan warna yang sama sehingga sulit untuk membedakan dan mengidentifikasi jaringan pada bagian stele termasuk perisikel. Parenkim dan floem pada preparat batang Panicum sp tidak menyerap warna dan tidak terwarnai menurut penelaah, tetapi menurut peneliti terwarnai meskipun intensitas pewarnaannya tidak setajam sklerenkim. Selain itu kemungkinan pewarna filtrat daun muda jati tidak dapat mewarnai jaringan secara permanen sehingga saat penelaah mengamati preparat tersebut pewarnanya sudah mulai pudar. Epidermis pada preparat akar Ordchidae tidak terwarnai karena yang terwarnai adalah velamen. Pada akar Ordchidae epidermisnya berlapis-lapis dan disebut velamen. Endodermis tidak terlihat karena epidermis hanya terdiri dari satu sel saja dan ukurannya lebih kecil dari parenkim sehingga sulit diamati. Endodermis menurut peneliti terwarnai tetapi intensitas pewarnaannya sama dengan perisikel sehingga sulit membedakan diantara keduanya. ( Mita, 2013 ) .
Jaringan parenkim dijumpai pada kulit batang, kulit akar, daging, daun, daging buah dan endosperm. Bentuk sel parenkim bermacam-macam. Sel parenkim yang mengandung klorofil disebut klorenkim, yang mengandung rongga-rongga udara disebut aerenkim. Penyimpanan cadangan makanan dan air oleh tubuh tumbuhan dilakukan oleh jaringan parenkim. ( Arif, 2010 ) .














METODOLOGI
Praktikum mengenai jaringan pada akar dan batang monokotil dan dikotil, dilaksanakan pada tanggal 11 april 2013 di laboratorium pendidikan biologi, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, universitas tanjungpura pontianak, pukul 07.30-selesai WIB.
Adapun alat dan bahan yang digunakan saat praktikum ini, yaitu Alat yang digunakan berupa mikroskop, silet, pipet tetes, beaker glass, gelas objek, dan kaca penutup. Sedangkan bahan yang digunakan berupa preparat akar dan batang monokotil Zea mays, preparat akar dan batang dikotil Arachis hypogea, preparat segar akar dan batang monokotil Caladium sp dan air.
Metode pada praktikum ini yaitu preparat yang telah disiapkan berupa preparat akar dan batang monokotil Zea mays, preparat akar dan batang dikotil Arachis hypogea kemudian diamati dengan mikroskop dari perbesaran lemah hingga perbesaran yang kuat. Setelah jaringan akar dan batang yang tampak, digambar dan diberi keterangan. Pada preparat segar berupa preparat segar akar dan batang monokotil Caladium sp, kemudian akar dan batang masing-masing disiapkan untuk disayat setipis mungkin dengan silet dan diletakkan pada gelas objek dan ditetesi dengan air secukupnya serta ditutup dengan kaca penutup. Kemudian diamati dengan mikroskop dengan perbesaran yang lemah ke perbesaran yang besar. Kemudian diamati jaringan akar dan batang yang tampak, digambar dan diberi keterangan.











DATA DAN PEMBAHASAN
Data Pengamatan :
a.    Preparat akar Zea mays ( Monokotil )
Perbesaran 10×10                                                              
Keterangan : 1. Empulur                                        4. Endodermis
                    2. Floem                                              5. Korteks
                    3. Xylem                                             6. Epidermis
b.    Preparat batang Zea mays ( Monokotil )
Perbesaran 4×10
Keterangan : 1.Epidermis                                       4. Xylem
                    2. Korteks                                           5. Empulur
                    3. Floem                                             
c.    Preparat akar Arachis hypogea ( Dikotil )
Perbesaran 10×10
Keterangan : 1.Epidermis                                       4. Xylem
                    2. Korteks                                           5. Empulur
                   3. Floem                         

d.   Preparat batang Arachis hypogea ( Dikotil )
Perbesaran 10×10

Keterangan : 1.Epidermis                                     
                    2. Korteks                                          
                   3. Endodermis
- Floem dan Xylem tidak terlihat jelas di objek.


e.    Preparat segar
Akar Caladium sp. ( Monokotil )
Perbesaran 4×10
Keterangan : 1. Epidermis
                   2. Korteks

f.       Preparat segar
Batang Caladium sp. ( Monokotil )
Perbesaran 4×10
                 
Keterangan : 1.Epidermis                                       4. Floem
                    2. Korteks                                           5. Xylem
                   3. Endodermis                



Pembahasan :
Dalam praktikum mengenai jaringan pada akar dan batang monokotil dan dikotil, pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop. Preparat yang telah disediakan yaitu akar dan batang Zea mays merupakan tumbuhan monokotil sedangkan akar dan batang Arachis hypogea merupakan tumbuhan dikotil.

    
Gambar akar monokotil “Zea mays “         Gambar akar dikotil “Arachis hypogea

Pada jaringan akar monokotil yang tampak yaitu empulur, floem, xylem,endodermis, korteks, dan epidermis. Sedangkan akar dikotil yang tampak yaitu epidermis, korteks, floem, xylem, dan empulur. Pengamatan yang dilakukan, bila di bandingkan dengan referensi, empulur terdapat pada akar seperti tumbuhan monokotil yang tidak membentuk xilem dipusat akar. Dapat dilihat data pengamatan tersebut, bahwa akar dikotil memiliki bagian empulur, hal tersebut kemungkinan kesalahan dalam menentukan bagian-bagiannya.
Menurut ( Campbell, 2003 ) Perbedaan antara akar dikotil dan monokotil adalah terletak pada susunan berkas pembuluhnya. Pada akar dikotil berkas pembuluh xilem memencar seperti jari-jari dari pusat roda hal ini dapat diartikan bahwa letak pembuluh angkut pada akar dikotil ini tersebar, sedangkan pada akar monokotil letak pembuluh floem dan xilemnya bergantian didalam stele yang dapat diartikan bahwa letak pembuluh pada akar monokotil adalah teratur. Pada korteks akar tumbuhan monokotil biasanya terdapat skelerenkim. Protofloem akar tumbuhan dikotil tidak mempunyai sel pengiring sedangkan metafloem mempunyai.
 
Gambar batang monokotil “Zea mays “       Gambar batang dikotil “Arachis hypogea

Pada jaringan batang monokotil yang tampak yaitu epidermis, korteks, floem, xylem, dan empulur. Sedangkan batang dikotil yang tampak yaitu epidermis, korteks, dan endodermis, floem dan xylem tidak terlihat jelas pada objek. Perbedaan susunan keduanya terletak pada letak jaringan pembuluh yaitu xylem dan floem.
Pada batang Zea mays, jaringan pembuluh terletak di seluruh jaringan dasar (tersebar), sehingga tumbuhan monokotil tidak mempunyai kambium. Hal ini sesuai dengan teori yakni dikemukakan ( Budi. 2008 ) yaitu Pada stele monokotil terdapat ikatan pembuluh yang menyebar dan bertipe kolateral tertutup yang artinya di antara xilem dan floem tidak ditemukan kambium.
Tidak adanya kambium pada Monokotil menyebabkan batang Monokotil tidak dapat tumbuh membesar, dengan perkataan lain tidak terjadi pertumbuhan menebal sekunder. Meskipun demikian, ada Monokotil yang dapat mengadakan pertumbuhan menebal sekunder, misalnya pada pohon Hanjuang (Cordyline sp) dan pohon Nenas seberang (Agave sp).
Pada batang Arachis hypogea, jaringan dewasa primer berasal dari sistem apikal ( protoderm, ground meristem, dan prokambium ) dan terdiri dari jaringan epidermis, korteks, endodermis, dan ikatan pembuluh ( floem, xylem, dan kambium ).
Menurut ( Salisbury, 1995 ) yaitu irisan melintang batang monokotil yang khas. bila diperhatikan gambar yang di kajian pustaka mengenai irisan melintang tersebut, dimana berkas pembuluh yang tersebar pada jaringan dasar empulur. Masing-masingnya dikelilingi sebuah seludang sel. Sedangkan pada irisan melintang batang dikotil herba yang khas. Pada gambar yang di kajian pustaka mengenai irisan melintang dikotil ini, berkas pembuluh membentuk sebuah cincin dengan empulur dibagian dalam dan korteks ( khususnya dengan sel kolenkima yang bersudut tebal pada irisan melintang ) dibagian luar di bawah epidermis.
Pada batang monokotil dan dikotil, biasanya ( tapi tidak selalu ) xylem berada disebelah dalam floem.
Preparat segar yang diambil di sekitar kampus atau di depan laboratorium pendidikan biologi, yang dijadikan awetan segar yaitu akar dan batang Caladium sp. Bila dilihat hasil pengamatan yang dilakukan, akar dan batangnya merupakan tumbuhan monokotil. Akar monokotil ini dengan bagian-bagian yang tampak yaitu epidermis dan korteks, sedangkan pada batang monokotilnya yang tampak yaitu epidermis, korteks, endodermis, floem, dan xylem.
 
Gambar akar monokotil “Caladium sp. “             Gambar batang monokotil “Caladium sp.”

Pada pengamatan yang dilakukan, akar Caladium sp. Bagian-bagiannya tidak terlalu jelas, hal ini dikarenakan menurut ( Mita Nurwanti, J. Djoko Budiono, Rinie Pratiwi P. 2013 ) yaitu sayatan pada bagian perisikel kemungkinan kurang tipis dan pada organ batang yang diambil masih muda sehingga kambium masih belum terlihat jelas karena masih pada perkembangan struktur primer. Endodermis tidak terlihat karena epidermis hanya terdiri dari satu sel saja dan ukurannya lebih kecil dari parenkim sehingga sulit diamati.

Gambar preparat awetan kering

Gambar preparat awetan segar

Bila dibandingkan awetan kering dengan awetan segar yaitu pada awetan yang segar, sulit dalam menentukan bagiannya hal ini dikarenakan dalam mengiris suatu objek menjadi irisan-irisan yang tipis merupakan pekerjaan yang sulit, memerlukan kesabaran dan keterampilan latihan serta ketelitian. Walaupun demikian, awetan segar seharusnya mudah untuk di amati karena preparat yang digunakan masih hidup/segar dan awetan segar tersebut masih memiliki sedikit pergerakan pada sitoplasmanya, bila dibandingkan dengan awetan kering.




KESIMPULAN
Perbedaan antara preparat awetan akar dan monokotil tumbuhan Zea mays, dan akar dan batang dikotil tumbuhan Arachis hypogaea terletak pada susunan ikatan pembuluhnya. Pada batang dikotil ikatan pembuluhnya adalah koleteral terbuka dan letaknya teratur sedangkan pada akar dikotil letak berkas pembuluhnya tersebar dan bertipe koleteral tertutup. Untuk tumbuhan monokotil, batangnya berupa ikatan pembuluh yang kolateral tertutup dan letaknya tersebar sedangkan pada akar monokotil letak berkas pembuluhnya tersebar dan bertipe koleteral tertutup. Pada  preparat segar batang Caladium sp. yang merupakan preparat segar. batang tumbuhan monokotil ikatan pembuluhnya kolateral tertutup dan letak berkas pembuluhnya tersebar. Sedangkan pada akar Caladium sp. belum terlihat jelas bagian-bagiannya karena sayatan pada bagian perisikel kemungkinan kurang tipis. Perbandingan antara awetan kering dengan awetan segar yaitu pada awetan segar masih memiliki sedikit pergerakan pada sitoplasmanya, bila dibandingkan dengan awetan kering. Dalam pembuatan awetan segar harus diperhatikan dalam mengiris suatu objek menjadi irisan-irisan yang tipis merupakan pekerjaan yang sulit, memerlukan kesabaran dan keterampilan latihan serta ketelitian.














DAFTAR PUSTAKA
Arif. 2010. Biologi. Jakarta: Yudhistira.
Budi. 2008 . Batang Dikotil Dan Monokotil . http: //setracrew.multipl.com/journal        /item/12 . diakses tanggal 12 april 2013.
Campbell. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
David. 2013. Anatomy Morphology http://generalhorticulture.tamu.edu/HORT604/.../AnatomyMorphology.pdf. diakses tanggal 12 april 2013.
Lakitan. 2007 . Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Mir Abid. 2007. African Journal of Plant Science. Volume 2. Halaman 1. Available online at http://www.academicjournals.org/AJPS. ISSN 1996-0824 © 2008 Academic Journals.
Mita. 2013. Pemanfaatan Filtrat  Daun Muda Jati Sebagai Bahan Pewarna Alternatif  Dalam  Pembuatan Preparat Jaringan Tumbuhan. http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioedu. diakses tanggal 12 april 2013.
Salisbury. 1995. Fisiologi tumbuhan jilid 1. Bandung: ITB.
Suradinata. 1998. Struktur Tumbuhan. Bandung: Angkasa.
Zhao. 2005. The Xylem and Phloem Transcriptomes from Secondary Tissues of the Arabidopsis Root-Hypocotyl1 . http://jxb.oxfordjournals.org /content/51 /351/1721 . full . diakses tanggal 12 april 2013.





LAMPIRAN
1.    Apakah perbedaan letak jaringan pada tumbuhan monokotil dan dikotil baik pada akar maupun batang?
Jawab: Letak perbedaannya adalah pada tumbuhan dikotil letak jaringannya beraturan sedangkan pada tumbuhan monokotil tidak beraturan dan ada atau tidaknya kambium dan letak dari berkas pembuluh angkut.

2.    Bagaimana air masuk ke dalam xilem?
Jawab : Secara osmosis (simplas) dan difusi (apoplas)  melalui dinding selnya.

3.    Jelaskan bagaimana air masuk ke dalam xilem melalui beberapa jaringan akar!
Jawab : Pertama-tama air diserap oleh rambut akar dengan cara osmosis, kemudian air masuk dengan cara difusi didaerah simplas selanjutnya melewati  corpus (apoplas) dan korteks menuju silinder pusat tapi terlebih dahulu melewati endodermis yang terletak di antara korteks dan stele (silinder pusat). Dimana di endodermis terdapat pita kaspari. Setelah itu air pun diterima oleh xilem dan diangkut ke daun.

4.    Bagaimana hasil pengamatan pada preparat segar dengan preparat awetan?
Jawab: Bila dibandingkan awetan kering dengan awetan segar yaitu pada  awetan yang segar, sulit dalam menentukan bagiannya hal ini dikarenakan dalam mengiris suatu objek menjadi irisan-irisan yang tipis merupakan pekerjaan yang sulit, memerlukan kesabaran dan keterampilan latihan serta ketelitian. Walaupun demikian, awetan segar seharusnya mudah untuk di amati karena preparat yang digunakan masih hidup/segar dan awetan segar tersebut masih memiliki sedikit pergerakan pada sitoplasmanya, bila dibandingkan dengan awetan kering.

















 LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI TUMBUHAN
“ JARINGAN PADA AKAR DAN BATANG MONOKOTIL DAN DIKOTIL “

OLEH
                   RISFI PRATIWI SUTRISNO (F16111004)

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013
ABSTRAK
Tumbuhan adalah tonggak dari sebagian besar ekosistem terestrial. Kajian mengenai tumbuhan muncul dari kemampuan awal manusia untuk bisa membedakan antara tumbuhan yang bisa dimakan dan tumbuhan yang beracun. Biologi tumbuhan modern selalu mengadakan perkembangan sehingga pada masa sekarang ini tumbuhan tidak hanya dibedakan berdasarkan tumbuhan yang bisa dimakan atau tidak, tetapi tumbuhan pada saat ini dibedakan berdasarkan banyak hal, salah satunya adalah berdasarkan  ada atau tidak adanya kambium sehingga tumbuhan dibedakan menjadi tumbuhan dikotil dan tumbuhan monokotil. Tumbuhan dikotil merupakan tumbuhan yang berkambium yang dapat mengadakan pertumbuhan sekunder sedangkan tumbuhan monokotil tidak memiliki kambium. Selain hal tersebut perbedaan juga terdapat pada tipe ikatan pembuluh pada batang dikotil memiliki ikatan pembuluh bertipe koleteral terbuka dan bikolateral yang letaknya teratur sedangkan monokotil tipe pembuluhnya adalah koleteral tertutup atau amphivasal yang letak ikatan pembulunya tersebar. Ikatan pembuluh akar dikotil letaknya tersebar sedangkan monokotil letak ikatan pembuluhnya sangat teratur.

Kata kunci : Batang dan Akar dikotil dan monokotil, Bertipe Koleteral Terbuka, Bertipe Koleteral Tertutup.








PENDAHULUAN
Pada batang dikotil, jaringan dewasa primer berasal dari sistem apikal (protoderm, ground meristem, dan procambium) dan terdiri dari jaringan epidermis, korteks, endodermis, dan ikatan pembuluh (floem, xylem, dan kambium). Pada tumbuhan dikotil terdapat kambium. Adanya kambium dikotil dapat mengadakan pertumbuhan sekunder dan periderm. Pada batang monokotil, jaringan permanen primer selain dari meristem apikal juga berasal dari meristem interkalar. Jaringan monokotil primer terdiri dari jaringan dasar fundamental dimana letak ikatan pembuluh terbesar. Pada batang monokotil tidak terdapat kambium, kecuali pada beberapa spesies. Karena itu tidak mempunyai jaringan sekunder, walaupun tidak dapat mengadakan pertumbuhan sekunder, batang monokotil dapat mempunyai batang yang besar karena adanya pertumbuhan meristem menebal. Pada anatomi batang dikotil dan monokotil tersebut, memiliki perbedaan pada tipe ikatan pembuluh pada batang. Pada dikotil, tipe ikatan pembuluhnya yaitu tipe kolateral terbuka dan bikolateral. Sedangkan pada monokotil, tipe ikatan pembuluhnya yaitu bertipe kolateral tertutup yang umumnya di bungkus oleh sarung sklerenkim. Susunan anatomi akar lebih sederhana daripada susunan anatomi batang walaupun susunan anatomi akar bervariasi. Pada penampang melintang akar primer dijumpai tiga sistem jaringan pokok yaitu epidermis, korteks, dan sistem jaringan pengangkut. Di ujung akar terdapat bagian akar primer yang lain, yaitu akar yang berfungsi melindungi promeristem akar. Berdasarkan hal tersebut, tujuan dari percobaan ini yaitu mempelajari sistem jaringan pada batang dikotil dan monokotil serta pada akar tumbuhan, mempelajari tipe berkas pengangkut pada batang dikotil dan monokotil serta pada akar tumbuhan, dan mempelajari tipe stele pada batang dikotil dan monokotil serta pada akar tumbuhan. Pada pengamatan preparat segar, tujuannya yaitu mengamati slide awetan akar dan batang tumbuhan monokotil dan dikotil dan membuat preparat segar dengan menggunakan tumbuhan dikotil dan monokotil yang ada disekitar kampus atau disekitar laboratorium pendidikan biologi.

Tanaman memproduksi semua struktur ini melalui pertumbuhan dari kelompok diskrit sel membagi disebut meristem. Jaringan herba adalah pertumbuhan panjang dari meristem apikal, yang terjadi pada akhir setiap tunas dan akar, dan meristem kabisat di dasar daun rumput. Jaringan kayu ini disebabkan pertumbuhan diameter dari kambium vaskular, yang memproduksi xilem sekunder (kayu) dan floem, dan phellogen, yang menghasilkan periderm (kulit kayu). Hampir semua tanaman kita bertumbuh dalam hortikultura adalah monokotil (daun linier, contoh Rumput, jagung, dracaena, dan kelapa), dikotil (tanaman berdaun lebar, contoh Oak, selada, apel) atau gymnosperma (daun sebagai jarum dan skala ,contoh pinus, juniper). Anatomi internal monokotil, dikotil dan gymnosperma kadang-kadang sama dan kadang-kadang berbeda.
STEM ANATOMI
Herba monokotil - Pertumbuhan Primer




ANATOMI AKAR
Herba dikotil, Gymnosperm atau monokotil - Pertumbuhan Primer
( David, 2013 ) .
Filogenetik studi angiosperma berdasarkan teknik RAPD untuk menemukan pemecahan dikotil monokotil-dan tingkat perbedaan genetik di antara garis keturunan yang berbeda dari tanaman angiospermic jelas menunjukkan bahwa sementara monokotil membentuk clade semua dikotil tidak membentuk kelompok yang berbeda yang terpisah dari monokotil. Sebaliknya, monokotil yang tertanam dalam clade garis keturunan percabangan awal tanaman berbunga, biasanya disebut sebagai magnoliids, yang semuanya memiliki karakteristik dikotil tradisional (Ray, 1703). Cabang-cabang awal angiosperma, termasuk monokotil, ditandai dengan jenis serbuk sari yang berasal dari ini bentuk tunggal-bukaan (Cronquist, A. 1981). Gulnel (Tinospora cordifolia V-3) ​​adalah eudicot (APG sistem II, 2003) dan membentuk clade yang berbeda terpisah dari monokotil dan dikotil. Eudicots ditandai dengan serbuk sari yang biasanya memiliki tiga lubang tidak ada struktur morfologi atau anatomi lain yang menandai kelompok ini telah diidentifikasi, meskipun pengelompokan eudicots sangat didukung oleh analisis berdasarkan data urutan DNA (Soltis dan Soltis. 1999). Hasil kami mengkonfirmasi semua kesimpulan sebelumnya diusulkan oleh Ray (1703) yang pertama kali diidentifikasi sebagai kelompok monokotil, sebagian besar didasarkan pada kepemilikan mereka kotiledon tunggal. Temuan ini menunjukkan bahwa tidak ada perpecahan dikotil monokotil-dikotil bukan tidak membentuk kelompok monofiletik (mereka tidak mengandung semua keturunan nenek moyang mereka) dan ditolak sebagai kelompok formal, beberapa dikotil lebih mirip dengan monokotil dari mereka dikotil ke lain paraphyletic, monokotil dapat didefinisikan oleh beberapa synapomorphies sedangkan eudicots membentuk kelompok monofiletik. Mutasi menumpuk pada tingkat konstan sepanjang sistem kehidupan (hipotesis jam molekuler), dalam penelitian kami dapat diamati bahwa hal yang sama berlaku untuk berkembang pesat markes (penghapusan dan duplikasi dalam genom) terdeteksi dengan teknik RAPD. Ahli botani lama berteori bahwa monokotil berasal dari kelompok kuno dikotil selama diversifikasi awal angiosperma (Donoghue dan Doyle, 1989). Pohon filogenetik hubungan yang berasal dari data molekuler didasarkan pada teknik RAPD mengkonfirmasi hipotesis ini berlangsung lama dan menentukan dikotil kerabat dekat mungkin dari monokotil. ( Mir Abid, 2007 ) .
Morfologi dasar tumbuhan menunjukan evolusinya sebagai organisme terrestrial. Suatu tumbuhan darat harus menempati dua lingkungan yang berbeda, yaitu tanah dan udara. Tanah menyediakan air dan mineral, udara merupakan sumber utama CO­2, namun cahaya tidak bisa menembus jauh kedalam tanah. Solusi evolusioner terhadap pemisahan sumber daya ini adalah diferensiasi tubuh tumbuhan menjadi dua system utama, yaitu system akar (root system) yang berada dibawah permukaan tanah dan system tunas (shoot system) yang berada diatas permukaan tanah yang terdiri dari batang, daun, dan bunga. Banyak tumbuhan dikotil memiliki system akar tunggang (taproot) yang terdiri dari satu akar vertical yang besar (akar tunggangnya) yang menghasilkan banyak akar lateral yang lebih kecil. Monokotil, yang meliputi rumput-rumputan, umumnya memiliki system akar serabut (fibrous root) yang terdiri dari suatu anyaman akar yang mirip benang, yang menyebar di bawah permukaan tanah. ( Campbell, 2003 ) .
Pada akar dikotil maupun monokotil sel-sel yang berada dilapisan paling luar akar adalah epidermis. Sel-sel ini umumnya berbentuk agak pipih.beberapa sel epidermis membentuk suatu tonjolan yang panjang yang dikenal sebagai bulu akar. Bulu-bulu akar ini menyusup diantara partikel-partikel tanah hingga memperluas permukaan kontak antara akar dengan tanah. Hal ini akan lebih memacu penyerapan air oleh akar karena semakin banyak bagian matrik tanah yang di jangkau oleh akar. Lapisan sel setelah epidermis adalah sel-sel korteks yang memiliki ukuran yang relative besar dan berdinding tipis. Dinding sel korteks ini sangat parmeabel, sehingga besar kemungkinan air dari permukaan akar bergerak menuju pembuluh xilem melalui dinding sel-sel korteks ini. Lapisan paling dalam pada korteks adalah endodermis, yaitu suatu silender setebal satu sel yang membentuk perbatasan antara korteks dan stele. ( Lakitan, 2007 ) .
Pada batang herba, tumbuhan dikotil mempunyai berkas pembuluh dengan xilem dan floem terbuka. Sedangkan pada tumbuhan monokotil sering tertutup. Berkas pembuluh terbuka berarti terbuka untuk tumbuh, sebab berkas tersebut mempunyai selapis sel kambium yang dapat menghasilkan xilem dan floem sekunder. Berkas pembuluh tertutup tidak mempunyai kambium seperti itu, dan juga tertutup dalam arti bahwa berkas tersebut sering dikelilingi oleh seludang berkas yang terdiri dari sel serat berdinding tebal. Berkas pembuluh pada monokotil tersebar secara khas, hampir secara acak, pada empulur (seperti pada jagung), tapi kadang (pada gandum dan jenis rumputan lain, yang batangnya berongga) membentuk cincin yang hampir serupa dengan pada batang dikotil.

Irisan melintang batang monokotil yang khas





Irisan melintang batang dikotil herba yang khas
( Salisbury, 1995 ) .
Jaringan penyokong atau jaringan penguat pada tumbuhan terdiri atas sel-sel kolenkim dan sklerenkim. Kedua bentuk jaringan ini merupakan jaringan sederhana, karena sel-sel penyusunnya hanya terdiri atas satu tipe sel. Kolenkim terdiri atas sel-sel berdinding tebal sebagai jaringan penyokong, sangat berhubungan erat dengan parenkim. Kolenkim seperti halnya parenkim masih mempunyai protoplas, mampu mengadakan aktivitas meristematis. Dinding selnya merupakan dinding primer, tidak berlignin. Kolenkim berbeda dengan jaringan penyokong lainnya yaitu dengan sklerenkim dalam hal struktur dinding dan kondisi protoplas. Kolenkim mempunyai dinding yang lunak, plastis, dinding primer yang tidak berlignin, mempunyai protoplas yang aktif, mampu menghilangkan penebalan dinding jika sel diinduksi untuk aktivitas meristematis, seperti pembentukan kambium gabus atau kalau ada rangsangan luka. Sklerenkim mempunyai dinding yang keras, kaku, dinding sekunder yang biasanya berlignin. Dinding sekunder terdapat pada sel-sel untuk mengalirkan air dari xilem, dan sering terdapat pula pada sel-sel parenkim xilem. Selain itu sel-sel parenkim dalam daerah jaringan lainnya dapat pula bersifat sklereid (sclereid) yang berfungsi untuk mengalirkan air batasannya tidak begitu jelas. (Suradinata, 1998) .
Antara xilem dan floem terdapat kambium intravasikuler, pada perkembangan selanjutnya jaringan parenkim yang terdapat di antara berkas pembuluh angkut juga berubah menjadi kambium, yang disebut kambium intervasikuler. Keduanya dapat mengadakan pertumbuhan sekunder yang mengakibatkan bertambah besarnya diameter batang. Pada tumbuhan Dikotil, berkayu keras dan hidupnya menahun, pertumbuhan menebal sekunder tidak berlangsung terus-menerus, tetapi hanya pada saat air dan zat hara tersedia cukup, sedang pada musim kering tidak terjadi pertumbuhan sehingga pertumbuhan menebalnya pada batang tampak berlapis-lapis, setiap lapis menunjukkan aktivitas pertumbuhan selama satu tahun, lapis-lapis lingkaran tersebut dinamakan Lingkaran Tahun. ( Zhao, 2005 ) .
Kambium pada preparat batang Pluchea indica tidak terlihat karena organ batang Pluchea indica yang diambil masih muda sehingga kambium masih belum terlihat jelas karena masih pada perkembangan struktur primer (Gambar 1). Selain itu pada dikotil basah seperti Pluchea indica ini aktivitas pembelahan kambium tidak sepesat pada dikotil berkayu sehingga sering kali tidak tampak, lebih-lebih bila sedang tidak membelah. Jaringan yang paling efektif menyerap warna dan terwarnai pada preparat batang Pluchea indica adalah parenkim karena dinding sel parenkim yang lebih tipis dibandingkan sklerenkim sehingga pewarna mudah masuk.
Penampang melintang batang Plucea indica

