Selasa, 09 Juli 2013

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI TUMBUHAN
PENENTUAN KADAR KARBONDIOKSIDA JARINGAN TUMBUHAN
OLEH
RISFI PRATIWI SUTRISNO (F16111004)


PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013
ABSTRAK
Respirasi merupakan salah satu proses terpenting dalam makhluk hidup. Dalam proses ini terbentuk energi bebas. ( ATP dan NADH ) yang diperlukan dalam sintesis sel dan senyawa-senyawa intermediate yang merupakan substrat sinensis bagi senyawa-senyawa lain. Oleh karena itu laju respirasi jaringan dapat memberikan gambaran tentang tingkat kegiatan metabolisme dalam jaringan itu. Laju respirasi ditetapkan dengan mengukur banyaknya CO2 yang terbentuk dan gas O2 yang diserap per satuan berat segar jaringan per satuan waktu. Adapun tujuannya yaitu menghitung jumlah kadar CO2 yang dihasilkan oleh tumbuhan Phaseolus radiatus selama melakukan respirasi dan mengetahui pengaruh suhu terhadap respirasi suatu tumbuhan Phaseolus radiatus. Dalam menentukan jumlah kadar CO2 sebagai berikut :
Jumlah kadar CO2  =
Berdasarkan praktikum yang dilakukan, adanya suatu kondisi optimal pada respirasi yaitu dapat terjadi dalam kondisi yang spesifik terutama hubungannya terhadap temperatur. Pada suhu ruang 25oC, laju transpirasi relatif cepat dan kadar CO2 yang dihasilkan juga banyak, sedangkan pada suhu oven 40oC terjadi peningkatan. Semakin tinggi suhu maka semakin tinggi pula kadar CO2  dan laju respirasinya semakin cepat. Jika suhu terlalu panas Phaseolus radiatus tidak mampu melakukan respirasi dengan sempurna. Dimana suhu yang optimum untuk tumbuhan dapat berespirasi yaitu 37oC.

Kata kunci : Respirasi, Laju Respirasi, CO2, O2, Jumlah Kadar CO2, Phaseolus radiatus, Suhu, Titran.








PENDAHULUAN
Hewan, manusia, dan tumbuhan merupakan makhluk hidup yang memiliki kehidupan masing-masing. Dalam fisiologi ketiganya melakukan respirasi, dimana dilakukan suatu proses pengambilan O2 untuk memecah senyawa-senyawa organik menjadi CO2, H2O, dan energi. Namun respirasi pada umumnya adalah reaksi redoks, dimana substrat dioksidasi menjadi CO2 sedangkan O2 yang diserap sebagai oksidator yang mengalami reduksi menjadi H2O. Kebanyakan hanya mengetahui proses respirasi pada hewan dan manusia saja. Ini dikarenakan fisiologi pada hewan dan manusia cukup jelas sehingga proses respirasinya lebih mudah di amati. Maka tujuan pada praktikum ini yaitu menghitung jumlah kadar CO2 yang dihasilkan oleh tumbuhan Phaseolus radiatus selama melakukan respirasi dan mengetahui pengaruh suhu terhadap respirasi suatu tumbuhan Phaseolus radiatus. Banyak sekali faktor-faktor dalam penentuan kadar karbondioksida pada jaringan tumbuhan. Agar mudah memahaminya, ada pula hal-hal yang perlu dibahas berupa tujuan penggunaan NaOH, indikator pp dan BaCl2, dan perbandingan hasil kadar CO2 yang dihasilkan antara tanaman yang disimpan pada suhu 40oC dengan suhu ruang ( 25oC ), mana yang lebih besar kaitannya dengan teori yang ada.
Proses respirasi merupakan reaksi oksidasi-reduksi yaitu senyawa dioksidasi menjadi CO2 dan O2 yang diserap direduksi menjadi H2O. Pati, fruktan, sukrosa, atau gula yang lainnya, lemak, asam organik, bahkan protein dapat bertindak sebagai substrat respirasi. ( Salisbury, 1995 ) .
Respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa organik menjadi senyawa anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi bahan organik yang terjadi didalam sel dan berlangsung secara aerobik maupun anaerobik. Dalam respirasi aerob diperlukan oksigen dan dihasilkan karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam respirasi anaerob dimana oksigen tidak atau kurang tersedia dan dihasilkan senyawa selain karbondiokasida, seperti alkohol, asetal dehida atau asam asetat dan sedikit energi. ( Lovelles, 1997 ) .


