Rabu, 19 Juni 2013

LAPORAN ANATOMI FISIOLOGI TUMBUHAN (PENGHAMBATAN TUMBUH TUNAS LATERAL DAN DOMINANSI TUNAS APIKAL )

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI TUMBUHAN
“ PENGHAMBATAN TUMBUH TUNAS LATERAL DAN DOMINANSI TUNAS APIKAL “
OLEH
RISFI PRATIWI SUTRISNO (F16111004)


PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013
ABSTRAK
Auksin disintesis dalam jumlah besar pada tunas apikal tumbuhan dan bergerak secara basipetal ( ke arah pangkal batang ) ke seluruh bagian tumbuhan. Aliran auksin ini berpengaruh mendorong pemanjangan sel batang dan sekaligus menghambat pertumbuhan tunas pada ketiak daun ( tunas lateral ). Hal ini mengakibatkan pertumbuhan ke atas yang cepat. Keadaan ini disebut dominansi apikal. Bercabang atau tidaknya suatu tumbuhan biasanya bergantung pada banyaknya auksin yang dihasilkan dalam tunas apikal. Pemberian auksin pada tumbuhan yang telah dipangkas dapat menghambat pula perkembangan tunas lateral, suatu keadaan yang mirip dengan dominansi tunas apikal. Dengan demikian tunas lateral tetap dominan. Auksin yang terhenti dapat digantikan dengan beberapa jenis hormon IAA yang berfungsi untuk mengetahui pertumbuhan lateralnya.
Kata kunci : Auksin, Tunas Lateral, Dominansi Apikal, IAA.

















PENDAHULUAN
Pada setiap tumbuhan melakukan pertumbuhan, pertumbuhan merupakan proses adanya perubahan pada suatu tumbuhan, baik itu perubahan panjang, volume, maupun berat dari tumbuhan tersebut. Pada proses pertumbuhan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya diantara faktor-faktor tersebut ialah suhu, cahaya matahari, keadaan air dan hormon. Satu diantaranya adalah Zat Pengatur Tumbuh ( ZPT ) pada tanaman ( plant regulator ). Contoh zat pengatur tumbuh itu antara lain adalah auksin. Auksin dibentuk di koleoptil atau ujung batang dan akar yang berfungsi pada pemanjangan tunas apikal (tunas pertama yang tumbuh cepat), akibat dari dominansi apikal, yaitu terhambatnya pertumbuhan tunas lateral ( tunas ketiak daun ). Untuk itu pemangkasan tunas apikal perlu dilakukan agar tunas lateral dapat tumbuh. Pertumbuhan tunas lateral menimbulkan terbentuknya cabang batang yang cukup banyak pada ketiak batang utama. Akan tetapi perkembangan tunas lateral tidak saja dapat dirangsang dengan menghilangkan tunas apikal, tetapi juga dengan memberikan senyawa-senyawa kimia tertentu atau dengan memberikan lingkungan fisik tertentu yang dapat menurunkan kandungan auksin tumbuhan. Berdasarkan hal tersebut, tujuan praktikum ini yaitu meneliti pengaruh auksin terhadap pertumbuhan tunas lateral. Dari tujuan tersebut dapat diteliti perbandingan yang diberi perlakuan dengan kontrol pengaruh auksin terhadap pertumbuhan tunas lateral pada kecambah kacang hijau ( Phaseolus radiatus ).
Pada sebagian besar tanaman, apabila pertumbuhan batang sudah cukup, secara alami cabang lateral akan tumbuh pada nodus bagian bawah yang cukup jauh dari ujung batang, hal ini disebabkan karena semakin jauh dari ujung batang pengaruh dominansi apikal semakin berkurang. Berdasarkan kekuatan dominansi apikal, tanaman dibedakan menjadi dua yaitu dominansi apikal yang kuat seperti pada tanaman Kalanchoe dan Bryophyllum. Dominansi apikal yang lemah seperti pada Solanum tubersum dan Solanum lycopersicu. Dominansi apikal dan pembentukan cabang lateral ini dipengaruhi oleh keseimbangan konsentrasi hormon. ( Khrishnamoorthy, 1981 ) .