Perisikel pada preparat akar Glycine max tidak terlihat karena sayatan pada bagian perisikel kemungkinan kurang tipis. Mengiris suatu obyek menjadi irisan-irisan yang tipis merupakan pekerjaan yang sulit, memerlukan kesabaran dan keterampilan disamping latihan. Selain itu pewarnaan pada bagian stele tidak menimbulkan kontras karena semua terlihat merah dengan intensitas penyerapan warna yang sama sehingga sulit untuk membedakan dan mengidentifikasi jaringan pada bagian stele termasuk perisikel. Parenkim dan floem pada preparat batang Panicum sp tidak menyerap warna dan tidak terwarnai menurut penelaah, tetapi menurut peneliti terwarnai meskipun intensitas pewarnaannya tidak setajam sklerenkim. Selain itu kemungkinan pewarna filtrat daun muda jati tidak dapat mewarnai jaringan secara permanen sehingga saat penelaah mengamati preparat tersebut pewarnanya sudah mulai pudar. Epidermis pada preparat akar Ordchidae tidak terwarnai karena yang terwarnai adalah velamen. Pada akar Ordchidae epidermisnya berlapis-lapis dan disebut velamen. Endodermis tidak terlihat karena epidermis hanya terdiri dari satu sel saja dan ukurannya lebih kecil dari parenkim sehingga sulit diamati. Endodermis menurut peneliti terwarnai tetapi intensitas pewarnaannya sama dengan perisikel sehingga sulit membedakan diantara keduanya. ( Mita, 2013 ) .
Jaringan parenkim dijumpai pada kulit batang, kulit akar, daging, daun, daging buah dan endosperm. Bentuk sel parenkim bermacam-macam. Sel parenkim yang mengandung klorofil disebut klorenkim, yang mengandung rongga-rongga udara disebut aerenkim. Penyimpanan cadangan makanan dan air oleh tubuh tumbuhan dilakukan oleh jaringan parenkim. ( Arif, 2010 ) .














METODOLOGI
Praktikum mengenai jaringan pada akar dan batang monokotil dan dikotil, dilaksanakan pada tanggal 11 april 2013 di laboratorium pendidikan biologi, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, universitas tanjungpura pontianak, pukul 07.30-selesai WIB.
Adapun alat dan bahan yang digunakan saat praktikum ini, yaitu Alat yang digunakan berupa mikroskop, silet, pipet tetes, beaker glass, gelas objek, dan kaca penutup. Sedangkan bahan yang digunakan berupa preparat akar dan batang monokotil Zea mays, preparat akar dan batang dikotil Arachis hypogea, preparat segar akar dan batang monokotil Caladium sp dan air.
Metode pada praktikum ini yaitu preparat yang telah disiapkan berupa preparat akar dan batang monokotil Zea mays, preparat akar dan batang dikotil Arachis hypogea kemudian diamati dengan mikroskop dari perbesaran lemah hingga perbesaran yang kuat. Setelah jaringan akar dan batang yang tampak, digambar dan diberi keterangan. Pada preparat segar berupa preparat segar akar dan batang monokotil Caladium sp, kemudian akar dan batang masing-masing disiapkan untuk disayat setipis mungkin dengan silet dan diletakkan pada gelas objek dan ditetesi dengan air secukupnya serta ditutup dengan kaca penutup. Kemudian diamati dengan mikroskop dengan perbesaran yang lemah ke perbesaran yang besar. Kemudian diamati jaringan akar dan batang yang tampak, digambar dan diberi keterangan.











DATA DAN PEMBAHASAN
Data Pengamatan :
a.    Preparat akar Zea mays ( Monokotil )
Perbesaran 10×10                                                              
Keterangan : 1. Empulur                                        4. Endodermis
                    2. Floem                                              5. Korteks
                    3. Xylem                                             6. Epidermis
b.    Preparat batang Zea mays ( Monokotil )
Perbesaran 4×10
Keterangan : 1.Epidermis                                       4. Xylem
                    2. Korteks                                           5. Empulur
                    3. Floem                                             
c.    Preparat akar Arachis hypogea ( Dikotil )
Perbesaran 10×10
Keterangan : 1.Epidermis                                       4. Xylem
                    2. Korteks                                           5. Empulur
                   3. Floem                         

d.   Preparat batang Arachis hypogea ( Dikotil )
Perbesaran 10×10

Keterangan : 1.Epidermis                                     
                    2. Korteks                                          
                   3. Endodermis
- Floem dan Xylem tidak terlihat jelas di objek.


e.    Preparat segar
Akar Caladium sp. ( Monokotil )
Perbesaran 4×10
Keterangan : 1. Epidermis
                   2. Korteks

f.       Preparat segar
Batang Caladium sp. ( Monokotil )
Perbesaran 4×10
                 
Keterangan : 1.Epidermis                                       4. Floem
                    2. Korteks                                           5. Xylem
                   3. Endodermis                



Pembahasan :
Dalam praktikum mengenai jaringan pada akar dan batang monokotil dan dikotil, pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop. Preparat yang telah disediakan yaitu akar dan batang Zea mays merupakan tumbuhan monokotil sedangkan akar dan batang Arachis hypogea merupakan tumbuhan dikotil.

    
Gambar akar monokotil “Zea mays “         Gambar akar dikotil “Arachis hypogea

Pada jaringan akar monokotil yang tampak yaitu empulur, floem, xylem,endodermis, korteks, dan epidermis. Sedangkan akar dikotil yang tampak yaitu epidermis, korteks, floem, xylem, dan empulur. Pengamatan yang dilakukan, bila di bandingkan dengan referensi, empulur terdapat pada akar seperti tumbuhan monokotil yang tidak membentuk xilem dipusat akar. Dapat dilihat data pengamatan tersebut, bahwa akar dikotil memiliki bagian empulur, hal tersebut kemungkinan kesalahan dalam menentukan bagian-bagiannya.
Menurut ( Campbell, 2003 ) Perbedaan antara akar dikotil dan monokotil adalah terletak pada susunan berkas pembuluhnya. Pada akar dikotil berkas pembuluh xilem memencar seperti jari-jari dari pusat roda hal ini dapat diartikan bahwa letak pembuluh angkut pada akar dikotil ini tersebar, sedangkan pada akar monokotil letak pembuluh floem dan xilemnya bergantian didalam stele yang dapat diartikan bahwa letak pembuluh pada akar monokotil adalah teratur. Pada korteks akar tumbuhan monokotil biasanya terdapat skelerenkim. Protofloem akar tumbuhan dikotil tidak mempunyai sel pengiring sedangkan metafloem mempunyai.
 
Gambar batang monokotil “Zea mays “       Gambar batang dikotil “Arachis hypogea

Pada jaringan batang monokotil yang tampak yaitu epidermis, korteks, floem, xylem, dan empulur. Sedangkan batang dikotil yang tampak yaitu epidermis, korteks, dan endodermis, floem dan xylem tidak terlihat jelas pada objek. Perbedaan susunan keduanya terletak pada letak jaringan pembuluh yaitu xylem dan floem.
Pada batang Zea mays, jaringan pembuluh terletak di seluruh jaringan dasar (tersebar), sehingga tumbuhan monokotil tidak mempunyai kambium. Hal ini sesuai dengan teori yakni dikemukakan ( Budi. 2008 ) yaitu Pada stele monokotil terdapat ikatan pembuluh yang menyebar dan bertipe kolateral tertutup yang artinya di antara xilem dan floem tidak ditemukan kambium.
Tidak adanya kambium pada Monokotil menyebabkan batang Monokotil tidak dapat tumbuh membesar, dengan perkataan lain tidak terjadi pertumbuhan menebal sekunder. Meskipun demikian, ada Monokotil yang dapat mengadakan pertumbuhan menebal sekunder, misalnya pada pohon Hanjuang (Cordyline sp) dan pohon Nenas seberang (Agave sp).
Pada batang Arachis hypogea, jaringan dewasa primer berasal dari sistem apikal ( protoderm, ground meristem, dan prokambium ) dan terdiri dari jaringan epidermis, korteks, endodermis, dan ikatan pembuluh ( floem, xylem, dan kambium ).
Menurut ( Salisbury, 1995 ) yaitu irisan melintang batang monokotil yang khas. bila diperhatikan gambar yang di kajian pustaka mengenai irisan melintang tersebut, dimana berkas pembuluh yang tersebar pada jaringan dasar empulur. Masing-masingnya dikelilingi sebuah seludang sel. Sedangkan pada irisan melintang batang dikotil herba yang khas. Pada gambar yang di kajian pustaka mengenai irisan melintang dikotil ini, berkas pembuluh membentuk sebuah cincin dengan empulur dibagian dalam dan korteks ( khususnya dengan sel kolenkima yang bersudut tebal pada irisan melintang ) dibagian luar di bawah epidermis.
Pada batang monokotil dan dikotil, biasanya ( tapi tidak selalu ) xylem berada disebelah dalam floem.
Preparat segar yang diambil di sekitar kampus atau di depan laboratorium pendidikan biologi, yang dijadikan awetan segar yaitu akar dan batang Caladium sp. Bila dilihat hasil pengamatan yang dilakukan, akar dan batangnya merupakan tumbuhan monokotil. Akar monokotil ini dengan bagian-bagian yang tampak yaitu epidermis dan korteks, sedangkan pada batang monokotilnya yang tampak yaitu epidermis, korteks, endodermis, floem, dan xylem.
 
Gambar akar monokotil “Caladium sp. “             Gambar batang monokotil “Caladium sp.”

Pada pengamatan yang dilakukan, akar Caladium sp. Bagian-bagiannya tidak terlalu jelas, hal ini dikarenakan menurut ( Mita Nurwanti, J. Djoko Budiono, Rinie Pratiwi P. 2013 ) yaitu sayatan pada bagian perisikel kemungkinan kurang tipis dan pada organ batang yang diambil masih muda sehingga kambium masih belum terlihat jelas karena masih pada perkembangan struktur primer. Endodermis tidak terlihat karena epidermis hanya terdiri dari satu sel saja dan ukurannya lebih kecil dari parenkim sehingga sulit diamati.

Gambar preparat awetan kering

Gambar preparat awetan segar

Bila dibandingkan awetan kering dengan awetan segar yaitu pada awetan yang segar, sulit dalam menentukan bagiannya hal ini dikarenakan dalam mengiris suatu objek menjadi irisan-irisan yang tipis merupakan pekerjaan yang sulit, memerlukan kesabaran dan keterampilan latihan serta ketelitian. Walaupun demikian, awetan segar seharusnya mudah untuk di amati karena preparat yang digunakan masih hidup/segar dan awetan segar tersebut masih memiliki sedikit pergerakan pada sitoplasmanya, bila dibandingkan dengan awetan kering.




KESIMPULAN
Perbedaan antara preparat awetan akar dan monokotil tumbuhan Zea mays, dan akar dan batang dikotil tumbuhan Arachis hypogaea terletak pada susunan ikatan pembuluhnya. Pada batang dikotil ikatan pembuluhnya adalah koleteral terbuka dan letaknya teratur sedangkan pada akar dikotil letak berkas pembuluhnya tersebar dan bertipe koleteral tertutup. Untuk tumbuhan monokotil, batangnya berupa ikatan pembuluh yang kolateral tertutup dan letaknya tersebar sedangkan pada akar monokotil letak berkas pembuluhnya tersebar dan bertipe koleteral tertutup. Pada  preparat segar batang Caladium sp. yang merupakan preparat segar. batang tumbuhan monokotil ikatan pembuluhnya kolateral tertutup dan letak berkas pembuluhnya tersebar. Sedangkan pada akar Caladium sp. belum terlihat jelas bagian-bagiannya karena sayatan pada bagian perisikel kemungkinan kurang tipis. Perbandingan antara awetan kering dengan awetan segar yaitu pada awetan segar masih memiliki sedikit pergerakan pada sitoplasmanya, bila dibandingkan dengan awetan kering. Dalam pembuatan awetan segar harus diperhatikan dalam mengiris suatu objek menjadi irisan-irisan yang tipis merupakan pekerjaan yang sulit, memerlukan kesabaran dan keterampilan latihan serta ketelitian.














DAFTAR PUSTAKA
Arif. 2010. Biologi. Jakarta: Yudhistira.
Budi. 2008 . Batang Dikotil Dan Monokotil . http: //setracrew.multipl.com/journal        /item/12 . diakses tanggal 12 april 2013.
Campbell. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
David. 2013. Anatomy Morphology http://generalhorticulture.tamu.edu/HORT604/.../AnatomyMorphology.pdf. diakses tanggal 12 april 2013.
Lakitan. 2007 . Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Mir Abid. 2007. African Journal of Plant Science. Volume 2. Halaman 1. Available online at http://www.academicjournals.org/AJPS. ISSN 1996-0824 © 2008 Academic Journals.
Mita. 2013. Pemanfaatan Filtrat  Daun Muda Jati Sebagai Bahan Pewarna Alternatif  Dalam  Pembuatan Preparat Jaringan Tumbuhan. http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioedu. diakses tanggal 12 april 2013.
Salisbury. 1995. Fisiologi tumbuhan jilid 1. Bandung: ITB.
Suradinata. 1998. Struktur Tumbuhan. Bandung: Angkasa.
Zhao. 2005. The Xylem and Phloem Transcriptomes from Secondary Tissues of the Arabidopsis Root-Hypocotyl1 . http://jxb.oxfordjournals.org /content/51 /351/1721 . full . diakses tanggal 12 april 2013.





LAMPIRAN
1.    Apakah perbedaan letak jaringan pada tumbuhan monokotil dan dikotil baik pada akar maupun batang?
Jawab: Letak perbedaannya adalah pada tumbuhan dikotil letak jaringannya beraturan sedangkan pada tumbuhan monokotil tidak beraturan dan ada atau tidaknya kambium dan letak dari berkas pembuluh angkut.

2.    Bagaimana air masuk ke dalam xilem?
Jawab : Secara osmosis (simplas) dan difusi (apoplas)  melalui dinding selnya.

3.    Jelaskan bagaimana air masuk ke dalam xilem melalui beberapa jaringan akar!
Jawab : Pertama-tama air diserap oleh rambut akar dengan cara osmosis, kemudian air masuk dengan cara difusi didaerah simplas selanjutnya melewati  corpus (apoplas) dan korteks menuju silinder pusat tapi terlebih dahulu melewati endodermis yang terletak di antara korteks dan stele (silinder pusat). Dimana di endodermis terdapat pita kaspari. Setelah itu air pun diterima oleh xilem dan diangkut ke daun.

4.    Bagaimana hasil pengamatan pada preparat segar dengan preparat awetan?
Jawab: Bila dibandingkan awetan kering dengan awetan segar yaitu pada  awetan yang segar, sulit dalam menentukan bagiannya hal ini dikarenakan dalam mengiris suatu objek menjadi irisan-irisan yang tipis merupakan pekerjaan yang sulit, memerlukan kesabaran dan keterampilan latihan serta ketelitian. Walaupun demikian, awetan segar seharusnya mudah untuk di amati karena preparat yang digunakan masih hidup/segar dan awetan segar tersebut masih memiliki sedikit pergerakan pada sitoplasmanya, bila dibandingkan dengan awetan kering.

















 LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI TUMBUHAN
“ JARINGAN PADA AKAR DAN BATANG MONOKOTIL DAN DIKOTIL “

OLEH
                   RISFI PRATIWI SUTRISNO (F16111004)

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013
ABSTRAK
Tumbuhan adalah tonggak dari sebagian besar ekosistem terestrial. Kajian mengenai tumbuhan muncul dari kemampuan awal manusia untuk bisa membedakan antara tumbuhan yang bisa dimakan dan tumbuhan yang beracun. Biologi tumbuhan modern selalu mengadakan perkembangan sehingga pada masa sekarang ini tumbuhan tidak hanya dibedakan berdasarkan tumbuhan yang bisa dimakan atau tidak, tetapi tumbuhan pada saat ini dibedakan berdasarkan banyak hal, salah satunya adalah berdasarkan  ada atau tidak adanya kambium sehingga tumbuhan dibedakan menjadi tumbuhan dikotil dan tumbuhan monokotil. Tumbuhan dikotil merupakan tumbuhan yang berkambium yang dapat mengadakan pertumbuhan sekunder sedangkan tumbuhan monokotil tidak memiliki kambium. Selain hal tersebut perbedaan juga terdapat pada tipe ikatan pembuluh pada batang dikotil memiliki ikatan pembuluh bertipe koleteral terbuka dan bikolateral yang letaknya teratur sedangkan monokotil tipe pembuluhnya adalah koleteral tertutup atau amphivasal yang letak ikatan pembulunya tersebar. Ikatan pembuluh akar dikotil letaknya tersebar sedangkan monokotil letak ikatan pembuluhnya sangat teratur.

Kata kunci : Batang dan Akar dikotil dan monokotil, Bertipe Koleteral Terbuka, Bertipe Koleteral Tertutup.








PENDAHULUAN
Pada batang dikotil, jaringan dewasa primer berasal dari sistem apikal (protoderm, ground meristem, dan procambium) dan terdiri dari jaringan epidermis, korteks, endodermis, dan ikatan pembuluh (floem, xylem, dan kambium). Pada tumbuhan dikotil terdapat kambium. Adanya kambium dikotil dapat mengadakan pertumbuhan sekunder dan periderm. Pada batang monokotil, jaringan permanen primer selain dari meristem apikal juga berasal dari meristem interkalar. Jaringan monokotil primer terdiri dari jaringan dasar fundamental dimana letak ikatan pembuluh terbesar. Pada batang monokotil tidak terdapat kambium, kecuali pada beberapa spesies. Karena itu tidak mempunyai jaringan sekunder, walaupun tidak dapat mengadakan pertumbuhan sekunder, batang monokotil dapat mempunyai batang yang besar karena adanya pertumbuhan meristem menebal. Pada anatomi batang dikotil dan monokotil tersebut, memiliki perbedaan pada tipe ikatan pembuluh pada batang. Pada dikotil, tipe ikatan pembuluhnya yaitu tipe kolateral terbuka dan bikolateral. Sedangkan pada monokotil, tipe ikatan pembuluhnya yaitu bertipe kolateral tertutup yang umumnya di bungkus oleh sarung sklerenkim. Susunan anatomi akar lebih sederhana daripada susunan anatomi batang walaupun susunan anatomi akar bervariasi. Pada penampang melintang akar primer dijumpai tiga sistem jaringan pokok yaitu epidermis, korteks, dan sistem jaringan pengangkut. Di ujung akar terdapat bagian akar primer yang lain, yaitu akar yang berfungsi melindungi promeristem akar. Berdasarkan hal tersebut, tujuan dari percobaan ini yaitu mempelajari sistem jaringan pada batang dikotil dan monokotil serta pada akar tumbuhan, mempelajari tipe berkas pengangkut pada batang dikotil dan monokotil serta pada akar tumbuhan, dan mempelajari tipe stele pada batang dikotil dan monokotil serta pada akar tumbuhan. Pada pengamatan preparat segar, tujuannya yaitu mengamati slide awetan akar dan batang tumbuhan monokotil dan dikotil dan membuat preparat segar dengan menggunakan tumbuhan dikotil dan monokotil yang ada disekitar kampus atau disekitar laboratorium pendidikan biologi.

Tanaman memproduksi semua struktur ini melalui pertumbuhan dari kelompok diskrit sel membagi disebut meristem. Jaringan herba adalah pertumbuhan panjang dari meristem apikal, yang terjadi pada akhir setiap tunas dan akar, dan meristem kabisat di dasar daun rumput. Jaringan kayu ini disebabkan pertumbuhan diameter dari kambium vaskular, yang memproduksi xilem sekunder (kayu) dan floem, dan phellogen, yang menghasilkan periderm (kulit kayu). Hampir semua tanaman kita bertumbuh dalam hortikultura adalah monokotil (daun linier, contoh Rumput, jagung, dracaena, dan kelapa), dikotil (tanaman berdaun lebar, contoh Oak, selada, apel) atau gymnosperma (daun sebagai jarum dan skala ,contoh pinus, juniper). Anatomi internal monokotil, dikotil dan gymnosperma kadang-kadang sama dan kadang-kadang berbeda.
STEM ANATOMI
Herba monokotil - Pertumbuhan Primer




ANATOMI AKAR
Herba dikotil, Gymnosperm atau monokotil - Pertumbuhan Primer
( David, 2013 ) .
Filogenetik studi angiosperma berdasarkan teknik RAPD untuk menemukan pemecahan dikotil monokotil-dan tingkat perbedaan genetik di antara garis keturunan yang berbeda dari tanaman angiospermic jelas menunjukkan bahwa sementara monokotil membentuk clade semua dikotil tidak membentuk kelompok yang berbeda yang terpisah dari monokotil. Sebaliknya, monokotil yang tertanam dalam clade garis keturunan percabangan awal tanaman berbunga, biasanya disebut sebagai magnoliids, yang semuanya memiliki karakteristik dikotil tradisional (Ray, 1703). Cabang-cabang awal angiosperma, termasuk monokotil, ditandai dengan jenis serbuk sari yang berasal dari ini bentuk tunggal-bukaan (Cronquist, A. 1981). Gulnel (Tinospora cordifolia V-3) ​​adalah eudicot (APG sistem II, 2003) dan membentuk clade yang berbeda terpisah dari monokotil dan dikotil. Eudicots ditandai dengan serbuk sari yang biasanya memiliki tiga lubang tidak ada struktur morfologi atau anatomi lain yang menandai kelompok ini telah diidentifikasi, meskipun pengelompokan eudicots sangat didukung oleh analisis berdasarkan data urutan DNA (Soltis dan Soltis. 1999). Hasil kami mengkonfirmasi semua kesimpulan sebelumnya diusulkan oleh Ray (1703) yang pertama kali diidentifikasi sebagai kelompok monokotil, sebagian besar didasarkan pada kepemilikan mereka kotiledon tunggal. Temuan ini menunjukkan bahwa tidak ada perpecahan dikotil monokotil-dikotil bukan tidak membentuk kelompok monofiletik (mereka tidak mengandung semua keturunan nenek moyang mereka) dan ditolak sebagai kelompok formal, beberapa dikotil lebih mirip dengan monokotil dari mereka dikotil ke lain paraphyletic, monokotil dapat didefinisikan oleh beberapa synapomorphies sedangkan eudicots membentuk kelompok monofiletik. Mutasi menumpuk pada tingkat konstan sepanjang sistem kehidupan (hipotesis jam molekuler), dalam penelitian kami dapat diamati bahwa hal yang sama berlaku untuk berkembang pesat markes (penghapusan dan duplikasi dalam genom) terdeteksi dengan teknik RAPD. Ahli botani lama berteori bahwa monokotil berasal dari kelompok kuno dikotil selama diversifikasi awal angiosperma (Donoghue dan Doyle, 1989). Pohon filogenetik hubungan yang berasal dari data molekuler didasarkan pada teknik RAPD mengkonfirmasi hipotesis ini berlangsung lama dan menentukan dikotil kerabat dekat mungkin dari monokotil. ( Mir Abid, 2007 ) .
Morfologi dasar tumbuhan menunjukan evolusinya sebagai organisme terrestrial. Suatu tumbuhan darat harus menempati dua lingkungan yang berbeda, yaitu tanah dan udara. Tanah menyediakan air dan mineral, udara merupakan sumber utama CO­2, namun cahaya tidak bisa menembus jauh kedalam tanah. Solusi evolusioner terhadap pemisahan sumber daya ini adalah diferensiasi tubuh tumbuhan menjadi dua system utama, yaitu system akar (root system) yang berada dibawah permukaan tanah dan system tunas (shoot system) yang berada diatas permukaan tanah yang terdiri dari batang, daun, dan bunga. Banyak tumbuhan dikotil memiliki system akar tunggang (taproot) yang terdiri dari satu akar vertical yang besar (akar tunggangnya) yang menghasilkan banyak akar lateral yang lebih kecil. Monokotil, yang meliputi rumput-rumputan, umumnya memiliki system akar serabut (fibrous root) yang terdiri dari suatu anyaman akar yang mirip benang, yang menyebar di bawah permukaan tanah. ( Campbell, 2003 ) .
Pada akar dikotil maupun monokotil sel-sel yang berada dilapisan paling luar akar adalah epidermis. Sel-sel ini umumnya berbentuk agak pipih.beberapa sel epidermis membentuk suatu tonjolan yang panjang yang dikenal sebagai bulu akar. Bulu-bulu akar ini menyusup diantara partikel-partikel tanah hingga memperluas permukaan kontak antara akar dengan tanah. Hal ini akan lebih memacu penyerapan air oleh akar karena semakin banyak bagian matrik tanah yang di jangkau oleh akar. Lapisan sel setelah epidermis adalah sel-sel korteks yang memiliki ukuran yang relative besar dan berdinding tipis. Dinding sel korteks ini sangat parmeabel, sehingga besar kemungkinan air dari permukaan akar bergerak menuju pembuluh xilem melalui dinding sel-sel korteks ini. Lapisan paling dalam pada korteks adalah endodermis, yaitu suatu silender setebal satu sel yang membentuk perbatasan antara korteks dan stele. ( Lakitan, 2007 ) .
Pada batang herba, tumbuhan dikotil mempunyai berkas pembuluh dengan xilem dan floem terbuka. Sedangkan pada tumbuhan monokotil sering tertutup. Berkas pembuluh terbuka berarti terbuka untuk tumbuh, sebab berkas tersebut mempunyai selapis sel kambium yang dapat menghasilkan xilem dan floem sekunder. Berkas pembuluh tertutup tidak mempunyai kambium seperti itu, dan juga tertutup dalam arti bahwa berkas tersebut sering dikelilingi oleh seludang berkas yang terdiri dari sel serat berdinding tebal. Berkas pembuluh pada monokotil tersebar secara khas, hampir secara acak, pada empulur (seperti pada jagung), tapi kadang (pada gandum dan jenis rumputan lain, yang batangnya berongga) membentuk cincin yang hampir serupa dengan pada batang dikotil.