Respirasi dibedakan dalam tiga tingkat sebagai berikut :
1.    Pemecahan polisakarida menjadi gula sederhana
2.    Oksidasi gula menjadi asam piruvat
3.    Transformasi piruvat dan asam-asam organik lainnya secara aerobik menjadi CO2, air dan energi.
Bahwa besar kecilnya respirasi dapat diukur dengan menentukan jumlah substrat yang hilang, O2 yang diserap, CO2 yang dikeluarkan, panas yang dihasilkan dan energi yang timbul. ( Pantastico, 1989 ) .
Proses sintesis karbohidrat dari bahan-bahan anorganik (CO2 dan H2O) pada tumbuhan berpigmen dengan bantuan energi cahaya matahari disebut fotosintesis dengan persamaan reaksi kimia berikut ini :
6 CO2 + 6 H2O C6H12O6 + 6 O2
( Nio Song Ai, 2012 ) .
Fotosintesis  menyediakan molekul organik yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan mahluk hidup lainnya.  Respirasi adalah suatu proses pengambilan O2 untuk memecah senyawa-senyawa organik menjadi CO2, H2O dan energi . Respirasi dan metabolisme karbon yang terkait di dalamnya melepas energi yang tersimpan di dalam senyawa karbon dengan cara yang terkontrol untuk digunakan oleh sel.  Pada waktu yang bersamaan, respirasi menghasilkan banyak senyawa karbon yang dibutuhkan sebagai prekursor untuk biosintesis senyawa organik lainnya.  Respirasi aerob merupakan proses yang umum terjadi dalam hampir semua organisme eukariot, dan secara umum proses respirasi di dalam tumbuhan mirip dengan apa yang dijumpai di dalam hewan dan eukoriot tingkat rendah, tetapi beberapa aspek khusus dari respirasi tumbuhan membedakannya dari respirasi hewan.  Respirasi aerob adalah proses biologi yang memobilisasi dan mengoksidasi molekul organik secara terkontrol.  Selama respirasi, energi bebas dilepas dan disimpan sementara dalam bentuk ATP yang siap digunakan untuk aktifitas sel dan perkembangan tumbuhan ( Tjitrosomo, 1987 ) .
Faktor yang mempengaruhi laju respirasi ada dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi tingkat perkembangan, susunan kimia jaringan, ukuran produk, pelapis alami dan jenis jaringan. Sedangkan faktor eksternal meliputi suhu, gas etilen, ketersediaan O2 dan CO2. Laju respirasi menentukan daya tahan produk yang disimpan sehingga produk yang laju respirasinya rendah umumnya disimpan lebih lama dalam kondisi yang baik. Respirasi pada tumbuhan ditandai oleh penurunan konsentrasi gas O2 dan peningkatan konsentrasi CO2 dalam chamber. Laju respirasi dipengaruhi oleh suhu. Pada suhu di antara 0-35° C kecepatan reaksi akan berlangsung dua atau tiga kali lebih besar untuk tiap kenaikan suhu 10° C.
( Wills, 1981 ) .
Penurunan suhu penyimpanan akan menurunkan laju respirasi tumbuhan karena penurunan suhu dapat menurunkan kecepatan reaksi kimia yang terjadi di dalam jaringan tumbuhan. Laju pernapasan adalah berat CO2 yang dihasilkan per satuan berat bahan pada selang waktu tertentu, dengan dimensi satuannya mg CO2/kg.jam. Dengan pengukuran O2 dan CO2 dimungkinkan untuk mengevaluasi sifat proses pernapasan.
( Umbara, 2008 ) .
Temperatur merupakan salah satu factor yang dapat mempengaruhi produksi CO2 yang akan menyebabkan peningkatan produksi CO2, sejalan dengan meningkatnya suhu. CO2 merupakan salah satu hasil atau produk dari respirasi. Respirasi dan fotosintesis sangat berpengaruh dengan temperatur. Sedikit perubahan temperatur akan mempengaruhi laju fotosintesis dan respirasi. Beberapa jenis tanaman mengalami ini, temperatur akan mempengaruhi fotosintesis yang juga akan mempengaruhi laju respirasi atau sebaliknya. ( Atkin, 2007 ) .
Kecambah melakukan pernapasan untuk mendapatkan energi yang dilakukan dengan melibatkan gas oksigen (O2) sebagai bahan yang diserap atau diperlukan dan menghasilkan gas karbondioksida (CO2), air (H2O) dan sejumlah energi.
( Putra, 2010 ) .
Oksigen sangat penting dalam perkembangan kecambah, karena kecambah melakukan respirasi aerob untuk memecahkan cadangan makanan dalam endosperma yang kaya akan lemak. Cadangan makanan yang digunakan dalam respirasi ini, berfungsi sebagai substrat yang dapat menghasilkan energi dalam menyokong proses pembelahan sel dan metabolisme sel lainnya (tahap awal pertumbuhan).
( Achmad, 2010 ) .


Efek ekosistem peningkatan tingkat CO2 di atmosfer akan tergantung pada status gizi hutan tertentu. Hutan produksi meningkat akan terjadi di mana tanah mengandung nitrogen yang memadai. Di daerah di mana nitrogen membatasi, kadar CO2 tinggi tidak akan meningkatkan pertumbuhan pohon - meskipun fotosintesis dapat meningkat. Tanpa nitrogen yang cukup, pohon-pohon tidak dapat menggunakan CO2 tambahan untuk pertumbuhan. Karbon tambahan digunakan oleh organisme tanah dan respirasi ke atmosfer. Selain berkontribusi terhadap penumpukan CO2 di atmosfer perubahan tersebut di foodweb tanah, yang mengontrol ketersediaan hara bagi tanaman, bisa memiliki efek jangka panjang pada fungsi ekosistem. Tingkat CO2 meningkat, pertumbuhan tanaman. dan hasil pertanian akan meningkat sebagai akibat dari peningkatan tingkat fotosintesis dan peningkatan efisiensi penggunaan air. Peningkatan kadar peningkatan pertumbuhan tanaman CO2 pada tumbuhan C3 seperti kapas (Gossypium hirsutum L.) dan kedelai dengan meningkatkan luas daun dan fotosintesis per satuan luas daun, sedangkan pada tanaman C4 seperti jagung (Zea mays L.) dan sorgum, peningkatan pertumbuhan adalah hasil menurunkan konduktansi stomata dan peningkatan efisiensi penggunaan air. ( Reeves, 1994 ) .















METODOLOGI
Praktikum mengenai penentuan kadar karbondioksida jaringan tumbuhan, dilaksanakan pada tanggal 23-24 mei 2013 di laboratorium pendidikan biologi, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, universitas tanjungpura pontianak, pukul 07.30-selesai WIB.
Adapun alat dan bahan yang digunakan saat praktikum ini, yaitu Alat yang digunakan berupa botol selai, pipet volume, bulp, kain kassa, aluminium foil, benang, neraca digital, buret, statif dan klem buret, corong, pipet tetes, gelas ukur, gelas kimia, oven dan erlenmeyer. Sedangkan bahan yang digunakan berupa kecambah kacang hijau  (Phaseolus radiatus ), NaOH 10 N, indikator pp, BaCl2 0,2 M, HCL 1 M .
Langkah kerja pada praktikum ini yaitu masukkan NaOH 10 N ke dalam enam botol selai seanyak 10 ml kedalam masing-masing botol. Kemudian pilih kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus ) yang memiliki kualitas yang baik untuk ditimbang dan kemudian bungkus dengan kain kassa kemudian masukkan kedalam botol selai yang berisi NaOH 10 N (kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus ) tidak menyentuh larutan NaOH ) selanjutnya tutup botol dengan aluminium foil. Keenam botol tersebut dibagi menjadi dua bagian dimana tiga diantaranya dimasukkan kedalam oven dengan suhu 40oC, sementara tiga botol yang lainnya disimpan pada suhu ruang ( 25oC ), biarkan selama 24 jam. Setelah 24 jam, ambil NaOH sebanyak 2 ml untuk masing-masing botol dan masukkan ke dalam erlenmeyer. Kemudian tambahkan 2 tetes indikator pp ke dalam erlenmeyer dan tambahkan larutan BaCl2 0,2 M sebanyak 0,5 ml kemudian titrasi dengan HCL 1 M sampai warna larutan berubah menjadi merah muda. Hitung volume titran yang digunakan kemudian tentukan kadar CO2 dengan menggunakan rumus berikut :
Jumlah kadar CO2  =




DATA DAN PEMBAHASAN
Data Pengamatan :
1.    Tabel Pengamatan kadar Co2 Dalam Oven ( 40oC )
NO
BOTOL
VOLUME TITRAN ( HCL )
KADAR CO2
1
1
5,5 ml
110
2
2
13 ml
260
3
3
6,2 ml
124

                                        Rata-rata                                        164,6

2.    Tabel Pengamatan kadar Co2 Pada Suhu Ruang ( 25oC )
NO
BOTOL
VOLUME TITRAN ( HCL )
KADAR CO2
1
1
4,5 ml
90
2
2
3 ml
60
3
3
9 ml
180

                                        Rata-rata                                        110


Pembahasan :
Pada praktikum ini digunakan bahan berupa kecambah kacang hijau ( Phaseolus radiatus ) untuk menetapkan laju respirasi yang dapat dilihat dari banyaknya kadar CO2. Kadar CO2 tersebut dapat diketahui dari hasil titrasi sampel ( NaOH ) dengan menggunakan HCL. Semakin banyak CO2 yang dihasilkan, maka semakin banyak pula HCL yang digunakan untuk titrasi, yang menunjukkan laju respirasi dari kecambah tersebut. NaOH di sini berperan dalam mengikat CO2. Fungsi penambahan indikator fenoftalein untuk mengetahui terjadinya suatu titik ekivalen dalam proses penitrasian dengan terjadinya perubahan warna pada larutan. Indikator PP dengan range pH 8,0 ± 9,6 merupakan indikator yang baik untuk larutan basa dimana indikator ini akan merubah warna larutan dari bening menjadi merah muda akibat dari perubahan pH larutan pada saat penitrasian. ( Anonim, 2013 ) .
Dari hasil titrasi dapat diketahui bahwa kadar CO2 pada kecambah yang diberi perlakuan dengan dimasukkan kedalam oven dengan suhu 40oC selama 24 jam menghasilkan lebih sedikit CO2 yaitu sebanyak 164,6 dibanding kadar CO2 yang dihasilkan oleh kecambah yang diberi perlakuan diletakkan pada suhu ruang yaitu 25oC sebanyak 110.
Absorbsi CO2 dari campuran biogas ke dalam larutan NaOH dapat dilukiskan sebagai berikut :
I.                   CO2(g)                                                                                                      CO2(g)                              (1)
II.                CO2(g) + NaOH(aq)                                                                     NaHCO3(aq)                    (2)
III.             NaOH(aq) + NaHCO3                                                        Na2CO3(s) + H2O(l)       (3)
CO2(g) + 2NaOH(aq)                                                            Na2CO3(s) + H2O(l)       
Saat sampel dititrasi dengan HCL, maka terjadi reaksi            :
I.                   CO2(g) + 2NaOH(aq)                                                               Na2CO3(s) + H2O(l) (4)
II.                Na2CO3(s)+ BaCl2 (l)                                                                 2NaCl(l)+ BaCO3(aq)
                BaCO3(aq) + 2HCl(l)                                                     BaCl 2(l) + CO2(g) + H2O(l)
Laju respirasi dipengaruhi oleh suhu dan kadar O2 yang ada. Suhu dan ketersediaan O2 di dalam botol selai yang tertutup rapat mempengaruhi laju respirasi dari kecambah pada tiap perlakuan, yang dapat dilihat dari kadar CO2 yang dihasilkan. Suhu dalam oven yang panas dengan ketersediaan O2 mengganggu proses respirasi kecambah sehingga CO2 yang dihasilkan lebih sedikit dari yang berada pada suhu ruang.
Kadar CO2 yang dihasilkan pada kecambah yang diberi perlakuan dengan dimasukkan kedalam oven 40oC selama 24 jam lebih sedikit dibanding kecambah pada suhu ruang, disebabkan pada peningkatan suhu mencapai 40oC atau lebih, laju repirasi berlahan menurun, karena enzim yang diperlukan mulai mengalami denaturasi, sehingga memperlambat metabolic yang terjadi. Bila suhu meningkat sampai 30 oC atau 35oC, laju respirasi akan meningkat tapi lebih lambat. Hal ini terjadi karena pada suhu yang tinggi inilah laju penetrasi O2 ke dalam sel lewat kutikula atau periderma mulai menghambat respirasi saat reaksi kimia berlangsung dengan cepat. ( Salisbury,1995 ) .


























KESIMPULAN
Bahwa tinggi rendahnya suhu disekitar tanaman ditentukan oleh radiasi matahari, kerapatan tanaman, distribusi cahaya dalam tajuk tanaman, kandungan lengas tanah. Suhu mempengaruhi beberapa proses fisiologis penting: bukaan stomata, laju transpirasi, laju penyerapan air dan nutrisi, fotosintesis, dan respirasi. Peningkatan suhu sampai titik optimum akan diikuti oleh peningkatan proses di atas. Setelah melewati titik optimum, proses tersebut mulai dihambat: baik secara fisik maupun kimia, menurunnya aktifitas enzim. Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kadar O2 juga mempengaruhi laju respirasi. Banyaknya HCL yang digunakan untuk titrasi menunjukkan banyaknya kadar CO2 pada sampel. NaOH yang dipakai berperan dalam mengikat CO2 yang dilepaskan oleh kecambah.












DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Fungsi Penambahan PP. ( online ).
                       diakses tanggal 25 mei 2013.
Achmad. 2010. Penetapan Kuosien Respirasi Jaringan Tumbuhan.  ( online )

Atkin. 2006. Respiration as a percentage of daily photosynthesis in whole plants is homeostatic at moderate, but not high, growth temperatures. Journal compilation 368.

Lovelles. 1997. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk daerah Tropik. Jakarta: PT Gramedia.

Nio Song Ai. 2012. Evolusi Fotosintesis Pada Tumbuhan. Jurnal Ilmiah Sains ( Vol 12 )  No. 1. nio_ai@yahoo.com.

Pantastico. 1986. Fisiologi Pasca Panen dan Pemanfaatan Buah - buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Putra. 2010. Penetapan Kuosien Jaringan Tumbuhan.
                    ( online ). http://4thena.wordpress.com/category/fisiologi-tumbuhan/. diakses tanggal 25 mei 2013.

Reeves. 1994. ELEVATED ATMOSPHERIC CARBON DIOXIDE EFFECTS ON SORGHUM AND SOYBEAN NUTRIENT STATUS.). JOURNAL OF PLANT NUTRITION, 17(11), 1939-1954 (1994).
Salisbury. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: Penerbit ITB.

Tjitrosomo. 1987. Botani Umum 2. Bandung: Penerbit Angkasa.

Umbara. 2008. Pengembangan Teknik Modified Atmosphere Packaging untuk Sayuran  Campuran Terolah Minimal. ( online ).

Wills. 1981. Postharvest. An Introduction to the Physiology and Handling of Fruits and vegetables. New South Wales University Press Limited. Kensington, N.S.W. Australia.












LAMPIRAN

Jumlah kadar CO2  =

Oven 1 :
=  = 110

Oven 2 :
=  = 260

Oven 3 :
=  = 124

Ruang 1 :
=  = 90

Ruang 2 :
  =  = 60

Ruang 3 :
  =  = 180


Tidak ada komentar:

Posting Komentar