Tunas apikal adalah tunas yang tumbuh di pucuk(puncak) batang. Dominasi apikal dan pembentukan cabang lateral dipengaruhi oleh keseimbangan konsentrasi hormon. Dominasi apikal diartikan sebagai persaingan antara tunas pucuk dengan tunas lateral dalam hal pertumbuhan. Selama masih ada tunas pucuk atau apikal, pertumbuhan tunas lateral akan terhambat sampai jarak tertentu dari pucuk. ( Morris, 2006 ) .
Dominansi apikal disebabkan oleh auksin yang di difusikan tunas pucuk ke bawah ( polar ) dan ditimbun pada tunas lateral. Hal ini akan menghambat pertumbuhan tunas lateral karena konsentrasinya masih terlalu tinggi. Pucuk apikal merupakan tempat memproduksi auksin. ( Dahlia, 2001 ) .
Penghentian dominansi apikal sementara dengan memotong pucuk akan memengaruhi kondisi hormon tanaman. Melalui perlakuan ini, auksin yang terakumulasi pada daerah pucuk akan terdistribusi ke bagian meristem yang lain seperti buku di daerah dekat mata tunas. ( Sutisna, 2010 ) .
Auksin merupakan hormon pertama yang ditemukan dan disintesis dalam batang, akar apeks dan di transportasikan di aksis tanaman. Hormon auksin diproduksi secara endogen pada bagian pucuk tanaman. Dominansi apikal biasanya ditandai dengan pertumbuhan vegetatif tanaman seperti pertumbuhan akar, batang, dan daun. ( Hopkins, 1995 ) .
Dominansi apikal dapat dikurangi dengan mendorong bagian pucuk tumbuhan sehingga produksi auksin yang disintesis pada pucuk akan terhambat bahkan terhenti. Hal ini akan mendorong pertumbuhan tunas lateral atau ketiak daun. Auksin yang terhenti dapat digantikan dengan beberapa jenis hormon IAA yang berfungsi dengan Lanolin untuk mengetahui pertumbuhan lateralnya (Salisbury, 1995) .
Pemberian auksin pada tumbuhan yang telah dipangkas dapat menghambat pula perkembangan tunas lateral, suatu keadaan yang mirip dengan dominansi tunas apikal, dengan demikian tunas lateral tetap dominan. ( Katuuk, 1989 ) .
Sintesis auksin terjadi pada bagian tanaman yang sedang mengalami pertumbuhan atau pada bagian meristematis, terutama pada ujung batang. Auksin yang disintesisi pada ujung batang ini akan ditransport secara basipetal ke bagian batang yang lebih bawah. Hal ini menyebabakan terakumulasinya auksin pada ketiak daun dibawahnya yang berakibat inisiasi pembentukantunas lateral pada ketiak daun terhambat atau terjadi dormansi tunas apikal, karena inisiasi pembentukan tunas lateral mensyaratkan konsentrasi auksin yang lebih rendah dibandingkan konsentrasi auksin optimal untuk pertumbuhan memanjang batang. ( Darmanti, 2009 ) .
Jika meristem apikal diganti dengan sumber IAA yang dapat mendorong atau menghambat tumbuh tergantung konsentrasinya dan jenis jaringan dimana IAA berkerja. Meristem apikal dan daun-daun muda adalah pusat-pusat sintesa IAA, dan IAA dari pusat-pusat ini ditransport ke bagian bawah batang sehingga menghambat pertumbuhan tunas lateral. Tunas lateral ketiak daun tua tidak cukup kuat dihambat kerena konsentrasi IAA yang rendah dan dapat berkembang menjadi cabang. ( Suwasono Heddy, 1983 ) .
Selama masih ada tunas pucuk, pertumbuhan tunas lateral akan terhambat sampai jarak tertentu dari pucuk. Pada batang sebagian besar, kuncup apikal memberi pengaruh yang menghambat kuncup terhadap tunas lateral dengan mencegah atau menghambat perkembangannya. Produksi kuncup yang tidak berkembang mengandung pertahanan pasif karena bila kuncup rusak kuncup samping akan tumbuh dan menjadi tajuk. ( Hilman, 1984 ) . 






METODOLOGI
Praktikum mengenai penghambatan tumbuh tunas lateral dan dominansi tunas apikal, dilaksanakan pada tanggal 24 mei 2013 berakhir pada tanggal 09 juni 2013 di laboratorium pendidikan biologi, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, universitas tanjungpura pontianak, pukul 07.30-selesai WIB.
Adapun alat dan bahan yang digunakan saat praktikum ini, yaitu Alat yang digunakan berupa pisau silet, sudip, cawan petri, dan penggaris. Sedangkan bahan yang digunakan berupa tumbuhan kecambah kacang hijau ( Phaseolus radiatus ) dan pasta IAA 400 ppm dan air serta kapas sebagai media tanam biji kacang hijau.
Langkah kerja pada praktikum ini yaitu sediakan biji kacang hijau ( Phaseolus radiatus ) secukupnya, kemudian ditanam pada cawan petri yang sudah diberi media kapas dan air secukupnya. Biarkan beberapa hari di dalam cawan petri. Perkecambahan dilakukan di ruang gelap pada suhu 25oC. Tiga kecambah dipotong pucuknya tepat dibawah pasangan daun pertama dengan pisau silet dan ujung sisa batangnya diberi pasta IAA. Tiga kecambah lainnya dibiarkan sebagai kontrol. Setiap kecambah diberi etiket sesuai dengan perlakuan yang diberikan. Cawan petri disimpan di ruang gelap. Setelah tujuh hari pasta IAA dibersihkan dan di ganti dengan yang baru. Kemudian amati pengaruh auksin terhadap pertumbuhan tunas lateral pada kecambah kacang hijau ( Phaseolus radiatus ).








DATA DAN PEMBAHASAN
Data Pengamatan :
No.
Perlakuan
Panjang Tanaman tanggal 30 mei 2013
Panjang Tanaman tanggal 09 juni 2013
1.
Tanaman Dipotong
Dan Di olesi pasta IAA.
11,7
16,5
24,5
Rata =   17,6
30
30
33,5
Rata =   31,2
2.
Tanaman Kontrol.
12
12,5
25
Rata =   16,5
23,2
33,5
35,2
Rata =   30,6

Pembahasan :
Pada praktikum ini digunakan bahan berupa tumbuhan kecambah kacang hijau ( Phaseolus radiatus ), dimana pada praktikumnya dengan dua perlakuan yang berbeda yaitu tanaman dipotong dan diolesi IAA, dan tanaman kontrol. Jenis hormon IAA yang berfungsi untuk mengetahui pertumbuhan lateralnya. Maka tujuan dari pengamatan ini meneliti pengaruh auksin terhadap pertumbuhan tunas lateral pada tumbuhan tersebut.
Auksin merupakan hormon pertumbuhan pada tumbuhan yang mempunyai peranan luas terhadap pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Sifat penting auksin adalah berdasarkan konsentrasinya, dapat merangsang dan menghambat pertumbuhan. Auksin berperan penting dalam perubahan dan pemanjangan sel. Hormon auksin diproduksi secara endogen pada bagian pucuk apikal tanaman. Fungsi dari hormon auksin ini adalah membantu dalam proses mempercepat pertumbuhan, baik itu pertumbuhan akar maupun pertumbuhan batang, mempercepat perkecambahan, membantu dalam proses pembelahan sel, mempercepat pemasakan buah, mengurangi jumlah biji dalam buah. Kerja hormon auksin ini sinergis dengan hormon sitokinin dan hormon giberelin. Tumbuhan yang pada salah satu sisinya disinari oleh matahari maka pertumbuhannya akan lambat karena kerja auksin dihambat oleh matahari tetapi sisi tumbuhan yang tidak disinari oleh cahaya matahari pertumbuhannya sangat cepat karena kerja auksin tidak dihambat, sehingga hal ini akan menyebabkan ujung tanaman tersebut cenderung mengikuti arah sinar matahari atau yang disebut dengan fototropisme. ( Wattimena, 1998 ) .
Pada praktikum ini meneliti tentang hormon auksin yaitu suatu hormon yang sangat berperan penting terhadap pertumbuhan tanaman dan berdasarkan konsentrasinya auksin tersebut dapat merangsang maupun menghambat pertumbuhan. Auksin sendiri dihasilkan dibagian pucuk apikal tumbuhan  oleh sebab itu pada percobaan kali ini kecambah dipotong pada bagian pucuknya untuk menghilangkan auksin dan kemudian diolesi dengan pasta IAA yang berperan sebagai pengganti hormon auksin tersebut.
Berdasarkan data pengamatan yang di amati yaitu perlakuan tanaman yang dipotong dan di olesi IAA 17,6 + 31,2 = 48,8 . Sedangkan perlakuan tanaman kontrol 16,5 + 30,6 = 47,1 .
Terlihat perbedaan panjang yang mencolok ini diakibatkan oleh adanya pasta IAA yang merupakan jenis auksin yang dioleskan pada pucuk kecambah mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tunas lateral pada kecambah dan sebaliknya memacu pertumbuhan dari tunas apikal sehingga tanaman cepat bertambah panjang. Jadi pasta IAA yang sejenis auksin tersebut memacu terjadinya dominansi apikal menurut ( Dahlia, 2001 ) bahwa dominasi apikal disebabkan oleh auksin yang di difusikan tunas pucuk ke bawah ( polar ) dan ditimbun pada tunas lateral. Hal ini akan menghambat pertumbuhan tunas lateral karena konsentrasinya masih terlalu tinggi.
Sedangkan pada kecambah yang dijadikan sebagai kontrol, rata-rata pertumbuhan panjangnya jauh lebih rendah dibandingkan pada kecambah yang ujung batangnya diolesi pasta IAA. Hal ini menunjukkan peran penting dari auksin dalam memicu terjadinya dominansi apikal. Pada kecambah kontrol yang tidak diolesi pasta IAA pertumbuhan tunas apikalnya jauh lebih lama sebaliknya pertumbuhan tunas lateralnya menjadi lebih cepat. Ini dikarenakan tidak ada atau sedikitnya hormon auksin yang tertimbun di tunas lateral sehingga pertumbuhan tunas lateral menjadi lebih cepat dari biasanya.
Jadi, berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan hormon auksin terbukti memberi pengaruh terhadap pertumbuhan tunas lateral maupun terjadinya dominansi apikal pada suatu tanaman. Konsentrasi hormon auksin yang rendah mengakibatkan pertumbuhan tunas lateral lebih cepat sedangkan konsentrasi hormon akusin yang lebih tinggi memicu terjadinya dominansi apikal pada tumbuhan. Dan dari data yang diperoleh, pertumbuhan panjang  kecambah yang diolesi pasta IAA jauh lebih tinggi dari perkembangan panjang kecambah yang dijadikan sebagai kontrol.














KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum Penghambatan Tumbuh Tunas Lateral dan Dominansi Tunas Apikal, maka terbukti bahwa auksin berpengaruh terhadap pertumbuhan tunas lateral. Konsentrasi auksin yang tinggi yang dihasilkan di bagian tunas apikal selanjutnya akan terdistribusi ke bagian tunas lateral yang menyebabkan penghambatan tunas lateral. Jika demikian, maka terjadilah apa yang disebut dengan dominansi apikal yaitu pertambahan panjang pada bagian ujung batang ( tunas apikal ) tanpa diikuti dengan penambahan panjang tunas lateral. Namun sebaliknya jika konsentrasi atau kadar auksin yang terakumulasi di tunas apikal berkurang atau jauh lebih sedikit maka dengan begitu penghambatan di tunas lateral oleh auksin dapat berkurang pula sehingga pada keadaan tersebut tunas lateral dapat berkembang lebih cepat sedangkan dominansi apikal dapat dihentikan sementara. Pemangkasan ujung tunas apikal juga dapat menghentikan dominansi apikal sementara sehingga pada usaha budidaya tanaman cara tersebut telah sering dipraktikkan.
Dari data percobaan yang dilakukan diperoleh hasil bahwa kecambah yang ujung batangnya diolesi pasta IAA memiliki rata-rata pertumbuhan panjang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kecambah yang dijadikan sebagai kontrol. Hal tersebut dikarenakan pasta IAA termasuk jenis auksin yang bersifat memacu dominansi apikal.












DAFTAR PUSTAKA
Dahlia. 2001. Fisiologi Tumbuhan Dasar. Malang: UM Press.
Darmanti. 2009. Struktur Dan Perkembangan Daun AcalyphaindicaL Yang Diperlakukan Dengan Kombinasi IAA Dan GA Pada Konsentrasi Yang Berbeda. Jurnal ( Vol 11 )  No. 1 Hal:40-45.  http://eprints.undip.ac.id/1999/1/BiomadarmantiJuni_2009.pdf.
Hopkins. 1995. Introduction to Plant Physiology. New York: John Willey and Sons, Inc.
Hilman. 1997. Pertumbuhan Tanaman Tinggi. Yogyakarta: Cakrawala.
Katuuk. 1989. Tehnik Kultur Jaringan dalam Mikropropagasi Tanaman. Jakarta: Departemen Pendidikan.
Krishnamoorthy. 1981. Plant Growth Substances Including Applications In Agriculture. New Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited.
Morris. 1996. Exogenous Auxin Effects on Lateral Bud Outgrowth in Decapitated Shoots. Jounals Annals of Botany 78: 255 ± 266. http://aob.Oxfordjournals.org/content/78/2/255.full.pdf.
Salisbury. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I edisi IV. Bandung: ITB Press.
Sutisna. 2010. Teknik Mempercepat Pertumbuhan Tunas Lateral untuk Perbanyakan Vegetativ Anthurium dengan Aplikasi GA3 dan BA. ( Vol. 15 )  No. 2 . hal: 56-59.  http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:VdzueSYVGngJ:pustaka.litbang.deptan.go.id/p0.ublikasi/bt152105.pdf+dominasi+tunas+apikal+pdf&hl=en.
Suwasono. 1986. Hormon Tumbuhan. Jakarta: CV. Rajawali.
Wattimena. 1998. Zat Pengatur Tubuh Tanaman. Bogor: Pusat Antar Universitas Bogor.



  














Tidak ada komentar:

Posting Komentar