Kinetika Kimia
Reaksi kimia adalah proses berubahnya pereaksi menjadi hasil reaksi. Proses itu ada yang lambat dan ada yang cepat. Contohnya
bensin terbakar lebih cepat dibandingkan dengan minyak tanah. Ada
reaksi yang berlangsung sangat cepat, seperti membakar dinamit yang
menghasilkan ledakan, dan yang sangat lambat adalah seperti proses
berkaratnya besi. Pembahasan tentang kecepatan (laju) reaksi disebut
kinetika kimia. Dalam kinetika kimia ini dikemukakan cara menentukan
laju reaksi dan faktor apa yang mempengaruhinya (Syukri,1999).
Kinetika
reaksi merupakan cabang ilmu kimia yang membahas tentang laju reaksi
dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Laju (kecepatan) reaksi dinyatakan
sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi terhadap satuan
waktu. Laju rekasi suatu reaksi kimia dapat dinyatakan dengan persamaan
laju reaksi. Untuk reaksi berikut:
A + B AB
Persamaan laju reaksi secara umum ditulis sebagai berikut:
R = k [A]m [B]n
K sebagai konstanta laju reaksi, m dan n orde parsial masing-masing pereaksi (Petrucci, 1987).
Pengetahuan
tentang faktor yang mempengaruhi laju reaksi berguna dalam mengontrol
kecepatan reaksi berlangsung cepat, seperti pembuatan amoniak dari
nitrogen dan hidrogen, atau dalam pabrik menghasilkan zat tertentu. Akan
tetapi kadangkala kita ingin memperlambat laju reaksi, seperti
mengatasi berkaratnya besi, memperlambat pembusukan makanan oleh
bakteri, dan sebagainya (Syukri, 1999).
Besarnya laju reaksi dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
a. Sifat
dan ukuran pereaksi. Semakin reaktif dari sifat pereaksi laju reaksi
akan semakin bertambah atau reaksi berlangsung semakin cepat. Semakin
luas permukaan zat pereaksi laju reaksi akan semakin bertambah, hal ini
dapat dijelaskan dengan semakin luas permukaan zat yang bereaksi maka
daerah interaksi zat pereaksi semakin luas juga. Permukaan zat pereaksi
dapat diperluas dengan memperkecil ukuran pereaksi. Jadi untuk
meningkatkan laju reaksi, pada zat pereaksi dalam bentuk serbuk lebih
baik bila dibandingkan dalam bentuk bongkahan (Petrucci, 1987).
b. Konsentrasi.
Dari persamaan umum laju reaksi, besarnya laju reaksi sebanding dengan
konsentrasi pereaksi. Jika natrium tiosulfat dicampur dengan asam kuat
encer maka akan timbul endapan putih. Reaksi-reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut:
Na2S2O3 + 2H+ 2Na+ + H2S2O3 (cepat)
H2S2O3 H2SO3 + S (lambat)
Na2S2O3 + 2H+ 2Na+ + H2S2O3 + S
Reaksi
ini terdiri dari dua buah reaksi yang konsekutif (sambung menyambung).
Pada reaksi demikian, reaksi yang berlangsung lambat menentukan laju
reaksi keseluruhan. Dalam hal ini reaksi yang paling lambat ialah
penguraian H2S2O3 (Petrucci, 1987).
Berhasil
atau gagalnya suatu proses komersial untuk menghasilkan suatu senyawa
sering tergantung pada penggunaan katalis yang cocok. Selang suhu dan tekanan yang dapat digunakan dalam proses industri tidak mungkin berlangsung dalam reaksi biokimia. Tersedianya katalis yang cocok untuk reaksi-reaksi ini mutlak bagi makhluk hidup (Hiskia, 1992).
c. Suhu
Reaksi. Hampir semua reaksi menjadi lebih cepat bila suhu dinaikkan
karena kalor yang diberikan akan menambah energi kinetik partikel
pereaksi. Akibatnya jumlah dan energi tumbukan bertambah besar. Pengaruh
perubahan suhu terhadap laju reaksi secara kuantitatif dijelaskan
dengan hukum Arrhenius yang dinyatakan dengan persamaan sebagi berikut:
k = Ae-Ea/RT atau ln k = -Ea + ln A
RT
Dengan
R = konstanta gas ideal, A = konstanta yang khas untuk reaksi (faktor
frekuensi) dan Ea = energi aktivasi yang bersangkutan (Petrucci, 1987).
d. Katalis adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi untuk memepercepat jalannya reaksi. Katalis biasanya ikut bereaksi sementara dan kemudian terbentuk kembali sebagai zat bebas. Suatu reaksi yang menggunakan katalis disebut reaksi katalis dan prosesnya disebut katalisme. Katalis suatu reaksi biasanya dituliskan diatas tanda panah (Petrucci, 1987).
Orde
reaksi berkaitan dengan pangkat dalam hukum laju reaksi, reaksi yang
berlangsung dengan konstan, tidak bergantung pada konsentrasi pereaksi
disebut orde reaksi nol. Reaksi orde pertama lebih sering menampakkan
konsentrasi tunggal dalam hukum laju, dan konsentrasi tersebut
berpangkat satu. Rumusan yang paling umum dari hukum laju
reaksi orde dua adalah konsentrasi tunggal berpangkat dua atau dua
konsentrasi masing-masing berpangkat satu. Salah satu metode penentuan orde reaksi memerlukan pengukuran laju reaksi awal dari sederet percobaan. Metode
kedua membutuhkan pemetaan yang tepat dari fungsi konsentrasi pereaksi
terhadap waktu. Untuk mendapatkan grafik garis lurus (Hiskia, 1992).
Hiskia, A dan Tupamalu. 1992. Elektrokimia dan Kinetika Kimia. ITB, Bandung. hal 141-142.
Petrucci, Ralph H.1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 2. Erlangga, Jakarta. hal 246-248.
Syukri S, 1999. Kimia Dasar 2. ITB, Bandung. hal 71-83.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar