LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI
TUMBUHAN
“ PENGHAMBATAN TUMBUH TUNAS LATERAL
DAN DOMINANSI TUNAS APIKAL “
OLEH
RISFI PRATIWI SUTRISNO (F16111004)
PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013
ABSTRAK
Auksin
disintesis dalam jumlah besar pada tunas apikal tumbuhan dan bergerak secara
basipetal ( ke arah pangkal batang ) ke seluruh bagian tumbuhan. Aliran auksin
ini berpengaruh mendorong pemanjangan sel batang dan sekaligus menghambat
pertumbuhan tunas pada ketiak daun ( tunas lateral ). Hal ini mengakibatkan
pertumbuhan ke atas yang cepat. Keadaan ini disebut dominansi apikal. Bercabang
atau tidaknya suatu tumbuhan biasanya bergantung pada banyaknya auksin yang
dihasilkan dalam tunas apikal. Pemberian auksin pada tumbuhan yang telah
dipangkas dapat menghambat pula perkembangan tunas lateral, suatu keadaan yang
mirip dengan dominansi tunas apikal. Dengan demikian tunas lateral tetap
dominan. Auksin yang terhenti dapat
digantikan dengan beberapa jenis hormon IAA yang berfungsi untuk mengetahui
pertumbuhan lateralnya.
Kata kunci : Auksin,
Tunas Lateral, Dominansi Apikal, IAA.
PENDAHULUAN
Pada
setiap tumbuhan melakukan pertumbuhan, pertumbuhan merupakan proses adanya
perubahan pada suatu tumbuhan, baik itu perubahan panjang, volume, maupun berat
dari tumbuhan tersebut. Pada proses pertumbuhan terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhinya diantara faktor-faktor tersebut ialah suhu, cahaya matahari,
keadaan air dan hormon. Satu diantaranya adalah
Zat Pengatur Tumbuh ( ZPT ) pada tanaman ( plant regulator ). Contoh zat pengatur tumbuh itu antara lain adalah auksin. Auksin
dibentuk di koleoptil atau ujung batang dan akar yang berfungsi pada
pemanjangan tunas apikal (tunas pertama yang tumbuh cepat), akibat dari dominansi
apikal, yaitu terhambatnya pertumbuhan tunas lateral ( tunas ketiak daun ). Untuk itu pemangkasan tunas apikal
perlu dilakukan agar tunas lateral dapat tumbuh. Pertumbuhan tunas lateral menimbulkan terbentuknya cabang batang yang
cukup banyak pada ketiak batang utama. Akan
tetapi perkembangan tunas lateral tidak saja dapat dirangsang dengan
menghilangkan tunas apikal, tetapi juga dengan memberikan senyawa-senyawa kimia
tertentu atau dengan memberikan lingkungan fisik tertentu yang dapat menurunkan
kandungan auksin tumbuhan. Berdasarkan hal tersebut, tujuan praktikum ini yaitu
meneliti pengaruh auksin terhadap pertumbuhan tunas lateral. Dari tujuan
tersebut dapat diteliti perbandingan yang diberi perlakuan dengan kontrol
pengaruh auksin terhadap pertumbuhan tunas lateral pada kecambah kacang hijau ( Phaseolus radiatus ).
Pada sebagian besar tanaman, apabila pertumbuhan batang sudah
cukup, secara alami cabang lateral akan tumbuh pada nodus bagian bawah yang cukup
jauh dari ujung batang, hal ini disebabkan karena semakin jauh dari ujung
batang pengaruh dominansi apikal semakin berkurang. Berdasarkan kekuatan
dominansi apikal, tanaman dibedakan menjadi dua yaitu dominansi apikal yang
kuat seperti pada tanaman Kalanchoe dan Bryophyllum. Dominansi apikal yang lemah seperti pada Solanum tubersum dan Solanum
lycopersicu. Dominansi apikal dan pembentukan cabang lateral ini
dipengaruhi oleh keseimbangan konsentrasi hormon. ( Khrishnamoorthy, 1981 ) .
Tunas apikal adalah tunas yang
tumbuh di pucuk(puncak) batang. Dominasi apikal dan pembentukan cabang lateral
dipengaruhi oleh keseimbangan konsentrasi hormon. Dominasi apikal diartikan
sebagai persaingan antara tunas pucuk dengan tunas lateral dalam hal pertumbuhan.
Selama masih ada tunas pucuk atau apikal, pertumbuhan tunas lateral akan
terhambat sampai jarak tertentu dari pucuk. ( Morris,
2006
) .
Dominansi apikal disebabkan oleh
auksin yang di difusikan tunas pucuk ke bawah ( polar ) dan ditimbun pada tunas
lateral. Hal ini akan menghambat pertumbuhan tunas lateral karena
konsentrasinya masih terlalu tinggi. Pucuk apikal merupakan tempat memproduksi auksin.
( Dahlia, 2001 ) .
Penghentian dominansi apikal sementara dengan memotong pucuk akan
memengaruhi kondisi hormon tanaman. Melalui perlakuan ini, auksin yang
terakumulasi pada daerah pucuk akan terdistribusi ke bagian meristem yang lain
seperti buku di daerah dekat mata tunas.
( Sutisna, 2010 ) .
Auksin merupakan hormon pertama yang
ditemukan dan disintesis dalam batang, akar apeks dan di transportasikan di
aksis tanaman. Hormon auksin diproduksi secara endogen pada bagian pucuk
tanaman. Dominansi apikal biasanya ditandai dengan
pertumbuhan vegetatif tanaman seperti pertumbuhan akar, batang, dan daun. ( Hopkins, 1995 ) .
Dominansi apikal dapat dikurangi
dengan mendorong bagian pucuk tumbuhan sehingga produksi auksin yang disintesis
pada pucuk akan terhambat bahkan terhenti. Hal ini akan mendorong pertumbuhan
tunas lateral atau ketiak daun. Auksin yang terhenti dapat digantikan dengan
beberapa jenis hormon IAA yang berfungsi dengan Lanolin untuk mengetahui
pertumbuhan lateralnya (Salisbury, 1995)
.
Pemberian
auksin pada tumbuhan yang telah dipangkas dapat menghambat pula perkembangan
tunas lateral, suatu keadaan yang mirip dengan dominansi tunas apikal, dengan
demikian tunas lateral tetap dominan. (
Katuuk, 1989 ) .
Sintesis auksin terjadi pada bagian tanaman yang sedang
mengalami pertumbuhan atau pada bagian meristematis, terutama pada ujung
batang. Auksin yang disintesisi pada ujung batang ini akan ditransport secara
basipetal ke bagian batang yang lebih bawah. Hal ini menyebabakan
terakumulasinya auksin pada ketiak daun dibawahnya yang berakibat inisiasi
pembentukantunas lateral pada ketiak daun terhambat atau
terjadi dormansi tunas apikal, karena inisiasi pembentukan tunas lateral mensyaratkan konsentrasi auksin yang
lebih rendah dibandingkan konsentrasi auksin optimal untuk pertumbuhan
memanjang batang. ( Darmanti, 2009 ) .
Jika meristem apikal diganti dengan sumber IAA yang dapat
mendorong atau menghambat tumbuh tergantung konsentrasinya dan jenis jaringan
dimana IAA berkerja. Meristem apikal dan daun-daun muda adalah pusat-pusat
sintesa IAA, dan IAA dari pusat-pusat ini ditransport ke bagian bawah batang
sehingga menghambat pertumbuhan tunas lateral. Tunas lateral ketiak daun tua
tidak cukup kuat dihambat kerena konsentrasi IAA yang rendah dan dapat
berkembang menjadi cabang. ( Suwasono Heddy, 1983 ) .
Selama
masih ada tunas pucuk, pertumbuhan tunas lateral akan terhambat sampai jarak
tertentu dari pucuk. Pada batang sebagian besar, kuncup apikal memberi pengaruh
yang menghambat kuncup terhadap tunas lateral dengan mencegah atau menghambat
perkembangannya. Produksi kuncup yang tidak berkembang mengandung pertahanan
pasif karena bila kuncup rusak kuncup samping akan tumbuh dan menjadi tajuk. ( Hilman, 1984 ) .
METODOLOGI
Praktikum
mengenai penghambatan tumbuh tunas lateral dan dominansi tunas apikal,
dilaksanakan pada tanggal 24 mei 2013 berakhir pada tanggal 09 juni 2013 di
laboratorium pendidikan biologi, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan,
universitas tanjungpura pontianak, pukul 07.30-selesai WIB.
Adapun
alat dan bahan yang digunakan saat praktikum ini, yaitu Alat yang digunakan
berupa pisau silet, sudip, cawan petri, dan penggaris. Sedangkan bahan yang
digunakan berupa tumbuhan kecambah
kacang hijau ( Phaseolus radiatus )
dan pasta IAA 400 ppm dan air serta kapas sebagai media tanam biji kacang
hijau.
Langkah
kerja pada praktikum ini yaitu sediakan biji kacang hijau ( Phaseolus
radiatus ) secukupnya, kemudian ditanam pada cawan petri yang sudah diberi
media kapas dan air secukupnya. Biarkan beberapa hari di dalam cawan petri.