Irisan melintang batang monokotil yang khas





Irisan melintang batang dikotil herba yang khas
( Salisbury, 1995 ) .
Jaringan penyokong atau jaringan penguat pada tumbuhan terdiri atas sel-sel kolenkim dan sklerenkim. Kedua bentuk jaringan ini merupakan jaringan sederhana, karena sel-sel penyusunnya hanya terdiri atas satu tipe sel. Kolenkim terdiri atas sel-sel berdinding tebal sebagai jaringan penyokong, sangat berhubungan erat dengan parenkim. Kolenkim seperti halnya parenkim masih mempunyai protoplas, mampu mengadakan aktivitas meristematis. Dinding selnya merupakan dinding primer, tidak berlignin. Kolenkim berbeda dengan jaringan penyokong lainnya yaitu dengan sklerenkim dalam hal struktur dinding dan kondisi protoplas. Kolenkim mempunyai dinding yang lunak, plastis, dinding primer yang tidak berlignin, mempunyai protoplas yang aktif, mampu menghilangkan penebalan dinding jika sel diinduksi untuk aktivitas meristematis, seperti pembentukan kambium gabus atau kalau ada rangsangan luka. Sklerenkim mempunyai dinding yang keras, kaku, dinding sekunder yang biasanya berlignin. Dinding sekunder terdapat pada sel-sel untuk mengalirkan air dari xilem, dan sering terdapat pula pada sel-sel parenkim xilem. Selain itu sel-sel parenkim dalam daerah jaringan lainnya dapat pula bersifat sklereid (sclereid) yang berfungsi untuk mengalirkan air batasannya tidak begitu jelas. (Suradinata, 1998) .
Antara xilem dan floem terdapat kambium intravasikuler, pada perkembangan selanjutnya jaringan parenkim yang terdapat di antara berkas pembuluh angkut juga berubah menjadi kambium, yang disebut kambium intervasikuler. Keduanya dapat mengadakan pertumbuhan sekunder yang mengakibatkan bertambah besarnya diameter batang. Pada tumbuhan Dikotil, berkayu keras dan hidupnya menahun, pertumbuhan menebal sekunder tidak berlangsung terus-menerus, tetapi hanya pada saat air dan zat hara tersedia cukup, sedang pada musim kering tidak terjadi pertumbuhan sehingga pertumbuhan menebalnya pada batang tampak berlapis-lapis, setiap lapis menunjukkan aktivitas pertumbuhan selama satu tahun, lapis-lapis lingkaran tersebut dinamakan Lingkaran Tahun. ( Zhao, 2005 ) .
Kambium pada preparat batang Pluchea indica tidak terlihat karena organ batang Pluchea indica yang diambil masih muda sehingga kambium masih belum terlihat jelas karena masih pada perkembangan struktur primer (Gambar 1). Selain itu pada dikotil basah seperti Pluchea indica ini aktivitas pembelahan kambium tidak sepesat pada dikotil berkayu sehingga sering kali tidak tampak, lebih-lebih bila sedang tidak membelah. Jaringan yang paling efektif menyerap warna dan terwarnai pada preparat batang Pluchea indica adalah parenkim karena dinding sel parenkim yang lebih tipis dibandingkan sklerenkim sehingga pewarna mudah masuk.
Penampang melintang batang Plucea indica

Perisikel pada preparat akar Glycine max tidak terlihat karena sayatan pada bagian perisikel kemungkinan kurang tipis. Mengiris suatu obyek menjadi irisan-irisan yang tipis merupakan pekerjaan yang sulit, memerlukan kesabaran dan keterampilan disamping latihan. Selain itu pewarnaan pada bagian stele tidak menimbulkan kontras karena semua terlihat merah dengan intensitas penyerapan warna yang sama sehingga sulit untuk membedakan dan mengidentifikasi jaringan pada bagian stele termasuk perisikel. Parenkim dan floem pada preparat batang Panicum sp tidak menyerap warna dan tidak terwarnai menurut penelaah, tetapi menurut peneliti terwarnai meskipun intensitas pewarnaannya tidak setajam sklerenkim. Selain itu kemungkinan pewarna filtrat daun muda jati tidak dapat mewarnai jaringan secara permanen sehingga saat penelaah mengamati preparat tersebut pewarnanya sudah mulai pudar. Epidermis pada preparat akar Ordchidae tidak terwarnai karena yang terwarnai adalah velamen. Pada akar Ordchidae epidermisnya berlapis-lapis dan disebut velamen. Endodermis tidak terlihat karena epidermis hanya terdiri dari satu sel saja dan ukurannya lebih kecil dari parenkim sehingga sulit diamati. Endodermis menurut peneliti terwarnai tetapi intensitas pewarnaannya sama dengan perisikel sehingga sulit membedakan diantara keduanya. ( Mita, 2013 ) .
Jaringan parenkim dijumpai pada kulit batang, kulit akar, daging, daun, daging buah dan endosperm. Bentuk sel parenkim bermacam-macam. Sel parenkim yang mengandung klorofil disebut klorenkim, yang mengandung rongga-rongga udara disebut aerenkim. Penyimpanan cadangan makanan dan air oleh tubuh tumbuhan dilakukan oleh jaringan parenkim. ( Arif, 2010 ) .














METODOLOGI
Praktikum mengenai jaringan pada akar dan batang monokotil dan dikotil, dilaksanakan pada tanggal 11 april 2013 di laboratorium pendidikan biologi, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, universitas tanjungpura pontianak, pukul 07.30-selesai WIB.
Adapun alat dan bahan yang digunakan saat praktikum ini, yaitu Alat yang digunakan berupa mikroskop, silet, pipet tetes, beaker glass, gelas objek, dan kaca penutup. Sedangkan bahan yang digunakan berupa preparat akar dan batang monokotil Zea mays, preparat akar dan batang dikotil Arachis hypogea, preparat segar akar dan batang monokotil Caladium sp dan air.
Metode pada praktikum ini yaitu preparat yang telah disiapkan berupa preparat akar dan batang monokotil Zea mays, preparat akar dan batang dikotil Arachis hypogea kemudian diamati dengan mikroskop dari perbesaran lemah hingga perbesaran yang kuat. Setelah jaringan akar dan batang yang tampak, digambar dan diberi keterangan. Pada preparat segar berupa preparat segar akar dan batang monokotil Caladium sp, kemudian akar dan batang masing-masing disiapkan untuk disayat setipis mungkin dengan silet dan diletakkan pada gelas objek dan ditetesi dengan air secukupnya serta ditutup dengan kaca penutup. Kemudian diamati dengan mikroskop dengan perbesaran yang lemah ke perbesaran yang besar. Kemudian diamati jaringan akar dan batang yang tampak, digambar dan diberi keterangan.











DATA DAN PEMBAHASAN
Data Pengamatan :
a.    Preparat akar Zea mays ( Monokotil )
Perbesaran 10×10                                                              
Keterangan : 1. Empulur                                        4. Endodermis
                    2. Floem                                              5. Korteks
                    3. Xylem                                             6. Epidermis
b.    Preparat batang Zea mays ( Monokotil )
Perbesaran 4×10
Keterangan : 1.Epidermis                                       4. Xylem
                    2. Korteks                                           5. Empulur
                    3. Floem                                             
c.    Preparat akar Arachis hypogea ( Dikotil )
Perbesaran 10×10
Keterangan : 1.Epidermis                                       4. Xylem
                    2. Korteks                                           5. Empulur
                   3. Floem                         

d.   Preparat batang Arachis hypogea ( Dikotil )
Perbesaran 10×10

Keterangan : 1.Epidermis                                     
                    2. Korteks                                          
                   3. Endodermis
- Floem dan Xylem tidak terlihat jelas di objek.


e.    Preparat segar
Akar Caladium sp. ( Monokotil )
Perbesaran 4×10
Keterangan : 1. Epidermis
                   2. Korteks

f.       Preparat segar
Batang Caladium sp. ( Monokotil )
Perbesaran 4×10
                 
Keterangan : 1.Epidermis                                       4. Floem
                    2. Korteks                                           5. Xylem
                   3. Endodermis                



Pembahasan :
Dalam praktikum mengenai jaringan pada akar dan batang monokotil dan dikotil, pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop. Preparat yang telah disediakan yaitu akar dan batang Zea mays merupakan tumbuhan monokotil sedangkan akar dan batang Arachis hypogea merupakan tumbuhan dikotil.

    
Gambar akar monokotil “Zea mays “         Gambar akar dikotil “Arachis hypogea

Pada jaringan akar monokotil yang tampak yaitu empulur, floem, xylem,endodermis, korteks, dan epidermis. Sedangkan akar dikotil yang tampak yaitu epidermis, korteks, floem, xylem, dan empulur. Pengamatan yang dilakukan, bila di bandingkan dengan referensi, empulur terdapat pada akar seperti tumbuhan monokotil yang tidak membentuk xilem dipusat akar. Dapat dilihat data pengamatan tersebut, bahwa akar dikotil memiliki bagian empulur, hal tersebut kemungkinan kesalahan dalam menentukan bagian-bagiannya.
Menurut ( Campbell, 2003 ) Perbedaan antara akar dikotil dan monokotil adalah terletak pada susunan berkas pembuluhnya. Pada akar dikotil berkas pembuluh xilem memencar seperti jari-jari dari pusat roda hal ini dapat diartikan bahwa letak pembuluh angkut pada akar dikotil ini tersebar, sedangkan pada akar monokotil letak pembuluh floem dan xilemnya bergantian didalam stele yang dapat diartikan bahwa letak pembuluh pada akar monokotil adalah teratur. Pada korteks akar tumbuhan monokotil biasanya terdapat skelerenkim. Protofloem akar tumbuhan dikotil tidak mempunyai sel pengiring sedangkan metafloem mempunyai.
 
Gambar batang monokotil “Zea mays “       Gambar batang dikotil “Arachis hypogea

Pada jaringan batang monokotil yang tampak yaitu epidermis, korteks, floem, xylem, dan empulur. Sedangkan batang dikotil yang tampak yaitu epidermis, korteks, dan endodermis, floem dan xylem tidak terlihat jelas pada objek. Perbedaan susunan keduanya terletak pada letak jaringan pembuluh yaitu xylem dan floem.
Pada batang Zea mays, jaringan pembuluh terletak di seluruh jaringan dasar (tersebar), sehingga tumbuhan monokotil tidak mempunyai kambium. Hal ini sesuai dengan teori yakni dikemukakan ( Budi. 2008 ) yaitu Pada stele monokotil terdapat ikatan pembuluh yang menyebar dan bertipe kolateral tertutup yang artinya di antara xilem dan floem tidak ditemukan kambium.
Tidak adanya kambium pada Monokotil menyebabkan batang Monokotil tidak dapat tumbuh membesar, dengan perkataan lain tidak terjadi pertumbuhan menebal sekunder. Meskipun demikian, ada Monokotil yang dapat mengadakan pertumbuhan menebal sekunder, misalnya pada pohon Hanjuang (Cordyline sp) dan pohon Nenas seberang (Agave sp).
Pada batang Arachis hypogea, jaringan dewasa primer berasal dari sistem apikal ( protoderm, ground meristem, dan prokambium ) dan terdiri dari jaringan epidermis, korteks, endodermis, dan ikatan pembuluh ( floem, xylem, dan kambium ).
Menurut ( Salisbury, 1995 ) yaitu irisan melintang batang monokotil yang khas. bila diperhatikan gambar yang di kajian pustaka mengenai irisan melintang tersebut, dimana berkas pembuluh yang tersebar pada jaringan dasar empulur. Masing-masingnya dikelilingi sebuah seludang sel. Sedangkan pada irisan melintang batang dikotil herba yang khas. Pada gambar yang di kajian pustaka mengenai irisan melintang dikotil ini, berkas pembuluh membentuk sebuah cincin dengan empulur dibagian dalam dan korteks ( khususnya dengan sel kolenkima yang bersudut tebal pada irisan melintang ) dibagian luar di bawah epidermis.
Pada batang monokotil dan dikotil, biasanya ( tapi tidak selalu ) xylem berada disebelah dalam floem.
Preparat segar yang diambil di sekitar kampus atau di depan laboratorium pendidikan biologi, yang dijadikan awetan segar yaitu akar dan batang Caladium sp. Bila dilihat hasil pengamatan yang dilakukan, akar dan batangnya merupakan tumbuhan monokotil. Akar monokotil ini dengan bagian-bagian yang tampak yaitu epidermis dan korteks, sedangkan pada batang monokotilnya yang tampak yaitu epidermis, korteks, endodermis, floem, dan xylem.
 
Gambar akar monokotil “Caladium sp. “             Gambar batang monokotil “Caladium sp.”

Pada pengamatan yang dilakukan, akar Caladium sp. Bagian-bagiannya tidak terlalu jelas, hal ini dikarenakan menurut ( Mita Nurwanti, J. Djoko Budiono, Rinie Pratiwi P. 2013 ) yaitu sayatan pada bagian perisikel kemungkinan kurang tipis dan pada organ batang yang diambil masih muda sehingga kambium masih belum terlihat jelas karena masih pada perkembangan struktur primer. Endodermis tidak terlihat karena epidermis hanya terdiri dari satu sel saja dan ukurannya lebih kecil dari parenkim sehingga sulit diamati.

Gambar preparat awetan kering

Gambar preparat awetan segar

Bila dibandingkan awetan kering dengan awetan segar yaitu pada awetan yang segar, sulit dalam menentukan bagiannya hal ini dikarenakan dalam mengiris suatu objek menjadi irisan-irisan yang tipis merupakan pekerjaan yang sulit, memerlukan kesabaran dan keterampilan latihan serta ketelitian. Walaupun demikian, awetan segar seharusnya mudah untuk di amati karena preparat yang digunakan masih hidup/segar dan awetan segar tersebut masih memiliki sedikit pergerakan pada sitoplasmanya, bila dibandingkan dengan awetan kering.




KESIMPULAN
Perbedaan antara preparat awetan akar dan monokotil tumbuhan Zea mays, dan akar dan batang dikotil tumbuhan Arachis hypogaea terletak pada susunan ikatan pembuluhnya. Pada batang dikotil ikatan pembuluhnya adalah koleteral terbuka dan letaknya teratur sedangkan pada akar dikotil letak berkas pembuluhnya tersebar dan bertipe koleteral tertutup. Untuk tumbuhan monokotil, batangnya berupa ikatan pembuluh yang kolateral tertutup dan letaknya tersebar sedangkan pada akar monokotil letak berkas pembuluhnya tersebar dan bertipe koleteral tertutup. Pada  preparat segar batang Caladium sp. yang merupakan preparat segar. batang tumbuhan monokotil ikatan pembuluhnya kolateral tertutup dan letak berkas pembuluhnya tersebar. Sedangkan pada akar Caladium sp. belum terlihat jelas bagian-bagiannya karena sayatan pada bagian perisikel kemungkinan kurang tipis. Perbandingan antara awetan kering dengan awetan segar yaitu pada awetan segar masih memiliki sedikit pergerakan pada sitoplasmanya, bila dibandingkan dengan awetan kering. Dalam pembuatan awetan segar harus diperhatikan dalam mengiris suatu objek menjadi irisan-irisan yang tipis merupakan pekerjaan yang sulit, memerlukan kesabaran dan keterampilan latihan serta ketelitian.














DAFTAR PUSTAKA
Arif. 2010. Biologi. Jakarta: Yudhistira.
Budi. 2008 . Batang Dikotil Dan Monokotil . http: //setracrew.multipl.com/journal        /item/12 . diakses tanggal 12 april 2013.
Campbell. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
David. 2013. Anatomy Morphology http://generalhorticulture.tamu.edu/HORT604/.../AnatomyMorphology.pdf. diakses tanggal 12 april 2013.
Lakitan. 2007 . Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Mir Abid. 2007. African Journal of Plant Science. Volume 2. Halaman 1. Available online at http://www.academicjournals.org/AJPS. ISSN 1996-0824 © 2008 Academic Journals.
Mita. 2013. Pemanfaatan Filtrat  Daun Muda Jati Sebagai Bahan Pewarna Alternatif  Dalam  Pembuatan Preparat Jaringan Tumbuhan. http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioedu. diakses tanggal 12 april 2013.
Salisbury. 1995. Fisiologi tumbuhan jilid 1. Bandung: ITB.
Suradinata. 1998. Struktur Tumbuhan. Bandung: Angkasa.
Zhao. 2005. The Xylem and Phloem Transcriptomes from Secondary Tissues of the Arabidopsis Root-Hypocotyl1 . http://jxb.oxfordjournals.org /content/51 /351/1721 . full . diakses tanggal 12 april 2013.





LAMPIRAN
1.    Apakah perbedaan letak jaringan pada tumbuhan monokotil dan dikotil baik pada akar maupun batang?
Jawab: Letak perbedaannya adalah pada tumbuhan dikotil letak jaringannya beraturan sedangkan pada tumbuhan monokotil tidak beraturan dan ada atau tidaknya kambium dan letak dari berkas pembuluh angkut.

2.    Bagaimana air masuk ke dalam xilem?
Jawab : Secara osmosis (simplas) dan difusi (apoplas)  melalui dinding selnya.

3.    Jelaskan bagaimana air masuk ke dalam xilem melalui beberapa jaringan akar!
Jawab : Pertama-tama air diserap oleh rambut akar dengan cara osmosis, kemudian air masuk dengan cara difusi didaerah simplas selanjutnya melewati  corpus (apoplas) dan korteks menuju silinder pusat tapi terlebih dahulu melewati endodermis yang terletak di antara korteks dan stele (silinder pusat). Dimana di endodermis terdapat pita kaspari. Setelah itu air pun diterima oleh xilem dan diangkut ke daun.

4.    Bagaimana hasil pengamatan pada preparat segar dengan preparat awetan?
Jawab: Bila dibandingkan awetan kering dengan awetan segar yaitu pada  awetan yang segar, sulit dalam menentukan bagiannya hal ini dikarenakan dalam mengiris suatu objek menjadi irisan-irisan yang tipis merupakan pekerjaan yang sulit, memerlukan kesabaran dan keterampilan latihan serta ketelitian. Walaupun demikian, awetan segar seharusnya mudah untuk di amati karena preparat yang digunakan masih hidup/segar dan awetan segar tersebut masih memiliki sedikit pergerakan pada sitoplasmanya, bila dibandingkan dengan awetan kering.





























Tidak ada komentar:

Posting Komentar