Perkecambahan dilakukan di ruang gelap pada suhu 25oC. Tiga kecambah
dipotong pucuknya tepat dibawah pasangan daun pertama dengan pisau silet dan
ujung sisa batangnya diberi pasta IAA. Tiga kecambah lainnya dibiarkan sebagai
kontrol. Setiap kecambah diberi etiket sesuai dengan perlakuan yang diberikan.
Cawan petri disimpan di ruang gelap. Setelah tujuh hari pasta IAA dibersihkan
dan di ganti dengan yang baru. Kemudian amati pengaruh auksin terhadap
pertumbuhan tunas lateral pada kecambah kacang hijau ( Phaseolus radiatus ).
DATA DAN PEMBAHASAN
Data
Pengamatan :
No.
|
Perlakuan
|
Panjang
Tanaman tanggal 30 mei 2013
|
Panjang
Tanaman tanggal 09 juni 2013
|
1.
|
Tanaman
Dipotong
Dan
Di olesi pasta IAA.
|
11,7
16,5
24,5
Rata
= 17,6
|
30
30
33,5
Rata
= 31,2
|
2.
|
Tanaman
Kontrol.
|
12
12,5
25
Rata
= 16,5
|
23,2
33,5
35,2
Rata
= 30,6
|
Pembahasan
:
Pada
praktikum ini digunakan bahan berupa tumbuhan kecambah kacang hijau ( Phaseolus
radiatus ), dimana pada praktikumnya dengan dua perlakuan yang berbeda
yaitu tanaman dipotong dan diolesi IAA, dan tanaman kontrol. Jenis hormon IAA
yang berfungsi untuk mengetahui pertumbuhan lateralnya. Maka tujuan dari
pengamatan ini meneliti pengaruh auksin terhadap pertumbuhan tunas lateral pada
tumbuhan tersebut.
Auksin merupakan hormon pertumbuhan
pada tumbuhan yang mempunyai peranan luas terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan. Sifat penting auksin adalah berdasarkan konsentrasinya, dapat
merangsang dan menghambat pertumbuhan. Auksin berperan penting dalam perubahan
dan pemanjangan sel. Hormon auksin diproduksi secara endogen pada bagian pucuk
apikal tanaman. Fungsi dari hormon auksin ini adalah membantu dalam proses
mempercepat pertumbuhan, baik itu pertumbuhan akar maupun pertumbuhan batang,
mempercepat perkecambahan, membantu dalam proses pembelahan sel, mempercepat
pemasakan buah, mengurangi jumlah biji dalam buah. Kerja hormon auksin ini
sinergis dengan hormon sitokinin dan hormon giberelin. Tumbuhan yang pada salah
satu sisinya disinari oleh matahari maka pertumbuhannya akan lambat karena
kerja auksin dihambat oleh matahari tetapi sisi tumbuhan yang tidak disinari
oleh cahaya matahari pertumbuhannya sangat cepat karena kerja auksin tidak
dihambat, sehingga hal ini akan menyebabkan ujung tanaman tersebut cenderung
mengikuti arah sinar matahari atau yang disebut dengan fototropisme. ( Wattimena, 1998 ) .
Pada
praktikum ini meneliti tentang hormon auksin yaitu suatu hormon yang sangat
berperan penting terhadap pertumbuhan tanaman dan berdasarkan konsentrasinya
auksin tersebut dapat merangsang maupun menghambat pertumbuhan. Auksin sendiri
dihasilkan dibagian pucuk apikal tumbuhan oleh sebab itu pada
percobaan kali ini kecambah dipotong pada bagian pucuknya untuk menghilangkan
auksin dan kemudian diolesi dengan pasta IAA yang berperan sebagai pengganti
hormon auksin tersebut.
Berdasarkan data pengamatan yang di
amati yaitu perlakuan tanaman yang dipotong dan di olesi IAA 17,6 + 31,2 = 48,8
. Sedangkan perlakuan tanaman kontrol 16,5 + 30,6 = 47,1 .
Terlihat perbedaan panjang yang mencolok ini diakibatkan oleh
adanya pasta IAA yang merupakan jenis auksin yang dioleskan pada pucuk kecambah
mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tunas lateral pada kecambah dan
sebaliknya memacu pertumbuhan dari tunas apikal sehingga tanaman cepat bertambah
panjang. Jadi pasta IAA yang sejenis
auksin tersebut memacu terjadinya dominansi apikal menurut ( Dahlia, 2001 ) bahwa dominasi apikal disebabkan oleh auksin
yang di difusikan tunas pucuk ke bawah ( polar ) dan ditimbun pada tunas
lateral. Hal ini akan menghambat pertumbuhan tunas lateral karena
konsentrasinya masih terlalu tinggi.
Sedangkan
pada kecambah yang dijadikan sebagai kontrol, rata-rata pertumbuhan panjangnya
jauh lebih rendah dibandingkan pada kecambah yang ujung batangnya diolesi pasta
IAA. Hal ini menunjukkan peran penting dari auksin dalam memicu terjadinya
dominansi apikal. Pada kecambah kontrol yang tidak diolesi pasta IAA
pertumbuhan tunas apikalnya jauh lebih lama sebaliknya pertumbuhan tunas
lateralnya menjadi lebih cepat. Ini dikarenakan tidak ada atau sedikitnya
hormon auksin yang tertimbun di tunas lateral sehingga pertumbuhan tunas
lateral menjadi lebih cepat dari biasanya.
Jadi,
berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan hormon auksin terbukti memberi
pengaruh terhadap pertumbuhan tunas lateral maupun terjadinya dominansi apikal
pada suatu tanaman. Konsentrasi hormon auksin yang rendah mengakibatkan
pertumbuhan tunas lateral lebih cepat sedangkan konsentrasi hormon akusin yang
lebih tinggi memicu terjadinya dominansi apikal pada tumbuhan. Dan dari data
yang diperoleh, pertumbuhan panjang kecambah yang diolesi pasta IAA
jauh lebih tinggi dari perkembangan panjang kecambah yang dijadikan sebagai
kontrol.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil praktikum Penghambatan
Tumbuh Tunas Lateral dan Dominansi Tunas Apikal, maka terbukti bahwa
auksin berpengaruh terhadap pertumbuhan tunas lateral. Konsentrasi auksin yang
tinggi yang dihasilkan di bagian tunas apikal selanjutnya akan terdistribusi ke
bagian tunas lateral yang menyebabkan penghambatan tunas lateral. Jika
demikian, maka terjadilah apa yang disebut dengan dominansi apikal yaitu
pertambahan panjang pada bagian ujung batang ( tunas apikal ) tanpa diikuti
dengan penambahan panjang tunas lateral. Namun sebaliknya jika konsentrasi atau
kadar auksin yang terakumulasi di tunas apikal berkurang atau jauh lebih
sedikit maka dengan begitu penghambatan di tunas lateral oleh auksin dapat
berkurang pula sehingga pada keadaan tersebut tunas lateral dapat berkembang
lebih cepat sedangkan dominansi apikal dapat dihentikan sementara. Pemangkasan
ujung tunas apikal juga dapat menghentikan dominansi apikal sementara sehingga
pada usaha budidaya tanaman cara tersebut telah sering dipraktikkan.
Dari data
percobaan yang dilakukan diperoleh hasil bahwa kecambah yang ujung batangnya
diolesi pasta IAA memiliki rata-rata pertumbuhan panjang jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan kecambah yang dijadikan sebagai kontrol. Hal tersebut
dikarenakan pasta IAA termasuk jenis auksin yang bersifat memacu dominansi apikal.
DAFTAR PUSTAKA
Dahlia. 2001. Fisiologi Tumbuhan Dasar. Malang: UM
Press.
Darmanti. 2009. Struktur
Dan Perkembangan Daun AcalyphaindicaL Yang Diperlakukan Dengan Kombinasi IAA Dan GA Pada Konsentrasi Yang Berbeda. Jurnal ( Vol 11 ) No. 1 Hal:40-45. http://eprints.undip.ac.id/1999/1/BiomadarmantiJuni_2009.pdf.
Hopkins.
1995. Introduction to Plant
Physiology. New York: John Willey and Sons, Inc.
Hilman.
1997. Pertumbuhan Tanaman Tinggi. Yogyakarta:
Cakrawala.
Katuuk. 1989. Tehnik Kultur Jaringan dalam Mikropropagasi Tanaman. Jakarta:
Departemen Pendidikan.
Krishnamoorthy. 1981. Plant Growth Substances Including
Applications In Agriculture. New
Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited.
Morris.
1996. Exogenous
Auxin Effects on Lateral Bud Outgrowth in Decapitated Shoots. Jounals Annals of Botany 78:
255
±
266.
http://aob.Oxfordjournals.org/content/78/2/255.full.pdf.
Salisbury.
1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I
edisi IV. Bandung: ITB Press.
Sutisna. 2010. Teknik Mempercepat Pertumbuhan Tunas
Lateral untuk Perbanyakan Vegetativ Anthurium dengan Aplikasi GA3
dan BA. ( Vol. 15 ) No. 2 . hal:
56-59. http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:VdzueSYVGngJ:pustaka.litbang.deptan.go.id/p0.ublikasi/bt152105.pdf+dominasi+tunas+apikal+pdf&hl=en.
Suwasono. 1986. Hormon
Tumbuhan. Jakarta: CV. Rajawali.
Wattimena.
1998. Zat Pengatur Tubuh Tanaman.
Bogor: Pusat Antar Universitas Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar